Iswanto, Danoe (2007) TINJAUAN KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA ASPEK PEDESTRIAN AREA DAN PARKIR DI KAWASAN SOLO GRAND MALL. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman, 6 (2). pp. 79-86. ISSN 1412-7768
| PDF - Published Version 70Kb |
Abstract
Surakarta merupakan kota yang sedang berkembang. Letaknya cukup strategis karena berada di antara dua kota besar, yaitu Semarang dan Jogjakarta. Dewasa ini, Pemerintah Kota Surakarta maupun pihak swasta sedang gencar membangun berbagai fasilitas sosial. Fasilitas yang dibangun ada yang baru, ada pula yang membangun kembali yang sebelumnya sudah ada, namun karena adanya kerusuhan Mei 1999 bangunan tersebut menjadi rusak. Solo Grand Mall atau masyarakat biasa menyingkat dengan SGM merupakan salah satu mall yang baru dibangun (sekitar awal 2005). SGM berada di pusat kota, yaitu di jalan Slamet Riyadi, yang merupakan jalan protokol di Kota Surakarta. Lokasinya yang berada di pusat kota menjadikannya selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat. Pengunjung pun tidak hanya dari Kota Surakarta, melainkan juga dari kota sekitar, seperti Karanganyar, Kartasura, Sukoharjo, Boyolali. Keberadaaan Solo Grand Mall tidak terlepas dari kawasan sekitarnya. Beberapa hal yang terkait adalah mengenai jalur pedestrian, parkir, dan pedagang kaki lima. Keberadaan tiga hal tersebut cukup penting, karena termasuk aspek dalam perancangan kawasan. SOLO GRAND MALL DAN PERKEMBANGAN KOTA SURAKARTA Kota Surakarta yang berada di bagian Selatan Propinsi Jawa Tengah memiliki karakter tersendiri dalam kegiatan maupun perkembangan fisik kota. Kota Surakarta dilintasi jalan arteri primer yang menghubungkan kota Semarang dan Yogyakarta. Dengan dukungan struktur jalan tersebut, serta oleh daerah belakang di Propinsi Jawa Tengah maka perkembangan di kota-kota besar di propinsi lain akan mendorong pertumbuhan Kota Surakarta. Dari segi kedudukan lokasional kota Surakarta mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan keuntungan-keuntungan lokasi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keterkaitan perkembangan kota-kota besar ini lebih bertumpu pada potensi sektor-sektor industri, perdagangan dan jasa sebagai sektor potensial yang ekonomi yang kuat di masa mendatang. Jalan Brigjen. Slamet Riyadi adalah jalan protokol utama yang membelah kota Surakarta menjadi dua bagian, berdasarkan sejarah jalan ini membatasi antra Kraton Magkunegaran dan Kraton Kasunanan Surakarta. Jalan protokol ini membentang sepanjang kurang lebih 5 km, dimulai dari arah Barat di perempatan Kerten (depan RS. Panti Waluyo) hingga Gapura Gladag di sebelah Timur. Sepanjang koridor jalan Brigjen. Slamet Riyadi merupakan areal perdagangan dan pusat bisnis di kota Surakarta. Kemacetan sangat rawan terjadi di beberapa titik, terutama di depan Solo Grand Mall (SGM) dan di daerah Nonongan hingga Gapura Gladag Karakter bentuk fisik suatu kota dapat dikenali melalui elemen - elemen dasar lingkungan, seperti bentuk ruang dan kualitas ”nilai dan makna” suatu tempat. Dan pemahaman makna tentang nilai – nilai melalui dimensi : simbolik, fungsional, emosional, historik, budaya, politik (Purwanto, 1996 dalam Sistem Perparkiran di Kawasan Simpang Lima Semarang Seminar Teknik Arsitektur, Universitas Diponegoro, Semarang), serta keunikan - keunikan dan karakteristik suatu tempat akan memperkuat suatu identitas. Karakter yang spesifik