MENCERMATI CARA BELAJAR GUNA MENINGKATKAN RASA TANGGUNG JAWAB DALAM BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

HARDININGSIH, SRI (1994) MENCERMATI CARA BELAJAR GUNA MENINGKATKAN RASA TANGGUNG JAWAB DALAM BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG. Documentation. FAKULTAS POLITEKNIK.

[img]
Preview
PDF - Published Version
363Kb
[img]PDF - Published Version
Restricted to Repository staff only

1992Kb

Abstract

The process of learning and teaching which is known in national education are influenced by many factors. In universities, as a part of education system, the process of learning and teaching will work smoothly if lecturers and students can coordinate each other. The lecturers as instructors should know what are needed by their students, and the students should understand what the lecturers want, in other words, taken for granted, their can take and give. The success of an activity depends on whether there are many obstacles faced and they need serious attention to eliminate them. Every person has different ability in using their physical sense: visual, auditory, and tactile (the sense of touch). The students difference ability of using their physical sense require them to know what learning styles arc the most appropriate to them to be successful, for the lecturers, it requires the responsibity in transferring the lesson and the use of appropriate teaching aids. The use of students' brain will influence the way of their thingking and responsible in deciding things. Based on the use of a part of brain, the lecturers are hoped to be able to understand the way of students think and do the activities. This research is aimed to know the difference of the use of physical sense and brain on students that study both pure science and social sciences in University of Diponegoro. The Barsch Learning-Style Inventory classified that the majority of the 100 students in the sample (51 individual, or 51%), as learners who were predominantly visual, 30% of them preferred to auditory, and 8% tended to he tactile, and 11% preferred to use the combination of those three physical sense, visual, auditory and tactile. A summary of the Brain-Dominance Inventory scores shows that 49 individual or 49% they used bilateral scores, it means that they use their whole brain dominance (bi-lateral), while the 25% so close in the slight preference toward the left, and 9% moderate preference for the left, and 1% used left-brain dominantly (very strong). 11% of the sample shows that they used their brain slight preference toward the right, 4% moderate preference toward the right, and 1% was right-brain dominant. The result of both the Brain-Dominance Inventory and Barcsh-leaarrning Styles Inventory, or the use of physical sense, visual, auditory, and tactile in the process of learning and teaching shows that there is no real difference between students of pure science and social science. Proses belajar mengajar yang dikenul dalam sistem pendidikan nasional sangat diPenguruhi oleh berbagai faktori Di lingkungan perguruan tinggi, sebagai bagian dari sistem pendidikan, proses tersebut akan dapat berjalan dengan lancar apabilu unsur utamanya, yaitu dosen dun mahasiswa mampu menjalin suatu kerjasama yang baik. Dosen sebagai pengajar harus mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh mahasiswa. Sebaliknya, mah siswa harus mengerti apa yang diinginkan oleh dosen. Keberhasilan akan -uatu proses tergantung pula pada banyak tidaknya hambatan yang dihadapi. Perigeliminiran humliatail sedemikiun rupa sehingga menjadi sekecil mungkin merupakan upaya yang perlu mendapatkan perhatian serius. Dalam diri setiap orang (mahusiswa) pada dasarnya memiiiki kemampuan yang berbeda dalam hal penggunaan inderanya-inderanya, balk indera penglihatan, pendengaran maupun peratia. Perbedaan kemampuan mahasiswa dalam menggunakan indera tersebut menuntut mahasiswa untuk mengetahui cara belajar apa yang paling sesuai baginya, sehingga dapat meneapai basil maksimal. Bagi dosen, perbedaan kemampuan penggunaan indera tersebut menuntut suatu tanggung jawab dalam penyampaian materi dan penggunaan alat peraga yang tepat. Demikian juga dengan penggunaan utak pada mahasiswa akan mempenguruhl cara berpikir untuk pengambilan suutu keputusan yang bertanggung jawab. Berdasar perbedaan penggunaan bagian utak, diharapkan dosen dapat memahami tentang caea atau pola pikir yang digunakan mahasiswa dalam melakukan suutu tindakan. Penclitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan penggunaan indera dan penggunaan otak pada muhasiswa yang memilih dan menekuni bidang eksaktu dan bidang sosial. Basil uji gaya belajar Barsch menunjukkan bahwa dari 100 (seratus) mahasiswa yang diteliti, 51% mahasiswa menyukai gaya belajar dengan menggunakan indera penglihatan, 30% lainnya menyukai gaya belajar yang lebih menekankan indera pendengaran dan 8% mahasiswa menyukai belajar dengan menggunakan indera peraba. 11% mahasiswa lainnya menyukai belajar derigan menggunakan kombinasi indera-inderanya. Hasil uji dominasi otak menunjukkan 49% mahasiswa yang diteliti menggunakan kedua bagian otak dungan imbang, 25% menggunakan otaknya sedikit cenderung ke kirk, 9% lainnya menggunakan otak cenderung ke kiri, dun 1% mahasiswa menggunakan otak kirk secara domknan. Ada 11% mahasiswa menggunakan otak sedikit cenderung ke kanan, 4% lainnya• menggunakan otak cenderung ke kanan dun 1% mahasiswa menggunakan otak kanannya seeara dominan. Hasil uji perbedaan penggunaan indera-indera penglihatan, pendengarun dan peraba da1am proses belajar menunjukkan tidak adanya perbedaan secara nyata antara mahasiswa jurusan eksakta dengan mahasiswa jurusan sosial. Ilasil uji perbedaan penggunaan otak juga menunjukkan tidak adanya perbedaan antara mahasiswa jurusan eksakta dengan mahasiswa jurusan sosial.

Item Type:Monograph (Documentation)
Subjects:H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare
ID Code:20054
Deposited By:Mr UPT Perpus 2
Deposited On:11 Aug 2010 09:12
Last Modified:11 Aug 2010 09:12

Repository Staff Only: item control page