AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI METANOL KAYU ANGIN (Usnea misaminensis (Vain) Not) TERHADAP Mycobacterium Tuberculosis H37Rv

Sutiningsih, Dwi and . Sulistyani, . Sulistyani (2005) AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI METANOL KAYU ANGIN (Usnea misaminensis (Vain) Not) TERHADAP Mycobacterium Tuberculosis H37Rv. Documentation. FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT.

[img]
Preview
PDF - Published Version
277Kb
[img]
Preview
PDF - Published Version
748Kb

Abstract

Tuberkulosis (TB) di negara-negara herkembang, termasuk Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Meskipun sudah lebih dari 100 tahun penemuan mikroorganisme penyebab TB, TB masih merupakan masalab kesehatan di dunia. Diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi M. tuberculosis, dan sekitar 3 juta kematian terjadi disebabkan oleh TB. TB menjadi penyebab kematian utama di dunia (Raviglione dkk., 1995 ). Akhir-akhir ini jumlah kasus TB di dunia meningkat karena adanya epidemi infeksi HIV / AIDS dan karena problema sosial lainnya, termasuk malnutrisi. Angka penderita infeksi TB juga cenderung meningkat sejalan dengan pesatnya laju pertambahan penduduk disertai kemiskinan yang tinggi (Tjai & Rahardja, 1986). Menurut Moeloek (1999), tuberkulosis merupakan penyebab kematian urutan ketiga di Indonesia setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan. Di Indonesia diperkirakan terjadi 175.000 kematian per tahun oleh karena TB (Depkes, 1995). Kayu angin misaminensis) merupakan tanaman yang telah dikenal di Asia tenggara untuk mengobati penyakit TB. Sebagian besar masyarakat Indoneisa menggunakan kayu angin sebagai obat untuk me]arutkan lemak yang berlebihan, obat penyakit TB, memperbaiki pencernaan, obat sakit perut, bisul, borok, di.sentri dan sariawan (Taryono, 2000). Namun sampai sekarang belum diketahui senyawa apa yang terkandung dalam kayu angin yang mempunyai efek antibakteri terhadap tuberkulosis. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji aktivitas antibakteri fraksi metanol kayu angin terhadap Mycobacterium tuberculosis H37Rv, sekaligus menentukan golongan senyawa yang terkandung dalam fraksi tersebut yang menunjukkan aktivitas antibakteri.Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan alat Soxhlet. Serbuk kayu angin kurang lebih 35 gram dimasukkan dalam Soxhlet, kemudian disari dengan kloroform (senyawa non polar) hingga warna bening. Sari klorofom (ekstrak) disimpan sedangkan ampas serbuk dikeringkan, selanjutnya disari kembal dengan menggunakan metanol sehingga warna pelarut bening, hasil penyarian ini disebut sari atau fraksi metanol kayu angin. Kemudian divapkan diatas penangas air hingga hampir kering dan talc berbau metanoi. Pada akhirnya fraksi tersebut dievaporasi di dalam freeze dryer vaccum hingga diperoleh fraksi kering. Selanjutnya fraksi metanol kayu angin diujikan pada Al tuberculosis H37Rv. Pada uji ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, dengan kadar yang relatif besar yakni 1,25; 2,5 dan 5% b/v larutan sari/fraksi metanol kayu angin. Dengan memakai dua kontrol yakni media LI ditambah pelarut dan media LI tanpa penambahan pelarut (metanol). Setelah inkubasi selama 3 minggu pada temperatur 37 °C, kemudian dilihat hasilnya berapa kadar sampel terkecil yang dapat membunuh bakteri dan berapa jumlah pelarut (metanol) terbesar yang tidak merusak media maupun membunuh bakteri. Pada tahap kedua, fraksi metanol kayu angin kurang lebih 100 ul dilarutkan dalam 1 ml metanol, dibuat 5 seri kadar yaitu 1,25; 1,0; 0,5; 0,25 dan 0,125% b/v dengan volume setiap tabung 125 ul, kemudian ditambahkan media LT hingga volumenya sampai 5 ml. Kemudian masing-masing tabung ditambahkan 100 ul suspensi kuman. Dua tabung kontrol diperlakukan sama yakni tabung berisi media saja tanpa pelarut metanol dan tabung berisi media ditambah pelarut metanol. Tabung-tabung tersebut diinkubasi selama 3 minggu pada temperatur 37 °C. Setelah 3 minggu diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri. Untuk menentukan golongan senyawa dalam fraksi aktif digunakan Kromatografi lapis tipis (KLT) dengan penampak bercak sinar UV 254. Nilai Rf bercak diukur dan perubahan warn yang terjadi diamati. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata persentase kematian M tuberculosis pada uji tahap I dan II dari fraksi metanol kayu angin pada berbagai konsentrasi menunjukkan basil yang berbeda. Kemampuan maksimal fraksi metanol kayu angin dalam mematikan M tuberculosis pada uji tahap Idan II mencapai 95% balk terhadap kontrol tanpa pelarut dan dengan pelarut metanol , dan dicapai pada konsentrasi tertinggi yaitu 5 % b/v dan 1,25 % b/v. Penggunaan pelarut metanol dalam uji ini tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan Al tuberculosis. Pada percobaan uji aktivitasantibakteri ini ditentukan parameter nilai LCso yakni konsentrasi yang mampu menghasilkan kematian set hingga 50%. Rerata nilai LC50 fraksi metanol kayu angin (U. misaminensis) dari uji tahap II terhadap M. tuberculosis H37Rv lebih kecil (p<0,05) dibandingkan dengan uji tahap I (LCso sebesar 0,09 % b/V). Hal ini tnenunjukkan efek antibakteri fraksi metanol kayu angin (U. misaminensis) dari uji tahap II cukup tinggi terhadap M. tuberculosis I I37Rv. I lal ini menunjukkan hahwa senyawa aktif antibakteri terdapat pada fraksi metanol kayu angin dan senyawa tersebut larut baik dalam pelarut metanol. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fraksi metanol kayu angin (U. misaminensis) mempunyai efek antibakteri terhadap kultur M tuberculosis II37Rv dan dicapai pada konsentrasi 0,09 % b/v. Praksi metanol kayu angin (U. misaminensis) mengandung senyawa terpenoid, flavonoid dan golongan antrakinon yang berperan sebagai antibakteri. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui toksisitas akut dan sub akut pada hewan coba untuk mengkaji lebih jauh kcamanan penggunaan tanaman tersebut sebagai antibakteri dalam pengobatdn terhadap M tuberculosis.

Item Type:Monograph (Documentation)
Subjects:R Medicine > R Medicine (General)
ID Code:20362
Deposited By:Mr UPT Perpus 1
Deposited On:13 Aug 2010 10:23
Last Modified:13 Aug 2010 10:23

Repository Staff Only: item control page