yang membentuk identitas merupakan suatu pengenalan bentuk dan kualitas ruang sebuah daerah perkotaan, yang secara umum disebut sense of place. Pasca kerusuhan tahun 1998 yang meluluhlantakkan banyak bangunan, pusat perbelanjaan berbentuk supermarket, mal, dan sejenisnya akhir-akhir ini tumbuh subur di Kota Bengawan. Salah satu yang kini dibangun adalah Solo Grand Mall. Fasilitas belanja tersebut diproyeksikan menjadi mal terbesar di Provinsi Jateng. Solo Grand Mall dengan luas 63.000 m2, berlantai tujuh, dibangun dengan menganalisis dan melihat pasar Kota Surakarta. Surakarta sangat potensial untuk bisnis eceran. Pengembang berpikir di Surakarta belum ada shopping center terpadu, sehingga perlu dibangun sebuah pusat perbelanjaan yang terpadu. Solo Grand Mall berada di kelurahan Penumping dan dibangun di atas bekas kawasan rumah sakit dan puskesmas yang sebelumnya tidak termanfaatkan secara maksimal. Terletak di salah satu ruas jalan paling terkenal dan padat di kota Surakarta, yaitu jalan Slamet Riyadi, membuat mall ini sebagai salah satu pusat hiburan baru yang mudah diakses dari segala sudut kota. Terpadu itu kompleksitasnya tinggi. Istilahnya one stop shopping. Solo Grand Mall menyediakan segala kebutuhan, dari kebutuhan untuk rambut sampai kaki, kebutuhan sehari-hari pun tersedia, bahkan tersedia sarana hiburan keluarga. Jadi, saat orang tua belanja di Solo Grand Mall, anak-anak bisa bermain karena sarana yang disiapkan cukup lengkap. Ada arena bowling, cinepleks, arena permainan anak-anak, dan sebagainya. Solo Grand Mall merupakan perpaduan antara mall dan trade center. Konsepnya dipadukan sehingga terbentuk suasana mal tetapi harga trade center. Mall ini akan berani bersaing soal harga. Sebab, untuk Solo konsep mal utuh atau murni belum bisa diterapkan di kota Surakarta dikarenakan masih takutnya para investor untuk menanamkan modalnya lebih banyak pasca kerusuhan Mei 1998. namun, tetap dibuat sebuah konsep perpaduan yang bisa menjangkau semua lapisan masyarakat. Menurut Subakti A. Sidik, vice manager Solo Grand Mall (www.suaramerdeka.com/harian/0406/05/eko8.htm, diakses tanggal 31 Maret 2006), segmen pasar yang dibidik oleh managemen Solo Grand Mall adalah masyarakat menengah. .Dengan batasan menengah ke atas tidak, menengah ke bawah juga tidak, jadi kesimpulannya segmen pasar yang dibidik berada di tengah-tengah. Di Solo golongan menengah cukup banyak. Namun, Solo Grand Mall mencoba untuk menjembatani agar jangan sampai yang dituju adalah golongan atas ternyata golongan yang di bawah juga banyak. Golongan menengah ke bawah kami rangkul semua. Bisa disimpulkan, sebenarnya Solo Grand Mall untuk segala lapisan masyarakat karena harganya terjangkau. Kami akan mengakomodasi mereka. Ada space-space yang kami siapkan dan diperkirakan cukup terjangkau oleh mereka. Ruangan ukuran 2x2 m2 sewa untuk 20 tahun tahun sekitar Rp 75 juta. Kalau dibagi, rata-rata tarif sewanya Rp 14.000/4 m2/hari. TINJAUAN PEDESRIAN AREA, PARKIR, DAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SGM KAITANNYA DENGAN ELEMEN FISIK PERANCANGAN KOTA Pedestrian Area Menurut Shirvani, 1985, jalur pedestrian merupakan elemen perancangan yang penting, yaitu membentuk keterkaitan antar aktivitas pada suatu lokasi. Jalur pedestrian akan semakin penting bila pejalan kaki digunakan sebagai pengguna utama jalur tersebut , bukan kendaraan bermotor atau hal – hal lainnya. Sehingga fungsi