EFEK cinnamyl tiglate MINYAK ATSIRI KUNYIT (Curcuma demeanors Vat) TERHADAP GAMBARAN LEUKOSIT TIKUS PUTIH YANG DIBUAT RADANG SECARA EKSPERIMENTAL

Hestiningsih, Retno and Widjasena, Bayu (2004) EFEK cinnamyl tiglate MINYAK ATSIRI KUNYIT (Curcuma demeanors Vat) TERHADAP GAMBARAN LEUKOSIT TIKUS PUTIH YANG DIBUAT RADANG SECARA EKSPERIMENTAL. Documentation. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

[img]
Preview
PDF - Published Version
228Kb
[img]PDF - Published Version
Restricted to Repository staff only

964Kb

Abstract

Pada saat negara mengalami !crisis ekonomi yang berkepanjangan, harga obat¬obat sintetik dirasakan sangat mahal sehingga masyarakat banyak yang kembali menggunakan obat-obat tradisional yang berasal dari tanaman obat. Obat tradisional selain relatif lebih murah, lebih aman , lebih mudah pembuatannya dan dapat dibuat atau ditanam sendiri. Selain itu dengan menggunakan tanaman obat sebagai alternatif pengobatan merupakan suatu usaha untuk memanfaatkan amber daya yang ada di Indonesia serta melestrarikan lingkwigan hidup. Salah satu tanarnan yang dapat digunakan sebagai pengobatan altematif untuk melawan dan mengendalikan peradangan adalah kunyit (C. domestica). Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah nafsu makan, peluruh empedu, obat luka dan gatal, antiradang, sesak nafas, antidiare dan merangsang keluarnya angin perut. Secara umum kunyit digunakan sebagai stimulansia, pewama masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu dapur (Sudarsono dkk., 1996). Curcuminoid merupakan kandungan utama kunyit. Curcuminold dan turunannya antara lain mempunyai efek antiradang, antibakteri, antioksidan dan antikoagulan (Mukopadyang dkk., 1992). Menurut Sudarsono dkk. (1996), rimpang kunyit mengandung minyak atsiri kurang lebih 2-5%. Sedangkan menurut Supriyanto dan Supriyadi (1991), minyak atsiri kunyit terdiri dari turtnerone, ar-turrywrone, dan sesqui terpene. Selain itu minyak atisri kunyit juga mengandung sabiene, d-khellandrene, cineol dan borneol. Menurut Solfain dick (1999), minyak atsiri kunyit mempunyai efek antiradang hampir sebanding dengan aspirin. Berdasar Analisis Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS), ternyata cinnamyl tiglate yang merupakan salah satu komponen penyusun minyak atsiri mempunyai struktur kimia mirip dengan curcuminoid, sehingga diduga senyawa cinnamyl tiglate mempunyai efek antiradang (Solfain dkk 2001). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek cinnamyl tiglate yang terkandung dalam minyak atsiri kunyit (C. domestica) terhadap jumlah total leukosit dan diferensial leukosit pada tikus putih (Rattus novergicus) yang dibuat radang dengan injeksi karaginan. Pembuatan minyak atsiri kunyit menggunakan metode destilasi imp (Supriyanto & Supriyadi, 1991). Untuk pemisahan cinnamyl tiglate dari minyak atsiri dalam jumlah banyak dilakukan dengan tiara kromatografi kolom dengan face gerak heksan dan face diem silika kiesel G. Untuk membuktikan kebenaran dari senyawa ini dilakukan analisis dengan metode GCMS . Tilcus putih sebanyak 20 ekor dibagi secara acak menjadi 4 kelompok sama banyak dan dipelihara dalam kondisi yang sama. Sebelum perlakuan tikus dipuasakan selama 12 jam terlebih dahulu. Perlakuan pada hewan uji adalah sebagai berikut : Kelompok I (kontrol) : diberikan karaginan 1% dan Jarman nveen 3 ml per oral. Kelompok II : diberi karaginan 1% subplantar dan cinnamyl tiglate 1,1%/kgbb, PO. Kelompok III : diinjeksi karaginan 1% subplantar dan cinnamyl tiglate 4,4%/kgbb PO Kelorripok IV: diinjeksi karaginan 1% subplantar dan diberi cinnamyl tiglate 17,6 %/kgbb, PO. Larutan karaginan 1% diinjeksikan secara subplantar pada telapak kaki tikus, ketimdian diikuti dengan pemberian cinnamyl tiglate secara oral sesaat sesudah pemberian karaginan. Kaki belakang sebelah kanan ditandai sebatas mata kaki dan diukur voltunehya dengan alai pletismograf. Volume radang adalah selisish volume kaki tikus sebelutti dan sesudah diinjeksi dengan karaginan. Semua tikus diambil darahnya melakti pleicsna retroorbitaliS dengan menggunakan milcrohematoldit. Pengambilan darah dilakukan sebanyak dila kali, pengambilan darah pertama dilakukan sebelum perlakuatt atau pada to dan pengatnbilan kedua dilakulcan sesudah perlalcUari atau ts. Sampel datah selanjutnya dihitung jtithlah total leukosit dan diferensial leukosit. Hasil penelitidti menunjukkan pemberian cinnamyl tiglate dosis I 7,6%/kgbb mempunyai daya antiradang yang signifikan (p<0,01) terhadap tikus kontrol yang dibuat radang dengan karaginan 1% subplantar. Injeksi karaginan dapat mengaldbatkan keradangan yang ditandai dengan neutrofilia (p<0,05) dan limfopenia (p<0,05). Jumlah dan diferensial leukosit antara tikus kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberi cinnamyl tiglate tidak menunujukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05). Dan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa injeksi karaginan 1% subplantar menyebakan keradangan pada daerah yang diinjeksi ditandai dengan neutrofilia (p<0,05) clan limfopenia (p<0,05), pemberian cinnamyl tiglate dengan dosis I7,6%/kgbb secara oral mempunyai aktivitas antiradang karena mampu menurunkan volume udem secara signifikan (p<0,05). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan iritan yang tnempunyai efek lebih lama terhadap proses keradangan misalnya menggunakan adjuvant

Item Type:Monograph (Documentation)
Subjects:R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA0421 Public health. Hygiene. Preventive Medicine
Divisions:Faculty of Public Health > Department of Public Health
ID Code:20196
Deposited By:Ms upt perpus3
Deposited On:12 Aug 2010 10:16
Last Modified:12 Aug 2010 10:16

Repository Staff Only: item control page