MEHARI UTAMI, WENDY (2001) EXECUTIVE CLUB DI SEMARANG. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.
| PDF - Published Version 53Kb |
Abstract
Semarang merupakan ibukota propinsi Jawa Tengah yang mempunyai kedudukan penting secara regional dalam berbagai aspek pembangunan. Secara global Kota Semarang berkembang cukup pesat yang ditandai dengan maraknya pembangunan fisik kota, yaitu munculnya tempat-tempat sebagai pusat perdagangan dan industri dan banyaknya perusahaan perdagangan yang ditunjang oleh kelengkapan sarana transportasi baik darat, laut, maupun udara. Hal ini tentu meupakan suatu perkembangan ekonomi kota yang baik sehingga menimbulkan berbagai dampak dalam seluruh kehidupan masyarakatnya. Di Semarang sendiri jumlah usaha sector perdagangan besar adalah sebanyak 86.093 perusahaan yang memiliki omset beraneka ragam dan jumlah pekerja yang berlainan. Pusat Kajian Otonomi Daerah dan Kebijakan Publik (Puskodak) Fisip Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menemukan, Kota Semarang termasuk kota yang paling siap dibanding 34 kota lain di Jawa Tengah menerapkan desentralisasi pemerintahan dan berada pada peringkat mandiri ke-5 dari semua kota/kabupaten Jateng dengan kekayaan alam, personel, serta perimbangan Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS). Dengan pertumbuhan ekonomi 12,77 persen, Kota Semarang memiliki PADS sebesar Rp 65 milyar, berupa 38,16 persen dari sector perdagangan dan perhotelan (terbesar), disusul industri pengolahan 24,92 persen, jasa 10,54 persen, dan pemerintahan umum 7,72 persen (www.kompas.com, Kota Semarang, Berbenah Menghadapi Otonomi Daerah, Kompas, 1 Desember 2000). Dari segi social, keadaan ini menimbulkan perbedaan pola kehidupan masyarakat yang dikelompokkan dalam strata-strata tertentu (Emirina Fatimah Sjahab, 1997). Golongan pemegang kendali suatu perusahaan atau instansi menjadi suatu golongan tersendiri dalam masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan mungkin pendidikan yang lebih tinggi daripada yang lainnya. Golongan ini menjadi suatu bentuk kumpulan orang-orang eksklusif yang pada kegiatannya tidak mampu diikutsertakan oleh golongan masyarakat yang berbeda. Golongan yang biasa disebut golongan eksekutif ini membutuhkan waktu dan tempat tersendiri bagi sesamanya untuk mengembangkan bisnis (diluar kantornya sendiri) maupun untuk berekreasi dengan sesamanya dan keluarga, di sela-sela waktu sibuknya menjalankan perusahaaan. Untuk itu dituntut adanya suatu pelayanan yang memuaskan baik dalam kegiatan-kegiatan rekreatif yang dilakukan untuk mengurangi ketegangan setelah bekerja. Dilihat dari keadaan Kota Semarang dan kondisi perekonomiannya yang cukup baik, dapat dikatakan bahwa pelaku bisnis atau golongan eksekutif di Semarang selayaknya sudah dapat menukmati suatu wadah di luar kantornya yang mampu memenuhi kebutuhan bisnis sekaligus kebutuhan rekreatifnya sehingga mendorong tumbuh berkembangnya bisnis dan ekonomi Kota Semarang. Wadah ini biasa disebut Executive Club. Penekanan desain berupa penggunaan jenis arsitektur post modern penekanan konsep arsitektur Michael Graves lebih ditujukan pada upaya memperkaya khasanah kearsitekturan di Kota Semarang dan kesesuaiannya dengan obyek perencanaan dan perancangan. 2. Tujuan dan Sasaran a. Tujuan Menggali, mengungkapkan, dan merumuskan masalah-masalah yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Executive Club di Semarang, sebagai salah satu wadah bagi kalangan penyelengagara bisnis (eksekutif) di Semarang dalam melaksanakan kegiatan bisnis (seperti pertemuan dengan mitra bisnis secara formal) sekaligus kegiatan rekreatifnya (seperti olahraga dan hiburan, untuk mengembalikan kesegaran jasmani dan rohani di sela waktu kerja) dalam rangka menunjang keadaan bisnis Kota Semarang). b. Sasaran Menyusun landasan konseptual dan program perencanaan sebagai dasar untuk perancangan fisik bangunan executive club di Semarang, berupa Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A). 3. Lingkup Pembahasan Menitikberatkan pada masalah-masalah dalam disiplin ilmu arsitektur yang berkaitan dengan executive club. Berbagai macam data yang mengenai executive club dan lokasi akan dijadikan landasan atau dasar yang digunakan dalam perancangan fisikdalam tahap grafis. Sedangkan hal-hal diluar lingkup masalah arsitektural yang berkaitan dibahas secara garis besar dengan dasar asumsi dan logika yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. 4. Metode Pembahasan Pembahasan dilakukan dengan metode deskriptif analitis, yaitu dengan mengumpulkan dan mengidentifikasikan data, melakukan studi penunjang, menganalisis, menetapkan batasan dan anggapan dan kemudian menentukan program ruang. Langkah-langkah yang diambil dalam pengumpulan data adalah : a. Studi literature Dilakukan dengan mempelajari buku-buku maupun brosur-brosur yang berkaitan dengan teori, konsep, dan standar perencanaan executive club, informasi local yang mendukung, seperti kondisi Kota Semarang dan Rencana Tata Ruang Kota Semarang, Peraturan Bangunan Setempat, serta hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan program perencanaan dan perancangan arsitektur. b. Observasi obyek Dengan mengadakan pengamatan ke beberapa obyek executive club dan lokasi tapak serta instansi lain yang berkaitan erat dengan permasalahan. Dari hasil observasi obyek ini akan dilakukan studi perbandingan untuk mendapatkan criteria yang akan diterapkan pada perencanaan dan perancangan executive club di Semarang. c. Wawancara Dengan melakukan wawancara dengan nara sumber yang terkait mengenai masalah yang berkaitan dengan perencanaan Executive Club di Semarang guna memperoleh informasi yang dibutuhkan, dengan tujuan mengetahui lebih banyak hal-hal, terutama yang bersifat non fisik, dalam materi yang berhubungan dengan perencanaan executive club. 5. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur adalah : BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN EXECUTIVE CLUB Menguraikan tentang pengertian, sejarah perkembangan executive club, serta cirri kehidupan golongan eksekutif yang berkaitan dengan diadakannya perencanaan executive club. BAB III TINJAUAN EXECUTIVE CLUB DI SEMARANG Menguraikan kondisi dan potensi Kota Semarang, prospek perencanaan executive di Semarang, serta hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan executive club di Semarang beserta hasil survey ke beberapa executive club atau klub yang dapat disamakan dengan executive club. BAB IV BATASAN DAN ANGGAPAN Berisi tentang batasan dan anggapan yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam perencanaan dan perancangan executive club di Semarang. BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Menguraikan analisis program perencanaan dan perancangan yang meliputi pendekatan aspek-aspek perenacanaan berdasarkan permasalahan, batasan dan anggapan yang sudah ditentukan. BAB VI KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR Berisi konsep penekanan desain fisik bangunan dan karakter bangunan yang akan diterapkan dalam perancangan bangunan secara fisik. BAB VII PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi rumusan konsep dan program dasar yang meliputi konsep dasar perancangan, aspek-aspek penentu perancangan, dan program dasar perancangan.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 18721 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 04 Aug 2010 13:34 |
Last Modified: | 04 Aug 2010 13:34 |
Repository Staff Only: item control page