utama dari jalur pedestrian dapat tercapai, yaitu terciptanya keindahan dan kenyamanan suatu area bagi pengguna. Pedestrian area, merupakan elemen yang sangat penting dalam perancangan kota dan bagian dari salah satu unsur elemen fisik perancangan kota, sirkulasi dan parkir (sirculation and parking) serta sangat erat kaitannya dengan kegiatan pendukung (activity support) . Pada kawasan SGM ini, telah dirancang jalur pedestrian yang akan dikaji berdasarkan teori Untermann dalam Perencanaan Jalur Pedestrian. Keamanan Keseimbangan interaksi antara pejalan kaki dengan kendaraan. Untuk menjaga kendaraan supaya tidak memasuki daerah yang digunakan orang untuk berdagang (PKL), maka cara yang lebih efektif daripada memakai tanda lalu lintas adalah dengan membedakan tinggi permukaan lantai sebanyak satu atau dua anak tangga. Di lapangan, pedestrian area tersebut berada 40 cm di atas muka jalan, namun tidak ada pembatas dengan jalur lambat. Lampu penerangan Berdasarkan pengamatan dan survey yang dilakukan, lampu penerangan yang menjadi elemen pendukung jalur pedestrian di kawasan SGM ini, hanya terdapat di sebelah selatan dari Jalan Slamet Riyadi. Lampu yang memiliki dua arah penerangan, yaitu untuk jalan raya dan untuk jalur pedestrian, ini mempunyai rata – rata ketinggian 30’ – 50’ untuk bagian penerangan jalan raya dan ketinggian 10’ – 15’ untuk bagian penerangan jalur pedestrian. Jenis lampu yang digunakan merkuri, natrium bertegangan tinggi, dan lampu pijar. Jarak antara satu lampu dan lampu lain adalah 12 meter Bangku Tidak terdapat bangku – bangku ataupun sarana untuk beristirahat lainnya pada pedestrian area di kawasan SGM ini, data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa bangku – bangku yang akhirnya ada, merupakan usaha warung sekitar sendiri, ataupun tukang parkir yang menggunakannya untuk beristirahat. Rambu / Sign Data – data di lapangan menunjukan, banyak terdapat rambu – rambu (signases) yang memudahkan masyarakat untuk mengenali kawasan ini. Dikarenakan kawasan ini merupakan kawasan perdagangan dan jasa, maka rambu – rambu ada berupa rambu – rambu parkir, overboden, dan rambu – rambu petunjuk jalan lainnya. Tanaman Peneduh Kawasan ini merupakan salah satu kawasan di Surakarta yang rindang dan terdapat banyak pepohonan, sebagai taman pasif, namun terkadang taman pasif ini berubah fungsi menjadi taman aktif, dengan adanya Warung HIK (Hidangan Istimewa kampung) yang menggunakan taman tersebut sebagai areal meggelar dagangannya. Tanaman digunakan berupa : pohon asem, angsana, perdu, teh – tehan, palem, dan rumput. Data di lapangan menunjukkan bahwa tanaman – tanaman ini selalu di rawat oleh Dinas Taman dan Tata Kota, dengan adanya truk penyiram, setiap pagi dan malam hari. Kios Hanya terdapat beberapa titik – titik kios di sepanjang Kawasan SGM ini. Data di lapangan menunjukkan bahwa, kios – kios tersebut merupakan toko – toko kelontong kecil yang menyediakan minuman, makanan kecil, dan rokok. Kios – kios ini digunakan untuk menarik perhatian pejalan kaki sehingga mereka mau menggunakan jalur pedestrian tersebut sehingga jalur itu menjadi hidup dan tidak monoton. Tempat Sampah Sebagai kawasan yang setiap waktu padat, tempat sampah sangat penting kegunaannya untuk menjaga kebersihan jalan terutama jalur pedestrian sehingga orang – orang merasa nyaman mempergunakannya dan meningkatkan kualitas fisik ruang luar. Shelter Berdasarkan data di