SAPUTRA, RONI (2002) BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI DI SEMARANG. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.
| PDF - Published Version 54Kb |
Abstract
Globalisasi perdagangan, investasi dan informasi akan mengakibatkan perubahan dunia kerja antara lain pergeseran struktur jabatan yang semakin keatas menuntut tenaga kerjayang multi skill,pola hubungan kerja yang fleksibel mengharah pada keterpaduan sistem kerja tim (team work) yang handal. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh JICA,Bappenas dan Depnaker pada bulan Maret 1996 dalam bukunya ”The Study of engineering Man Power Development Planning in Republic of Indonesia” bahwa diperkirakan akan terjadi ketidakseimbangan antara sisi penyediaan dan sisi kebutuhan tenaga kerja (Supply and Demand Gap) khususnya untuk engineering Manpower (engineering technician and skill workers). Kebutuhan tenaga teknisi pada tahun 2003-2004 diperkirakan sebanyak 571.000 orang dan pada akhir PJP II (Repelita X) akan naik menjadi 4,4 juta orang. Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah mempunyai peranan yang penting sebagai pusat administrasi dan pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat pendidikan dan kebudayaan. Hasil-hasil industri Jawa Tengah telah menempatkan sektor industri pada posisi yang semakin mantap dalam melanjutkan dan meningkatkan perannya untuk mencapai sasaran pembangunan tahap berikutnya. Menurut data dari Kanwil Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Tengah pada tahun 1997 Semarang memilikijumlah industri hasil pertanian dan kehutanan sebesar 1.180 industri, industri aneka sebesar 2.195 industri, industri logam, mesin dan kimia sebesar 2.242 industri. Membaiknya faktor eksternal yang dicerminkan dengan adanya dukungan pemerintah melalui paket kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi antara lain dalam hal tata niaga ekspor-impor, kebijaksanaan penanaman modal yang semakin luas, penyederhanaan perizinan, kesemuanya telah memberikan dorongan untuk tumbuh dan berkembangnya industri di Semarang, sebagai ibukota Jawa Tengah. Di samping itu adanya jalur transportasi dari Semarang ke seluruh kota di Jawa Tengah juga membuat kedudukan kota Semarang salah satunya sebagai pusat kegiatan industri di Jawa Tengah semakin jelas. Di lingkup yang lebih luas lagi, kota Semarang terletak pada jalur perhubungan antara dua pusat pembangunan nasional yaitu Jakarta dan Surabaya. Di samping itu pada wilayah Jawa Tengah, pembangunan sektor industri telah memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam menciptakan keseimbangan struktur ekonomi Jawa Tengah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sumbangan sektor produksi terhadap pendapatan ekonomi Jawa Tengah meningkat 9,6% pada tahun 1996. semarang dan kota-kota lainya di Jawa Tengah mempunyai kegiatan industri yang sangat mendukung kota dan kehidupan Jawa Tengah secara keseluruhan. Terhitung pada tahun 1997, terdapat sekitar 639.177 perusahaan industri di Jawa Tengah, baikdari golongan industri besar, menengah, kecil dan industri kerajinan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, di kota Semarang sendiri terdapat 399 industri besar dan sedang, 678 industri kecil, dan 2.087 industri kerajinan rumah tangga. Melihat kondisi perkembangan industri di Semarang pada khususnya dan di Jawa Tengah pada umumnya yang sangat pesat, membutuhkan tenaga-tenaga teknisi dalam jumlah yang besar, serta memiliki keahlian dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja, salah satunya yaitu melalui Balai Latihan Kerja Industri. Seperti Balai Latihan Kerja lainnya, Balai Latihan Kerja Industri di Semarang juga mencetak tenaga kerja yang terampil dan siap pakai, tetapi seiring dengan makin meningkatnya jumlah siswa setiap angkatan pada masing-masing kejuruan tidak diimbangi dengan jumlah sarana dan prasarana pendudkung yanng memadai, seperti ruang teori, jumlah peralatan pada workshop masing-masing kejuruan, dan jumlah workshop untuk masing-masing kejuruan. Di samping itu, juga adnya rencana dari Pemerintah Daerah Semarang untuk mengembangkan Balai Latihan Kerja Industri Semarang, sperti yang disampaikan oleh Kepala Tata Usaha BLK Industri Semarang, Drs. Nuryahman. Selain itu, jika dilihat dari penataan massa bangunannya juga kurang baik, dimana letak Balai Latihan Kerja sendiri di belakang, sedangkan untuk perumahan dinas karyawan di depan sehingga masyarakat kurang begitu mengenal keberadaan Balai Latihan Kerja