PERAN FAKTOR PEMUNGKIN DAN FAKTOR PENGUAT DALAM KELENGKAPAN STATUS IMUNISASI BALITA STUDI DI DESA AMBOWETAN KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

Nugraha , Priyadi and Riyanti, Emmy and Husodo, Besar Tirto and Danuri, Danuri (2005) PERAN FAKTOR PEMUNGKIN DAN FAKTOR PENGUAT DALAM KELENGKAPAN STATUS IMUNISASI BALITA STUDI DI DESA AMBOWETAN KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG. Documentation. FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT.

[img]
Preview
PDF - Published Version
371Kb
[img]PDF - Published Version
Restricted to Repository staff only

1030Kb

Abstract

Nowdays infant mortality rate (IMR) in Indonesia is still high. It is 41 per 1000 of birth rate. Decreasing IMR still priority in Development of Indonesia. Because it was perceived as one of successful Development indicator, A programme which contains a lot of benefits to decrease IMR is immunization. The study aimed to know the role of enabling and reinforcing factors to gain the completeness of children under five years's immunization status. The type of this study was descriptive. The population research based on 200 mothers who had children under five years, with 132 samples using sample random sampling. Data was collected through questionnaires that had tried-out. Data was analyzed descriptively. The result of this research show that age of most respondents are 21-25 years old (77,3%). Graduated from SD (6 years) is about 53%, unemployment (68,2%), non members of social organization activity (62,9%). They who have more than 2 children ( 35,6%). Another result from enabling factors side. Most of respondents choosed Posyandu as a place to get immunization. It had reason that Posyandu close to the community and free of charge. Result from reinforcing factors side. There are attitude and behavior of health personel which always kind and also keep respondents remain to have immunization when the time has come. And there is no side-effect of immunization. It was suggested to 1) hold enabling factors which are exist, as make the health facility more closer to the community ; 2) increase reinforcing factors that contain attitude and behavior of health personel, which always keep respondents to have immunization 3) keep vaccine qualitity to prevent side-effect post immunization and 4) do some need-assesments to fix enabling and reinforcing factors. Saat ini angka kematian bayi (AKB) di Indonesia menurut hasil sensus Penduduk tahun 2000 masih tinggi yaitu 41 per 1000 kelahiran hidup. Menurunkan angka kematian bayi merupakan prioritas dalam pembangunan di Indonesia karena dianggap sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Salah satu program yang mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi adalah imunisasi. Imunisasi berasal dari kata Immune yang artinya kebal, sehingga imunisasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha pencegahan penyakit dengan cara sengaja memberikan perlindungan/kekebalan kepada seseorang dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Dengan pemberian vaksin diharapkan bila orang tersebut terpapar dengan kuman /agent penyakit, akan memberikan reaksi sehingga tidak memderita atau sakitnya ringan sehingga tidak memberi cacat atau tidak sampai meninggal. Tujuan program imunisasi adalah mencegah terjadinya penyakit menular dan menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (P031) sehingga terbasmi atau tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measis), polio, tubercolusis dan hepatitis: Pemantauan kelengkapan imunisasi harus dilakukan oleh semua petugas balk pimpinan program, supervisor dan petugas vaksin.Tujuan pemantauan untuk mengetahui :1) sampai dimana keberhasilan kerja kita, 2) mengetahui permasalahan yang ada, 3) hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki program, 4) bantuan yang diharapkan oleh petugas di tingkat bawah. Hal-hal yang perlu dipantau (dimonitor) adalah :1) coverage dan drop out, 2) pengelolaan vaksin clan cold chain, 3) pengamatan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, 4) pemberian imunisasi sesuai umur, 5) pelaporan tepat waktu. Semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada teori Blum. Dad hasil penelitiannya di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju Blum menyimpulkan bahwa lingkunganmempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan. Kemudian berturut¬turut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua, pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil paling kecil terhadap status kesehatan. Bagaimana proporsi pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap status kesehatan di negara-negara berkembang terutama di Indonesia belum ada penelitian. Apabila dilakukan penelitian mungkin perilaku mempunyai kontribusi yang paling besar. Selanjutnya Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yakni 1) Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya 2) Faktor-faktor yang mendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya 3) Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di posyandu dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum tahu manfaat imunisasi bagi anaknya (predisposing factors). Tetapi mungkin jugs karena rumahnya jauh dengan posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasikan anaknya (enabling factors). Sebab lain mungkin karena para petugs kesehatan atau tokoh masyarakat lain di sekitarnya tidak pernah mengimunisasikan anaknya (reinforcing factors). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran faktor pemungkin dan faktor penguat dalam kelengkapan status imunisasi balita. Jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah 200 ibu yang mempunyai anak balita. Dengan rumus besar sampel, ditentukan 132 responden yang diambil dengan sample random sampling. Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah diujicoba. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur antara 21 — 35 tahun (77,3%) dengan pendidikan SD (53%). Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebesar 68,2%, hanya sedikit yang berwiraswasta (79,7%). Sebagian besar responden (67,9%) kurang aktif dalam aktivitas sosial. Persentase responden yang punya anak kurang dan atau lebih dari dua seimbang. Dad sisi faktor enabling (pemungkin) diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden memilih Posyandu sebagai tempat untuk mengimunisasikan balita (85,6%) dengan alasan dekat (52,6%) dan juga gratis, tanpa biaya (41,7%). Menurut persepsi responden jarak ke tempat pelayanan imunisasi dekat (94,7%) sehingga cukup berjalan kaki untuk akses kesana (92,2%). Responden yang naik kendaraan untuk mencapEti tempat imunisasimasih menganggap ongkos untuk transportasi cukup murah (80%). Dari sisi faktor reinforcing (penguat), sikap dan perilaku petugas yang membuat responden memilih pelayanan mereka adalah karena ramah (67,9%) dan selalu mengingatkan untuk datang kembali sesuai jadwal yang ditentukan (24,2%). Kondisi balita sebelum atau pada saat di imunisasi pada umumnya menangis (89,1%), namun sebagian besar tidak ada efek samping pasca imunisasi (61,2%). Kesimpulan penelitian bahwa faktor enabling dan reinforcing yang demikian belum cukup berperan untuk membuat ibu balita mengimunisasikan anaknya sampai status imunisasinya lengkap (60.6% belum lengkap) Disarankan untuk ; 1) mempertahankan faktor enabling (pemungkin) yang sudah eksis, yaitu faktor kedekatan fasilitas dan kemudahan finansial, 2) meningkatkan faktor reinforcing (penguat) yaitu faktor internal berupa sikap dan perilaku petugas yang selalu ramah dan mengingatkan kembali pada responden untuk kunjungan ulang imunisasi, serta 3) faktor eksternal yaitu menjaga mutu vaksin agar tidak terjadi efek samping pasca imunisasi sehingga perilaku ibu untuk mengimunisasi balita tetap terjaga, 4) Melakukan need assesment untuk perbaikan faktor enabling dan reinforcing.

Item Type:Monograph (Documentation)
Subjects:R Medicine > R Medicine (General)
ID Code:20380
Deposited By:Mr UPT Perpus 1
Deposited On:13 Aug 2010 10:51
Last Modified:13 Aug 2010 10:51

Repository Staff Only: item control page