lapangan, shelter yang terdapat di kawasan SGM hanya berupa halte bus, dan beberapa peneduh tritisan dari sebuah bangunan untuk mempercantik fasade bangunan. Telepon Hanya terdapat sebuah telepon saja di sepanjang Kawasan ini, namun berdasarkan survey lapangan telepon terjaga dengan baik dan masih dapat digunakan. Jenis telepon tersebut adalah telepon dengan menggunakan kartu chip. Sculpture Tidak terdapat sculpture di kawasan SGM Permukaan pedestrian Permukaan pedestrian pada kawasan ini stabil, relatif rata, dan tidak licin karena menggunakan paving block yang dapat menyerap air. Material Material yang digunakan adalah paving blovk, yang dipasang dengan ke miringan 5 % dari permukaan tanah untuk menghindari limpahan air apabila hujan. Berdasarkan Lalu Lintas Jalur Pedestrian di kawasan SGM memiliki jalur yang mampu memisahkan kendaraan bermotor dengan pergerakan manusia serta tertutup untuk kendaraan bermotor. Kenyamanan Secara Estetis Berdasarkan data yang diperoleh langsung di lapangan , faktor kenyamanan secara estetis sebagian besar telah terpenuhi dan mampu meningkatkan kualitas pedestrian tanpa mengurangi keleluasaan gerak dari para penggunanya. Penggunaan elemen pendukung pedestrian, seperti lampu, shelter, tempat sampah, signages, kios , tanaman peneduh, dan telepon telah mendukung kawasan ini menjadi salah satu pusat perdagangan dan jasa terkemuka di kota Surakarta dan sekitarnya. Kenyamanan Secara Psikologis Secara keseluruhan pedestrian di kawasan ini menggunakan skala manusia, yaitu perbandingan ukuran elemen bangunan atau ruang dengan dimensi tubuh manusia, hal tampak di beberapa sudut, seperti ukuran lampu, shelter, tempat sampah, telepon, yang menggunakan ukuran perbandingan dengan dimensi tubuh manusia. PENATAAN PARKIR Penataan parkir merupakan unsur yang penting dalam elemen perancangan perkotaan, dan termasuk dalam unsur sirkulasi dan parkir (circulation and parking). Menurut beberapa pakar, pengertian parker dan koneks yang berkaitan dengan perparkiran, adalah sebagai berikut : - Semua kendaraan tersebut tidak mungkin bergerak terus – menerus. Pada suatu saat ia harus berhenti untuk sementara (menurunkan muatan) atau berhenti cukup lama yang disebut parkir (Warpani,1990) - Ruang parkir (parkir space) adalah area yang cukup luas untuk menampung satu kendaraan dengan akses yang tidak terbatas (tidak ada blokade) tetapi tatap mencegah adanya ruang untuk maneuver kendaraan (Edward,1992). - Akumulasi parkir (parkir accumulation adalah total jumlah kendaraan yang diparkir di dalam areal tertentu pada waktu tertentu (Edward,1992) - Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu yang lama atau sebentar keadaan dan kebutuhannya (Wicaksono,1989). - Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara (Pedoman Teknis Penyelengaraan Fasilitas Parkir, Dirjen Perhubungan Darat, 1996). - Durasi parkir (parking duration) adalah lama waktu parkir satu ruang parkir. Jenis Parkir Pembangunan yang pesat di perkotaan akan memberi dampak pada sistem transportasi yang ada. Perkembangan lalu lintas serta jaringan prasarana kota akan mengalami peningkatan pesat. Hal ini sesuai dengan meningkatknya kebutuhan akan sarana angkutan. Akibat lainnya adalah berpengaruh pada perparkiran yang ada, karena perparkiran sebagai salah satu unsur transportasi akan juga mengalami peningkatan dan perkembangan yang pesat. Menurut macamnya, parkir dibedakan menurut cara penempatannya, yang dikenal dalam dua type, yaitu (De Chiara-Lee Kopelman;1975) : Parkir tepi (on street parking) Panataan parkir di kawasan SGM ini sebagian besar menggunakan sistem on street parking, pada Jalan Slamet Riyadi on street parking digunakan oleh mobil, sedangkan di jalan Penumping digunakan untuk sepeda motor. