MUHTAROM, ALI (2005) PUSAT PELATIHAN DAN PRODUKSI FILM TELEVISI DI SEMARANG. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.
| PDF - Published Version 54Kb |
Abstract
Di awal melenium baru ini, film nasional mulai menampakkan tanda-tanda-tanda kebangkitannya. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya sineas-sineas muda yang potensial dan memiliki dedikasi tinggi untuk menjadikan film Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri. Karya-karya sineas seperti Garin Nugroho, Mira Lesmana, Riri Reza, Rudi Sudjarwo, Nan T. Achnas, Nia Dinata dan banyak lainnya yang memberikan semangat baru pada industri film Indonesia dengan karya-karya mereka yang layak, baik dari segi sinematografi maupun dari segi tema yang diangkat sangat dekat dengan kehidupan masyarakat sendiri. Kehadiran kamera-kamera digital yang didukung dengan software-software computer yang canggih berdampak positif juga dalam dunia perfilmam Indonesia. Dengan kemajuan teknologi tersebut, memberikan banyak kemudahan dalam pembuatan film serta dapat menekan biaya produksi film. Hal inilah yang menyebabkan sekarang ini banyak sineas-sineas muda atau filmmaker membuat film digital. Film-film yang diproduksi oleh sineas-sineas muda ini dibuat diluar aturan baku yang ada (mainstream) dan diproduksi dengan spirit militant. Selain dibuat diluar mainstream, film ini juga tidak bisa diputar di bioskop-bioskop pada umumnya karena tidak sesuai dengan standar. Film-film ini kemudian dikenal dengan film independent atau film indie. Karena dapat menuangkan ide-ide kreatifnya secara bebas serta dengan biaya yang relative murah dapat memproduksi sebuah film, terjadilah booming produksi film independent. Selain itu yang menjamurnya kine klub yang menjadi wadah pecinta film juga ikut mendongkrak produktivitas film independent. Beberapa festival film indie juga diadakan, seperti Festival Film Video Independen Indonesia (FFVII) yang diadakan Komite Film Independen Indonesia (KONFIDEN) serta festival film Independen Indonesia (FFII) yang diadakan SCTV. Semarang sebagai salah satu kota besar Indonesia juga memiliki komunitas pencinta film, diantaranya adalah Kronik, Komunitas Bende serta Kine Klub. Dunia pertelevisian pun tidak mau kalah dengan dunia perfilman. Dimulai dengan kemunculan televisi swasta pertama di Indonesia yaitu RCTI yang mendampingi stasiun televisi pemerintah TVRI, hingga saat ini telah terdapat 10 stasiun televisi swasta nasional yang telah beroperasi. Di Jawa Tengah terdapat beberapa stasiun televisi yaitu TV Borobudur, Pro TV, TV KU, Cakra TV serta diluar Semarang yaitu Star TV, Banyumas TV, Ratih TV, Pemalang TV. Kehadiran televisi-televisi swasta local memang diharapkan mampu mengangkat budaya local yang menjadi cirri khas suatu daerah serta dapat memberikan informasi dan hiburan untuk masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan uraian diatas, maka kebetradaan Pusat Pelatihan dan Produksi Film Televisi dengan skala pelayanan regional sangat diperlukan. Menurut Moerselli Sumarno, S.Sn (Dekan Fakultas Film & Televisi IKJ), “Pendidikan / pelatihan film dan televisi tidak harus berpusat di Jakarta, tapi justru potensi-potensi sumber daya manusia di daerah perlu digali dan dikembangkan di daerah dengan sendirinya mereka ini nanti akan dapat ikut tampil dalam produksi film / televisi tingkat nasional”. Sebagai Pusat Pelatihan dan Produksi Film Televisi dengan skala pelayanan tingkat regional Jawa Tengah, maka tampilan bangunan diusahakan dapat mencerminkan identitas Jawa Tengah. Oleh karena itu penekanan desain bangunan menggunakan konsep arsitektur yang berakar pada budaya setempat dan dipadukan dengan tampilan bercitra modern, sehingga penekanan desain menggunakan konsep Arsitektur Neo Vernakular yang digunakan adalah arsitektur tradisional Jawa yang dipadukan dengan citra bangunan modern. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan pembahasan LP3A ini adalah mengungkapkan semua hal yang berhubungan dengan Pusat Pelatihan dan Produksi Film Televisi yang digunakan sebagai wadah aktivitas pelatihan dan produksi di bidang perfilman dan pertelevisian beserta fasilitas penunjangnya. Sasaran pembahasannya adalah mengungkapkan dan merumuskan konsep dasar perencanaan dan perancangan Pusat Pelatihan dan Produksi Film Televisi, serta program ruang dan kapasitas ruangnya. C. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan menitikberatkan pada berbagai hal yang berkaitan dengan Pusat Pelatihan dan Produksi Film Televisi ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur. Hal-hal di luar ilmu arsitektur akan dibahas seperlunya sepanjang masih berkaitan dan mendukung masalah utama. D. Metode Pembahasan Metode pembahasan dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu menguraikan dan menjelaskan data, kemudian dianalisa untuk memperoleh suatu kesimpulan. Pengumpulan data diperoleh dengan cara : 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan yaitu data sekunder yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan perancangan. 2. Wawancara Wawancara yaitu dialog pihak-pihak terkait dan kompeten dengan topik permasalahan untuk mendapatkan data primer. Hal ini dilakukan untuk menggali data mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan topic. 3. Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pendataan langsung di lokasi. E. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Menguraikan latar belakang, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metode pembahasan dan sistematika pembahasan LP3A. BAB II Tinjauan Umum Pelatihan dan Produksi Film Televisi Menguraikan tentang tinjauan film dan televisi yang meliputi pengertian, kegiatan, personel yang terlibat serta prasarana dan sarana produksi, menguraikan tinjauan pelatihan dan produksi film televisi, serta menguraikan hasil studi banding BP SDM CITRA-PPHUI Jakarta dan studio Audio Visual Puskat Yogyakarta, serta kesimpulan studi banding. BAB III Tinjauan Pusat Pelatihan dan Produksi Film Televisi di Semarang Menguraikan tentang tinjauan kota Semarang, tinjauan Pusat Pelatihan dan Produksi Film Televisi di Semarang yang meliputi pengertian, peran dan fungsi, lingkup pelayanan dan sasaran pemakai, pelaku dan jenis aktifitas, gambaran fasilitas. BAB IV Batasan dan Anggapan Mengungkapkan batasan dan anggapan dari uraian pada bab sebelumnya. BAB V Pendekatan Perencanaan dan Perancangan Pusat Pelatihan dan Produksi Film Televisi di Semarang Menguraikan dasar-dasar pendekatan dan menguraikan pendekatan aspek kontekstual, aspek fungsional, aspek kinerja, aspek teknis dan aspek arsitektural. BAB VI Konsep dan Program Perencanaan & Perancangan Pusat Pelatihan dan Produksi Film Televisi di Semarang Membahas mengenai konsep perancangan bangunan yang meliputi penekanan desain konsep bentuk dan konsep pendukung yang digunakan serta mengenai program perencanaan yang meliputi program ruang, luas dan dimensi tapak.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 19991 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 10 Aug 2010 15:41 |
Last Modified: | 10 Aug 2010 15:41 |
Repository Staff Only: item control page