FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN FILARIASIS PADA DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI KECAMATAN MARO SEBO KABUPATEN MUARO JAMBI PROPINSI JAMBI

Marzuki, Marzuki (2008) FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN FILARIASIS PADA DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI KECAMATAN MARO SEBO KABUPATEN MUARO JAMBI PROPINSI JAMBI. Masters thesis, PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO.

[img]
Preview
PDF - Published Version
350Kb

Abstract

Faktor Lingkungan dan Perilaku Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Filariasis Pada Daerah Endemis Filariasis di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Propinsi Jambi. 150 halaman + 54 tabel + 8 gambar + 9 lampiran Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Propinsi Jambi pada tahun 2007, merupakan kecamatan dengan kasus filariasis yang paling banyak (50 Kasus) di antara delapan kecamatan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi. Filariasis merupakan penyakit menular dengan perantara nyamuk dan di Indonesia hingga saat ini telah teridentifikasi dari genus Mansonia, Anopheles, Culex, yang menjadi vektor filariasis. Sedangkan terjadinya penyakit ini bermula dari interaksi oleh tiga faktor, yaitu agent, vektor, dan Pejamu/Host. Akibat interaksi tersebut maka cacing mikrofilaria masuk kedalam pembuluh dan kelenjar getah bening, sehingga terjadi penyakit yang sering disebut filariasis limfatik, di Kecamatan Maro Sebo disebut Untut. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan case- control, dengan tujuan mencari hubungan faktor risiko lingkungan, perilaku, sosial ekonomi dan pengetahuan tentang filarasis yang mempengaruhi kejadian penyakit filariasis. Jumlah sampel adalah sebanyak 100 responden terdiri dari 50 responden kelompok kasus dan 50 responden kelompok kontrol. Hasil analisis bivariat yang terbukti menjadi faktor risiko terhadap kejadian filariasis adalah : vektor filariasis (Mansonia spp), Pengetahuan tentang filariasis (OR = 3,167, CI 95% = 1,349–7,435), Jenis anti nyamuk yang digunakan (OR = 2,495, CI 95% = 1,105–5,629), Kebiasaan tempat berobat (OR = 4,041, CI) 95% = 1,215–13,433), Jenis pakaian kerja (OR = 2,705, CI 95% = 1,197–6,113), Lama kerja/Durasi kerja (OR = 3,162, CI 95% = 1,032–9,685), dan Tingkat penghasilan (OR = 6,247, CI 95% = 2,257–17,294). Hasil analisis multivariat menunjukan variabel yang paling potensial terhadap kejadian filariasis adalah : Pengetahuan tentang filariasis dengan nilai signifikansi 0,013 (p<0, 25), Kebiasaan tempat berobat nilai signifikansi 0,018 (p<0,25), Jenis pakaian kerja nilai signifikansi 0,003 (p<0,25) dan Tingkat penghasilan dengan nilai signifikansi 0,012 (p<0,25). Kesimpulan dari penelitian ini adalah : masih kurangnya pengetahuan responden tentang kejadian filariasis, perilaku/kebiasaan mencari tempat berobat masih tradisional, kebiasaan menggunakan pakaian kerja masih buruk (baju/celana pendek) dan tingkat penghasilan responden masih relatif rendah, sehingga meningkatnya kejadian filariasis. Environmental and behavioural factors in association with filariasis transmission in the endemic area Maro Sebo Sub District Muaro Jambi Regency Jambi Province. 150 pages + 54 tables + 8 figures + 9 appendixes In 2007, Maro Sebo Sub District Muaro Jambi Regency Jambi Province, is one of the endemic filariasis area, with the most dominant filariasis cases in Muaro Jambi Regency. Filariasis is a disease caused by microfilaria and transmitted by mosquitoes as in Indonesia there are three genus of mosquitoes that transmitted the microfilaria : Mansonia Anopheles, Culex and the disease many develope by interaction of three factors : vektor host, agent. As the consequences of the interaction, the microfilaria will infected the limfatic and evoke filaria incidence (filariasis limfatic) in Maro Sebo subdistrict (Untut). The study was an observational study with a case-control approach aimed to find out the relationships between : environmental risk, behaviour, socioeconomic and knowledge about filariasis with the filariasis cases. Total samples used for filaria research were 100 respondents, 50 respondents as cases and 50 respondents as control. The result bivariate analysis revealed that some measured variables were correlated as (risk factor) to the cases of filarias such as : Mansonia genus was the vector filariasis, as knowledge about filariasis (OR = 3,167, CI 95% = 1,349-7,435), used self protection to mosquito bite (OR = 2,495, CI 95% = 1,105–5,629), medical treatmen (OR = 4,041, CI) 95% = 1,215–13,433), used spesification clothes to work (OR = 2,705, CI 95% = 1,197–6,113), long time work /work duration (OR = 3,162, CI 95% = 1,032–9,685), and income level (OR = 6,247, CI 95% = 2,257–17,294). The result of multivariat analysis found that the most potent variable that influent filariasis was : knowledge about filariasis with a significant value of 0,013 (p<0,25), medical treatment for filariasis with significant value of 0,018 (p<0,25), use of spesific clothes while working with significant value of 0,003 (p<0,25) and the income level with significant value of 0,008 (p<0,25). Conclusion of this study lack of knowledge about filariasis traditional treatment, using bad kind clothes while working and respondent minimal income level may increase the prevalence of filariasis.

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA0421 Public health. Hygiene. Preventive Medicine
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Environmental Health
ID Code:18328
Deposited By:Mr UPT Perpus 5
Deposited On:30 Jul 2010 13:21
Last Modified:30 Jul 2010 13:21

Repository Staff Only: item control page