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tipe parkir tepi di kawasan SGM ini termasuk parkir tepi dipungut retribusi dengan waktu parkir, sedangkan pengaturan cara parkir tepi yang digunakan untuk mobil adalah bersudut (300 - 450) terhadap poros jalan, sedangkan untuk sepeda motor tegak lurus terhadap poros jalan. Parkir di Luar Jalan (off street parking) Menurut data di lapangan, parkir di luar jalan (off street parking) berada di gedung – gedung perkantoran (bank), hotel, dan SGM sendiri. Faktor Penentu Parkir Berdasarkan peta tata guna lahan, kawasan SGM ini terletak di kawasan perdagangan dan jasa, dengan lalu lintas yang padat dan sibuk sehingga membutuhkan pemecahan tersendiri. Kegiatan parkir di kawasan Solo Grand Mall (SGM) yang sejak dibuka awal 2005, banyak menggunakan lahan jalur hijau, trotoar, pinggir jalan Slamet Riyadi dan di atas rel kereta api. Saat ini lokasi parkir juga berada di jalan Kampung Penumping dan menggeser ke bahu jalur lambat depan gereja yang ada di barat SGM. Di kawasan pusat kegiatan kota pada kenyataannya kebutuhan akan sarana parkir di luar jalan (off street parking) cukup besar, meski pada umumnya memiliki lahan yang terbatas. SGM sebenarnya telah menyediakan fasilitas parkir di dalam gedung. Pengelola SGM sudah menyediakan lahan parkir yang cukup memadai, baik untuk sepeda motor maupun mobil. Namun, banyak pengunjung enggan parkir di dalam, apalagi dicegat juru parkir yang ada di luar. Akhirnya area parkir di luar penuh, sehingga mengakibatkan kesemrawutan dan menghambat arus lalu lintas di penggal jalan Slamet Riyadi. Kapasitas parkir di SGM adalah untuk 1350 kendaran bermotor dan 750 mobil. Jumlah kendaraan bermotor yang parkir di kawasan SGM setiap harinya, dimulai pukul 08.30 – 24.00 adalah berjumlah 478 buah, sedangkan untuk mobil setiap harinya berjumlah sekitar 256 buah. Waktu terpadat yaitu pukul 12.00 - 15.00 dan 19.30 – 21.00, dan hari terpadat adalah hari Sabtu, Minggu dan hari libur. Pada peak hours tersebut jumlah kendaraan yang diparkir dapatmelonjak menjadi 1,5 –2 kali lipat dari hari biasa. Masalah lain yang timbul adalah pemblokiran Jalan Slamet Riyadi setiap hari Miggu dan hari besar lain, hal ini sangat menyulitkan pengunjung, mengingat Jalan Slamet Riyadi ini merupakan jalan satu arah sehingga pengunjung kesulitan mencapa mall ini, jalur alternatif yang digunakan adalah jalan Kalitan. (Sumber : survey lapangan,2006 ) Tata letak parkir Tata letak parkr mobil yang daplikasikan pada kawasan SGM ini adalah bersudut (300, 450) terhadap poros jalan, sedangkan untuk kendaraan bermotor adalah tegak lurus terhadap poros jalan. PEDAGANG KAKI LIMA Pengaruh langsung dari kegiatan PKL terhadap kegiatan kota bila ditinjau dari segi disiplin tata ruang kota dan estetis/ keindahan kota memiliki dampak yang negatif. Tapi bila ditinjau dari segi sosial ekonomi maka dengan adanya kegiatan PKL membantu masyarakat meningkatkan taraf hidup paling renda hingga status sosial ekonomi menengah. Dari kedua permasalahan tersebut perlu adanya solusi yang positif bagi disiplin tata ruang kota maupun