Industri Semarang. Dari uraian diatas, di kota Semarang, dibutuhkan suatu Balai Latihan Kerja Industri baru yang dapat menampung kegiatan latihan kerja dan proses pelatihan dalam kapasitas yang lebih besar dari BLKI yang lama, yaitu dalam hal sarana dan prasarana pelatihan seiring dengan makin meningkatnya jumlah siswa masing-masing kejuruan pada setiap angkatan serta untuk memenuhi kebutuhan pasar akan tenaga teknisi mengingat makin pesatnya pertumbuhan industri di Semarang khususnya dan di Jawa Tengah pada umumnya serta memiliki penambahan peralatan pelatihan yang sebelumnya tidak dimiliki oleh BLKI lama mengingat makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peralatan yang dipergunakan di dunia industri pun makin maju pula. Oleh karena itu diperlukan perencanaan dan perancangan Balai Latihan Kerja Industri yang baru di Semarang. 1.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan pembahasan adalah menyusun landasan program perencanaan dan perancangan arsitektur mengenai Balai Latihan Kerja Industri yang baru di Semarang melalui proses pengumpulan data dan penganalisaan permasalahan yang berkaitan dengan aspek-aspek panduan perencanaan dan perancangan Balai Latihan Kerja Industri. Sasaran yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan data-data mengenai kebutuhan-kebutuhan yang menjadi tuntutan bagi BLKI Semarang pada saat ini dan mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada untuk dirumuskan pemecahannya yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan BLKI di Semarang. 1.3. Manfaat Pembahasan a. Secara Subyektif Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Doponegoro. Dan sebagai pegangan dan acuan selanjutnya untuk melengkapi persyaratan Tugas Akhir. b. Secara Obyektif Dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa yang mengajukan usulan judul Tugas Akhir. 1.4. Metode Pembahasan Metode pembahasan yang digunakan adalah metode deskriptif yang dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data-data tersebut kemudian diolah dan dianalisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara : a. Observasi lapangan pada Balai Latihan Kerja Industri yang baru di Semarang dan di Jakarta, serta Balai Latihan Kerja Khusus Las di Jakarta. b. Studi literatur yang dilakukan untu mendapatkan data-data dan referensi yang relevan dengan pembahasan, diantaranya yaitu profil-profil mengenai BLKI di Semarang dan Jakarta, brosur-brosur mengenai BLKI Semarang dan Pasar Rebo, serta brosur mengenai BLK Khusus Las Condet, konsep arsitektur high tech, dan lain-lain. c. Wawancara dengan narasumber yang berkaitan dengan perencanaan Balai Latihan Kerja Industri. 1.5. Sistematika Pembahasan Secara garis besar sistematika pembahasan landasan program perencanaan dan perancangan arsitektur adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang, tujuan dan sasaran pembahasan, manfaat pembahasan, metode pembahasan, sistematika pembahasan dan alur pikir. BAB II TINJAUAN BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI DAN TINJAUAN MASING-MASING KEJURUAN Berisi tentang uraian mengenai Balai Latihan Kerja Industri (BLKI), Tinjauan mengenai Balai Latihan Kerja Industri dan tinjauan masing-masing kejuruan yang ada di BLKI. BAB III BALAI LATIHAN KERJA INDUSTRI DI SEMARANG DAN STUDI BANDING Berisi mengenai tinjauan kota Semarang, uraian mengenai Balai Latihan Kerja Industri di Semarang, strategi pengembangan BLKI Semarang, permasalahan pengembangan dan studi banding di BLK Industri Pasar Rebo, Jakarta, dan BLK Khusus Las Condet, Jakarta. BAB IV KESIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN Berisi tentang kesimpulan, batasan dan anggapan dari masing-masing bab. BAB V PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Berisi tentang pendekatan pelaku dan aktivitas, pendekatan kejuruan, pendekatan jumlah pelaku, pendekatan jumlah ruang pelatihan, pendekatan kebutuhan ruang dan besaran ruang, pendekatan hubungan ruang, pendekatan sirkulasi, pendekatan pemilihan tapak, pendekatan kinerja, pendekatan teknis, pendekatan arsitektural. BAB VI KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Berisi tentang konsep dasar perencanaan, aspek fungsional, aspek kinerja, aspek teknis, aspek arsitektural, program ruang, rekapitulasi dan penentuan luas lokasi
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 18719 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 04 Aug 2010 13:26 |
Last Modified: | 04 Aug 2010 13:26 |
Repository Staff Only: item control page