NILAI-NILAI KEMANUSIAAN DALAM NOVEL KETIKA LAMPU BERWARNA MERAH KARYA HAMSAD RANGKUTI

karyono, Karyono (2008) NILAI-NILAI KEMANUSIAAN DALAM NOVEL KETIKA LAMPU BERWARNA MERAH KARYA HAMSAD RANGKUTI. Masters thesis, Undip.

[img]
Preview
PDF - Published Version
154Kb

Abstract

Nilai adalah patokan normatif. Nilai pada pengertian dasar adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan Di antara sistem nilai yang ada di masyarakat salah satu di antaranya adalah nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan adalah nilai tentang harkat dan martabat manusia. Manusia merupakan makhluk yang tertinggi di antara makhluk ciptaan Tuhan, sehingga nilai-nilai kemanusiaan itu mencerminkan kedudukan manusia sebagai mahkluk tertinggi di antara mahkluk-mahkluk lainnya. Seseorang yang mempunyai nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi menghendaki masyarakat memiliki sikap dan perilaku sebagai layaknya manusia. Sebaiknya dia tidak menyukai sikap dan perilaku yang sifatnya merendahkan manusia lain. Jadi manusia harus “berperikemanusiaan”, dan bukan “berperikebinatangan”. Cerita rekaan yang bersumber pada kehidupan manusia itu banyak yang mengangkat nilai-nilai kemanusiaan. Salah satu cerita rekaan itu adalah novel Ketika Lampu Berwarna Merah karya Hamsad Rangkuti. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh deskripsi mengenai struktur, dan nilai-nilai kemanusiaan novel Ketika Lampu Berwarna Merah karya Hamsad Rangkuti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sosiologi sastra. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa novel menggambarkan kehidupan sosial orang-orang yang hidup di bawah miskin, dengan istilah lain masyarakat pinggiran. Novel Ketika Lampu Berwarna Merah karya Hamsad Rangkuti mengambil latar tempat di Kota Metropolitan Jakarta dan sebagian lagi sebagian kota-kota di Jawa Tengah, yaitu Wonogiri dan Solo. Novel ini mengambil latar sosial kehidupan anak-anak pengemis, penodong, penjual koran, pelacur, pemulung yang memanfaatkan lampu berwarna merah. Sedangkan pengambilan latar waktu tidak secara tegas mencantumkan hari, minggu, tanggal, bulan, dan tahun. Tetapi ketika melihat pembangunan waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, maka latar waktu novel ini sekitar tahun 1970-an. Nilai-nilai kemanusiaan dalam novel ini mengungkapkan kuatnya rasa kebersamaan dan saling menolong di tengah-tengah kehidupan yang serba sulit seperti; kesengsaraan, kemelaratan, penderitaan, dan tidak berpendidikan yang dialami oleh anak-anak pinggiran. Mereka rata-rata masih berumur sekitar sepuluh sampai lima belas tahun yang seharusnya masih dalam pengawasan orang tua dan pemerintah. Pendidikan formal maupun non-formal tidak mereka alami. Hanya kesengsaraan , kemelaratan dan penderitaan yang mereka rasakan. Itupun masih dieksploitasi oleh orang tuanya bahkan kedelapan pengemis lainnya dijadikan umpan mengais rejeki demi untuk bisa bertahan hidup di kota Metropolitan. Gambaran kehidupan yang tidak manusiawi masih kita jumpai dan masih ada sampai sekarang yang terjadi di mana-mana khususnya di kota metropolitan Jakarta.

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Literary
ID Code:19504
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:06 Aug 2010 21:46
Last Modified:10 Aug 2010 09:08

Repository Staff Only: item control page