bagi warga kotanya. Pola Penyebaran Pkl Ditinjau dari sudut penyebarannya, dibedakan menjadi dua pola penyebarannya yatu (Mc Gee O. Teung dalam Widjajanti, 2000 : 401) : Pola penyebaran memanjang (Linear Concentration) Pola penyebaran ini dipengaruhi oleh pola jaringan jalan utama ayau jalan – jalan penghubung. Alasannya para penjaja memilih lokasi ini adalah karena aksesibilitasnya tiggi memilih lokasi ini adalah karena aksesibilitasnya tinggi sehingga mempunyai potensi yang besar unruk mendatangkan konsumen. Aktivitas dengan pola penyebaran memanjag biasanya terdiri dari barang kelontong, pakaian / tekstil, majalah/koran, dan campurannya. Pola penyebarannya mengelompok (focus angglomeration) Pola penyebaran ini dapat dijumpai pada ruang – ruang terbuka, taman lapangan, dan sebagainya. Pola ini dipengaruhi oleh pertimbangan faktor anglomerasi yaitu keinginan para penjaja untuk melakukan pemusatan / pengelompokan penjaja sejenis dengan sifat dan komoditas sama untuk lebih menarik minat pembeli. Aktivitas dengan pola penyebaran ini biasanya terdiri dari penjaja jenis makanan dan minuman. Identifikasi Kecenderungan Kegiatan PKL Di Kawasan SGM Lokasi Aktivitas perdagangan PKL tersebar di sepanjang areal pedestrian di sisi sebelah utara dan selatan Jalan Slamet Riyadi. Waktu Pembagian waktu PKL menjajakan berbagai jenis komoditinya banyak bergantung pada lokasi/tempat menjajakan dan jenis komoditi yang ditawarkan. Bila ditinjau menurut waktu terdapat beberapa kelompok, yaitu: Siang hari (pkl. 09.00 -16.00) Sore hari (pkl 16.00 - 21.00) Malam hari (pkl 21.00 – 04.00) Jenis Komoditi Untuk jenis komoditi PKL di kawasan SGM, berdasarkan survey terdiri dari PKL Pangan Bersampah Ringan (PSR), Pangan Bersampah Padat Cair (PSPC), Pelengkap Bersampah Ringan. Semua PKL di kawasan ini merupakan Pkl yang remanen (tidak permanen), yang apabila dagangannya telah habis atau sepi pembeli segera membersihkan dagangannya dan tempat berdagang tidak terbuat dari tembok hanya berupa besi dan tenda atau box. Sarana dan Prasarana Kelengkapan PKL yang digunakan dalam usaha menjajakan barang dagangannya di kawasan SGM dibagi menjadi dua yaitu, bentuk tenda dan bentuk kotak/box. Keberadaan Kegiatan PKL di Kawasan SGM Berdasarkan data ground research, bila ditinjau dari segi sosial ekonomi dengan adanya kegiatan PKL membantu masyarakat meningkatkan taraf hidup paling rendah hingga status sosial ekonomi menengah. Pengaruh langsung dari kegiatan PKL terhadap kegiatan kota bila ditinjau dari segi disiplin tata ruang kota dan estetis/ keindahan kota memiliki dampak yang negatif, yaitu berkurangnya areal pedestrian, dan kenyamanan pejalan kaki. Pola Penyebaran PKL Ditinjau dari sudut penyebarannya, dibedakan menjadi dua pola penyebarannya yatu (Mc Gee O. Teung dalam Widjajanti, 2000 : 401) : Pola penyebaran yang digunakan oleh PKL di kawasan SGM ini adalah pola penyebaran memanjang (Linear Concentration) KESIMPULAN Jalan Slamet Riyadi merupakan bagian tak terpisahkan dari kawasan perdagangan kota yang terkonsentrasi pada daerah PRK IV Kota Surakarta, sehingga penempatan Solo Grand mall sudah tepat. Pedestrian Area Keberadaan pedestrian area perlu mendapat perhatian karena kawasan solo Grand mall merupakan kawasan perdagangan yang tidak dapat terlepas dari pejalan kaki dan jalur pedestrian. Perancangan Jalur Pedestrian Di Kawasan Sgm Keamanan dan kenyamanan area pedetrian di kawasan ini