Kurniawan, Bina and Ginanjar, Praba (2005) AKTIVITAS ANTIPLASMODIAL EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia ) TERHADAP Plasmodium falciparum SECARA In vitro. Documentation. FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT.
| PDF - Published Version 323Kb | |
PDF - Published Version Restricted to Repository staff only 1079Kb |
Abstract
Malaria masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Hampir di setiap propinsi di Indonesia mempunyai daerah endemik dengan tingkat endemisitas yang berbeda-beda. Usaha pemberantasan malaria telah dilakuan sejak lama bahkan dibawah WHO, akan tetapi mengalami banyak kendala. Masalah utama dalant pemberantasan malaria adalah timbulnya parasit Malaria tertitarna Plasmodium falciparum yang resisten terhadap atnimalatia yatig tersedia saat ini dan adanya resistensi nyattitik vektor terhadap berbagai insektisida (Soedartb, 1990). Di Indonesia resistensi ini balikan stidah diketahui sejak Whin 1936 dan sampai 1993 hampir di settitut inoPittsi di Ihdcaiesia, P.falciparum dilaporkatt inerigaidmi resistensi terhadap ehloroquilie (Zttlicarnaiti, 1996). lieliyebaran yang luas dan c epat parasit yang resisten di hampir selnfuh daerah endemik di dunla ihi mendorong pain peneliti untuk menemukan antimalaria ban, diantaranya melalui pengkajian terhadap tanaman obat yang telah digunakan oleh masyarakat untuk mengobati malaria. Keberhasilah peneliti Cina menemukan antimalaria barn artemisin dari tanaman bbat Artemisia annua membuktikan tanaman obat merupakan sumber senyawa baru antimalaria yang potensial untuk diteliti (Li Y , 1998). Pare merupakan tanaman yang telah dikenal di Asia Tenggara untuk mengobati demam malaria. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan buah pare untuk mengatasi demam pada malaria, kencing maths, disentri, batuk, radang tenggorokah, sariawan, rheumatism, infeksi cacing gelang dan untuk menambah nafsu makan. Naumun demikian, aktivitasnya sebagai antiplasmodial dalam pengobatan malaria belum banyak dikaji. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji aktivitas antiplasmodial ekstrak air dan metanol buah pare pada kultur plasmodium falciparum secara in vitro. mempunyai nilai IC50 berkisar ant= 2,08 — 2,46 gg/m1 pada kedua strain P. falciparum. Dengan demikian perbedaan strain secara lama tidak mempengaruhi nilai IC50. Pare (Momordica charantia L) termasuk dalam kelas Spermatophyta, famili Cucurbitaceae, genus Momordica dan spesies charantia. Tanaman tersebut terbukti mengandung golongan senyawa aktif seperti momordisin, momordin, karantin, hydroxytrytamine, resin, saponin, alkaloid, flavonoid yang diduga bersifat antiplasmodial. Dan hasil penelitian ini menujukkan bahwa ekstrak metanol buah pare mempunyai aktivitas antiplasmodial lebih kuat (IC50 : 1,72-2,19 pg/m1) dibandingkan dengan ekstrak air (IC50 = 2,08-2,46 ug/m1), sehingga ada kemungkinan senyawa aktif antiplasmodial dalam buah pare merupakan senyawa aktif yang bersifat polar maupun nonpolar yang terlarut dalam pelarut metanol. Pelarut metanol secara teoritis akan mampu melarutkan senyawa aktif polar golongan antosianin, saponin, santosiklin, tannin, titarol, quasinoid, lakton, fenon, polifenol dan flavon. Saponin dan tannin secara teoritis banyak terdapat dalam buah pare, dengan demikian banyak terdapat dalam ekstrak metanol, sehingga aktivitas antiplasmodialnya lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak air. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Ekstrak air dan metanol buah pare (M charantia) mempunyai aktivitas antiplasmodial terhadap P. falciparum strain sensitif (D-10) dan resisten (FCR-3) klorokuin. Ekstrak metanol buah pare (M charantia) mempuanyai aktivitas antiplasmodial lebih kuat dengan nilai IC50 berkisar 1,72 — 2,19ug/m1 dibandingkan ekstrak air pada kedua strain P. falciparum. Perlu penelitian lanjutan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak metanol buah pare yang mempunyai aktivitas antiplasmodial Pembuatan ekstrak ini dilakukan dengan can maserasi . Dua strain P. falciparum, strain resisten (FCR-3) dan sensitif (D-10) terhadap klorokuin ditumbuhkan sesuai metode yang dilakukan oleh Treger dan Jensen (Trager W & Jansen J, 1976). Uji aktivitas antiplasmodia in vitro terhadap ekstrak uji dilakukan menurut metode mikroradioaktif yang dikembangkan oleh Desjardins (Desjandin et al.,1979). Ke dalam mikrokultur 96 sumuran , yang mengandung 100 ml kultur plasmodium pada fase merozoit dengan parasetemia 0,5-1% (hematokrit 1%), ditambahkan 100 ml ekstrak uji pada berbagai peringkat konsentrasi ( 1;5; 10; 20; so; .100 ttg/m1) secara triplikat. Sebagai kontrol digunakan kultur plasmodium tampa elcatrak uji yang dianggap memiliki pertumbuhan 100%. Kultur yang mengandung ekstrak uji selanjutnya diinkubasikan dalam inkubator dengan aliran 5% CO2 pada sultit 37°t2 selama 24 jam. Pertumbuhan parasit diperkirakan berdasarkan pengamhilan E3Hj-hipoksaritin oleh pain.sii yang ditetapkan dengan pencacab beta. Alai-Vitas antiplasinOdial dinyatakati sebagai ICso (kadar yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan plasinoditim hingga 50%). Seth:0 ekstrak uji sebanyak tiga kali. basil penelitian ini menunjukkart bahwa rerata penghambatan pertumbuhan P. falcifickeht strain resisten dan sensitif klorokuin pada masing-masing ekstrak bush pare mentilljitkkan hasil yang berbeda. Kethantuan perighambataft maksitnal P. falciparum strati keSlaten dan sensitif klorokuin oleh ekstrak metanol buah port ifiencapai 99,01% dan 91,0% pada inkabasi 24 jam yang dicapai pada konsentrasi too pg/ml. Sedangkan ekstritic buah pare pada konsentrasi yang sama hanya mencapai $9,11% pada P. fakipatiah srtain resisten dan 04,06% pada P. falciparum Strain setisitif klorokuin. Berthitikati hasil uji ini menunjukkan ekstrak metanol buah pare (M. charantia) memPtittSrai kemampuah penghambatan lebih baik pada kedua strait P.falciparum dibandilithain dengan ekstrak air buah pare. Aktivitas antiplasmodial pada uji ini dinyatakati dengan Inhibitor Concentration 50 ( 1050 ) yaitu kadar yang diperlukan untuk menghanthat perttunbuhah plasmodium hingga 50%. Besarnya nilai 1050 yang diperoleh dari kedua 4strak uji pada kedua strain P. falciparum bervariasi antara 1,72 — 2,46 ug/ml. Besarnya nilai 1050 ini dipengaruhi secara nyata oleh ekstrak uji (p<0,05). Dari kedua ckstrak yang diuji, ekstrak metanol mempunyai aktivitas antiplasmodial paling kuat dengan nilai IC50 berkisar 1,72 — 2,19pg/m1, sedangkan ekstrak air buah pare
Item Type: | Monograph (Documentation) |
---|---|
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) |
ID Code: | 20353 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 1 |
Deposited On: | 13 Aug 2010 09:54 |
Last Modified: | 13 Aug 2010 09:54 |
Repository Staff Only: item control page