Setyowati , Widhy (2009) STRATEGI MANAJEMEN SEBAGAI FAKTOR MITIGASI TERHADAP PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN Studi Empirik pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Masters thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
| PDF - Published Version 864Kb |
Abstract
Teori agensi mendasari hubungan antara prinsipal dan agen, dimana pemegang saham selaku prinsipal memberikan kepercayaan kepada manajer selaku agen untuk menjalankan usahanya termasuk mengambil keputusan penting guna menjaga kontinuitas perusahaan. Selanjutnya pemegang saham akan mengevaluasi pertanggungjawaban manajemen khususnya pertanggung jawaban keuangan melalui auditor independen yang akan melakukan proses audit yang berakhir dengan pemberian opini auditor. Bagi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) kemungkinan untuk menerima opini going concern semakin besar (Mc.Keown, et al., 1991; Behn et al.,2001). Oleh karenanya manajer akan melakukan berbagai strategi untuk tidak menerima opini going concern karena opini tersebut memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan akan keraguan auditor atas kemampuan perusahaan untuk menjalankan usahanya dan lebih lanjut penerimaan opini tersebut dapat berdampak terhadap kesulitan perusahaan mencari pinjaman (Firth,1980), menurunnya harga saham (Jones,1996) dan dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan atau self fulfilling prophecy effect (Mutchler,1984; Hopwood et al.,1989) . Penelitian ini dimotivasi oleh pemberlakukan Pernyataan Standar Auditing (PSA) Nomor 30 (SPAP,2001) yang mewajibkan auditor untuk mengevaluasi rencana manajemen untuk mengatasi kesulitan keuangan bagi perusahaan yang mengalami financial distress, demikian pula rekomendasi dari LaSalle dan Anandarajan (1996) bahwa untuk memberikan opini going concern auditor perlu mengevaluasi viability strategy atau strategi manajemen yang dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan serta didorong adanya perkembangan metodologi audit yang berbasis pendekatan top-down holistic yaitu pendekatan audit berbasis resiko bisnis klien yang telah dilakukan oleh beberapa kantor akuntan publik besar (Knechel,2001; Curtis dan Turley,2005). Disisi lain Hofer (1980) yang selanjutnya dikembangkan oleh Capon (1992), Sudarsanam dan Lai (2001) dan Bruton et al. (2003) memberi bukti empiris bahwa bagi perusahaan yang mengalami financial distress dapat melakukan berbagai strategi yang dapat meningkatkan kinerjanya melalui strategi jangka pendek (operational turnaround approach) dan strategi jangka panjang (strategic turnaround approach). Fenomena yang ada di Indonesia menunjukkan data perusahaan manufaktur yang mengalami financial distress tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 yang menerima opini going concern sejumlah 41,45% , konsisten dengan hasil penelitian Ramadhany (2004) bahwa sejumlah 40,69% perusahaan yang mengalami financial distress menerima opini going concern. Dengan demikian diduga bahwa opini going concern yang diterima perusahaan tidak hanya didasarkan pada kondisi keuangan namun juga dipengaruhi oleh informasi yang bersifat mitigasi atau informasi baik (good news) yang dapat mengurangi kemungkinan penerimaan opini going concern. Hal ini sesuai dengan rekomendasi yang disampaikan oleh Mirna dan Indira (2007) bahwa didalam menganalisis prediksi penerimaan opini going concern perlu dilakukan penelitian terhadap tindakan stratejik manajemen atau strategic action.Penelitian ini bertujuan memberi bukti empiris atas pertanyaan penelitian yang diajukan dengan melakukan pembuktian terhadap hipotesis tentang pengaruh strategi manajemen sebagai faktor mitigasi terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern, yang meliputi strategi berbasis keuangan seperti strategi emisi saham, strategi mengeluarkan hutang baru atau melakukan restrukturisasi hutang. Disisi lain, dua strategi operasional yaitu strategi menjual aset tidak produktif dan strategi pengurangan biaya diduga sebagai variabel yang mempengaruhi kemungkinan penerimaan opini going concern. Sedangkan strategi non keuangan yang bersifat ekspansionis dan berorientasi pada pasar eksternal yang akan diteliti sebagai faktor mitigasi meliputi strategi kerjasama atau kontrak jangka panjang dan strategi pengembangan produk baru atau perluasan segmen pasar baru. Penggunaan variabel kontrol kondisi keuangan dan kegagalan hutang (debt default) didasarkan pada pemikiran bahwa opini going concern hanya diberikan pada perusahaan yang mengalami masalah keuangan / financial distress (McKeown et al,1991; Behn et al., 2001). Selanjutnya ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel kontrol karena alasan bahwa perusahaan besar lebih mudah mengatasi kesulitan keuangannya karena memiliki jajaran manajemen yang lebih kuat sehingga kemungkinan untuk menerima opini going concern akan lebih kecil bagi perusahaan berukuran besar dibandingkan kemungkinan penerimaan opini going concern bagi perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil (Kevin et al., 2006). Lebih lanjut kantor akuntan publik besar akan menjaga reputasinya dengan memberikan opini sesuai dengan hasil auditnya walaupun perusahaan sedang mengalami masalah keuangan sehingga perusahaan yang mengalami financial distress dan diaudit oleh Kantor Akuntan Publik besar lebih besar kemungkinannya menerima opini going concern (Mutchler et al., 1997) Pembuktian hipotesis yang diajukan didasarkan pada 275 sampel perusahaan yang mengalami financial distress yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Kriteria perusahaan yang mengalami financial distress jika memenuhi minimal salah satu kriteria (McKeown et al.,1991 ;Behn et al., 2001) sebagai berikut (1) modal kerja negatif, (2) laba ditahan negatif atau defisit, (3) laba operasi negatif dan (4) laba bersih negatif. Pengujian hipotesis dan pembahasan variabel kontrol menggunakan regresi logistik. Pengujian fit model menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test yang hasilnya menunjukkan tingkat signifikansi lebih besar dari .05 yang berarti model yang digunakan sudah fit. Hasil Negelkerke R Square menunjukkan bahwa variabel strategi manajemen yang dikontrol dengan kondisi keuangan, status hutang, ukuran perusahaan dan reputasi auditor dapat mempengaruhi kemungkinan penerimaan opini going concern sebesar 86,80%, hal ini juga didukung dengan hasil ketepatan prediksi dalam tabel klasifikasi sebesar 91,6%. Demikian pula penggunaan variabel kontrol terbukti dapat memperbaiki model penelitian karena sebelum digunakan variabel kontrol Negelkerke R Square hanya 20,1 % dan setelah digunakan variabel kontrol naik menjadi 86,8% dan ketepatan prediksi secara keseluruhan sebelum digunakan variabel kontrol sebesar 66,2%.dan setelah digunakan variabel kontrol menjadi 91,6%
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor > HD28 Management. Industrial Management |
Divisions: | School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Management |
ID Code: | 17697 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 1 |
Deposited On: | 27 Jul 2010 09:59 |
Last Modified: | 27 Jul 2010 09:59 |
Repository Staff Only: item control page