sudah cukup baik, terutama dari segi keamanan, di mana letak pedetrian area tidak tepat di samping jalan raya. Pedestrian area kawasan ini tidak memenuhi standar lebar area pedestrian di pusat kota. Material dan tekstur area pedestrian sudah cukup baik dan sesuai dengan standar. Permasalahan pada kawasan ini adalah mengenai elemen pendukung yang keadaannya tidak begitu baik, seperti tampilan kotak sampah yang sudah tidak indah lagi atau ketiadaan bangku. Parkir Penataan parkir di kawasan Solo Grand Mall, khususnya parkir di sepanjang jalan Slamet Riyadi cukup padat. Jenis parkir tepi jalan seharusnya tidak menjadi jenis parkir yang utama, karena parkir jenis ini dapat mengakibatkan kemacetan dan mengurangi lebar jalan efektif. Parkir di kawasan ini seharusnya menjadi perhatian yang cukup serius, mengingat kawasan ini merupakan kawasan perdagangan dan jasa yang cukup ramai. Tata letak parkir tepi jalan, sudah cukup baik, meskipun seharusnya parkir tepi jalan tidak diadakan. Pedagang Kaki Lima Jumlah pedagang kaki lima yang tidak sedikit pada kawasan ini menjadikan keberadaan para PKL tidak dapat diabaikan, terutama apabila keberadaannya sudah mulai mengganggu elemen kota yang lain. Pedagang kaki lima pada kawasan Solo Grand Mall sebagian, bahkan hampir seluruhnya menjual makanan. Nilai positiv yang ada pada pedagang kaki lima kawasan ini adalah mereka membawa tempat atau wadah sendiri untuk membuang hasil limbah atau sampah mereka. Sejauh ini keberadaan pedagang kaki lima hanya mengganggu aktivitas pejalan kaki, karena mereka menggunakan area pejalan kaki. Penyebaran pedagang kaki lima akan terus memanjang mengikuti arah jalan, selama tidak ada tempat atau lokasi khusus bagi mereka. SARAN Perlu dibuat jembatan penyeberangan untuk keamanan dan kenyamanan pejalan kaki. Jalur pejalan kaki perlu ditata ulang, dengan melengkapinya dengan street furniture, seperti pengadaan bangku dan penggantian kotak sampah yang sudah rusak, sehingga menjadi salah satu elemen atraktif yang menjadi karakteristik kawasan. Perlu dilakukan penataan dan pengaturan lokasi pedagang kaki lima, sehingga mampu menjadi bagian dari aktifitas kawasan. Jika keberadaannya memang sangat mengganggu, maka keberadaan para PKL patut untuk ditinjau ulang, tetap ada atau kawasan ini perlu dibersihkan dari PKL. DAFTAR PUSTAKA Chiara, De, Joseph dan Lee E. Koppelman, 1978, Standar Perencanaan Tapak ( terj ), Erlangga, Jakarta Edy Darmawan, Ir, M. Eng dan Ariko Ratnanami, St, MT. 2005, Bentuk, Makna, Ekspresi Arsitektur Kota Dalam Suatu Kajian Penelitian, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. LAPANGAN SIMPANG LIMA, 2005, Metodologi Riset Teknik Arsitektur, Universitas Diponegoro, Semarang Neufert, 2003, Data Arsitek, Penerbit Erlangga, Jakarta. Oxford Leaners Pocket Dictionary,1995 Soeginoto, Fransisca, 1999, Sistem Perparkiran di Kawasan Simpang Lima Semarang, Seminar Teknik Arsitektur, Universitas Diponegoro, Semarang. Wahyuni, Sri, 2000, Kajian Posisi PKL di Penggal Jalan Hayam Wuruk, Skripsi S1 Teknik Arsitektur, Universitas Diponegoro, Semarang. www.id.wikipedia.org/wiki/kotasolo www.suaramerdeka.com/harian/0406/05/eko8.htm SURAKARTA DALAM ANGKA, 2004, BAPEDA KOTA SURAKARTA
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 18618 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 03 Aug 2010 13:34 |
Last Modified: | 20 Sep 2011 11:22 |
Repository Staff Only: item control page