SETIAWAN, ARIS (2005) SEKOLAH TINGGI FILM DAN TELEVISI DI SEMARANG. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.
| PDF - Published Version 49Kb |
Abstract
Dunia audio visual baik itu film maupun televisi mempunyai daya tarik dan pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia. Film dan televisi bukan hanya sebagai sarana hiburan namun juga sebagai sarana informasi yang kehadirannya tidak dapat dipungkiri lagi merupakan suatu kebutuhan bagi semua lapisan masyarakat. Terlebih lagi dengan dunia yang ikut melatarbelakanginya seperti perkembangan dinia ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perfilman Indonesia setelah mengalami “tidur panjang”, akibat persaingan dengan film asing dan media televise sehingga tidak menjadi tuan rumah di negeri sendiri nampaknya kini mulai bangkit kembali. Dengan dipelopori oleh sutradara-sutradara muda berbakat yang menghasilkan film-film berkualitas seperti film “kuldesak”, “Petualangan Sherina”,”Pasir Berbisik”,”Jelangkung”,”Tusuk Jelangkung” hingga ”Ada Apa Dengan Cinta” yang mana pada umumnya membidik pasar remaja yang ternyata mendapat sambutan pasar yang cukup luar biasa dan yang lebih menarik bahwa hampir semua film bermutu tersebut dikerjakan oleh kaum muda seperti Riri Riza, dan Rudi Sujarwo. Semangat berfilm memang pada saat ini sedang menggejala di kalangan anak muda yang berlatar belakang pendidikan seni, atau lebih fokus lagi seni film. Siapapun dengan latar pendidikan apapun ramai-ramai menonton berdiskusi hingga membuat film. Dan atmosfir ini pun didukung oleh banyaknya festival-festival film seperti Jakarta Internasional Film Festival (JiFFest). Festival Film Independent Indonesia (FFII). Festival yang diprakarsai oleh komunitas film independent ini banyak di ikuti oleh siapapun baik dari tingkat siswa SMP hingga lulusan perguruan tinggi dan dalam durasi yang beraneka ragam, ratusan film pun kemudian di seleksi dan yang menang pun akan diikut sertakan dalam festival-festival film yang lebih mendunia seperti di Asia Fasific Film Festifal dsb. Di dunia pertelevisianpun tidak mau kalah dengan dunia perfilman. Pertelevisian dewasa ini pun sedang tumbuh menjamur Indonesia. Dimulai dengan kemunculan televisi swasta pertama di Indonesia yaitu RCTI (24 agustus 1989) yang mendampingi stasiun televisi pemerintah yang lebih dahulu ada yaitu TVRI (17 Agustus 1962). Dan hingga saat ini telah terdapat 10 stasiun televisi swasta nasional yang telah beroperasi. Siring dengan adanya perubahan paradigma baru sistem pemerintahan yaitu dari sistem pemerintahan yang Sentralistik menuju pada sistem pemerintahan desentralistik. Pemerintahan sentralistik adalah pemerintahan yang dimana segala urusan/kebijakan pemerintah ditentukan dan diatur oleh pemerintah pusat sedangkan daerahnya hanya bertugas sebagai pelaksana teknis dari kebijakan di tingkat daerah sedangkan pemerintahan yang desentralistik adalah sistem pemerintahan yang mana daerah diberi kebebasan dalam menentukan arah kebijakan dalam pembangunan sesuai dengan karakteristik wilayah dan tradisi dan budaya yang hidup ditiap-tiap daerah. Pemerintahan yang desentralistik ini secara langsung dan tidak langsung juga mempengaruhi segala aspek termasuk salah satunya disini yaitu munculnya televisi-televisi swasta local Jawa Tengah seperti di Semarang terdapat 4 buah stasiun televisi yaitu TV Borobudur, Pro TV, Cakra TV, TV KU, di Solo terdapat Star TV. Di Purwokerto ada Banyumas TV, dan Kebumen ada Ratih TV. Kehadiran televisi-televisi swasta local memang diharapkan mampu mengangkat daya local dimana hal ini menjadi cirri khas suatu daerah di samping itu memberikan informasi dan juga diharapkan mampu mengurangi angka pengangguran dimana tenaga kerja yang terserap ke dalam bidang ini cukup banyak. Semarang yang merupakan ibukota Propinsi Jawa Tengah merupakan titik ukur keberhasilan pembangunan daerah yang mungkin salah satunya yaitu menjamurnya stasiun televisi local yang mana munculnya stasiun swasta local ini diharapkan memperbanyak perbendaharaan stasiun televisi pada umumnya dan local pada khususnya. Berdasarkan uraian diatas maka keberadaan Sekolah Tinggi Film dan Televisi di Semarang dapat menjadi jawaban atas kebutuhan akan tenaga kerja di bidang pertelevisian sekaligus sebagai ajang peningkatan keahlian para professional di bidang produksi film dan siaran televisi. Dengan penekanan desain Paul Rudolph diharapkan muncul suatu bangunan pendidikan yang memiliki cirri khas mengingat banyaknya keberhasilan dari Paul Rudolph dalam mendesain bangunan pendidikan dan keberhasilannya dalam mendesain bangunan-bangunan di daerah tropis. Sekolah yang dirancang merupakan suatu wadah pendidikan bagi masyarakat umum (Lulusan SLTA) yang ingin berkecimpung untuk melanjutkan pendidikan di bidang film dan televisi. Sekolah Tinggi Film dan Televisi ini memiliki kelengkapan seperti studio film dan siaran TV seperti, studio rekaman, studio pasca produksi lengkap dengan perlengkapan computer beserta ruang kuliah berbagai bidang baik di bidang teknik produksi film dan siaran TV seperti studio, lighting, sound production, animasi, editing, dan teknik kamera maupun bidang manajemen produksi misalnya perencanaan program siaran, penulis naskah, serta teknik reportase. 1.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan Memperoleh suatu landasan perencanaan dan perancangan Sekolah Tinggi Film dan Televisi yang representative ditinjau dari segi pemenuhan kebutuhan ruang beserta persyaratan teknisnya sekaligus dari segi keamanan dan kenyamanan bagi pengguna bangunan serta menciptakan suatu bangunan yang menarik dari sisi arsitektural melalui penekanan desain yang dipilih. Sasaran Tersusunnya langkah-langkah kegiatan penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) dengan judul Sekolah Tinggi Film dan Televisi Di Semarang. 1.3. Manfaat 1. Secara Subjektif • Memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh Tugas Akhir sebagai ketentuan kelulusan Sarjana Strata 1 (S-1) pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP Semarang. • Sebagai pedoman dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur. (LP3A). 2. Secara Objektif • Usulan tentang diperlukannya Sekolah Tinggi Film dan Televisi di Semarang mengingat di Jawa Tengah belum memiliki wadah yang secara bersifat formal yang nantinya menampung para lulusan SLTA yang tertarik melanjutkan pendidikan di bidang film dan televisi. • Bagi pembangunan di sektor pendidikan dapat menjadi referensi dalam membangun suatu fasilitas pendidikan film dan televisi yang refresentatif. • Sebagai wawasan tambahan dan perkembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa arsitektur yang akan mengajukan proposal Tugas Akhir. 1.4. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan menitik beratkan pada berbagai hal yang berkaitan dengan Sekolah Tinggi Film dan Televisi di tinjau dari disiplin ilmu arsitektur. Hal-hal diluar ilmu arsitektur akan dibahas seperlunya sepanjang masih berkaitan dan mendukung masalah utama. 1.5. Metode Pembahasan Metode Pembahasan dilakukan dengan metode deskriptif yaitu menguraikan dan menjelaskan data kemudian dianalisa untuk memperoleh suatu kesimpulan. Pengumpulan data diperoleh dengan cara : 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan yaitu data primer dan sekunder yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan perancangan. 2. Wawancara Wawancara yaitu dialog langsung dengan pelaku aktifitas. Hal ini dilakukan untuk menggali data mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan topik. 3. Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pendataan mengenai peralatan dan besaran ruang di lokasi. 1.6. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Menguraikan latar belakang, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan dan metode pembahasan LP3A. BAB II Tinjauan pustaka dan Studi Banding Menguraikan tentang pembahasan mengenai pendidikan tinggi serta peraturan pendiriannya, tinjauan film dan televisi, proses produksi film dan siaran televisi serta studi banding pada beberapa obyek yang berkaitan untuk mendapatkan acuan mengenai kegiatan, pemakai bangunan, kebutuhan, besaran ruang serta kurikulum pendidikan. BAB III Tinjauan Sekolah Tinggi Film dan Televisi di Semarang Mengungkapkan mengenai tinjauan kota Semarang dan potensi sebagai lokasi sekolah tinggi yang dirancang, serta rumusan dasar bentuk sekolah tinggi yang akan dirancang. BAB IV Batasan dan Anggapan Menguraikan tentang kesimpulan pembahasan, batasan permasalahan dan lingkup bahasan yang hanya berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Sekolah Tinggi Film dan Televisi di Semarang, serta anggapan yang merupakan hal-hal mempengaruhi proses perancangan yang diposisikan pada suatu keadaan ideal. BAB V Pendekatan Program Perencanaan dan Perancangan Menguraikan dasar-dasar pendekatan dan menguraikan pendekatan tentang berbagai aspek kontekstual, fungsional, kinerja, teknis dan arsitektural BAB VI Program Perencanaan dan Perancangan Sekolah Tinggi Film dan Televisi di Semarang Membahas mengenai konsep-konsep perancangan bangunan meliputi konsep bentuk, penekanan desain yang digunakan serta mengenai program perencanaan yang meliputi program ruang, lokasi, dan tapak terpilih serta utilitas bangunan.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 20102 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 11 Aug 2010 12:30 |
Last Modified: | 11 Aug 2010 12:30 |
Repository Staff Only: item control page