Tauhid, . and Khadiyanto, Parfi and Hadiyarto, Agus (2008) Kajian Jarak Jangkau Efek Vegetasi Pohon Terhadap Suhu Udara pada Siang Hari di Perkotaan (Studi Kasus Kawasan Simpang Lima Semarang). Masters thesis, Program Pasca Sarjana.
| PDF - Published Version 34Kb |
Abstract
ABSTRAK Gejala peningkatan suhu udara utamanya pada siang hari semakin konkret, dirasakan di Indonesia khususnya di kota-kota besar. Terjadinya pulau panas (heat island) di perkotaan menjadi fenomena kian serius seiring dengan gejala perubahan iklim global. Meningkatnya suhu udara rerata di perkotaan dapat terkendali dengan keberadaan vegetasi pepohonan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi dan analisis jarak jangkau efek vegetasi pohon terhadap suhu udara siang hari di perkotaan. Selanjutnya menganalisis prosentase luas dan posisi penempatan hutan kota atau vegetasi pohon agar efektif mengendalikan kenaikan suhu udara di seluruh penjuru kota. Penelitian merupakan deskriptif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif. Dilaksanakan selama 20 (dua puluh) hari, mulai tanggal 20 Maret sampai dengan 19 April 2008. Tempat penelitian di Kawasan Simpang Lima Kota Semarang. Vegetasi yang menjadi indikator adalah pohon Beringin (Ficus benjamina L.) yang berada di sudut lapangan bagian Utara. Variabel penelitian terdiri dari Variabel terikat: persentase penutupan vegetasi: titik pusat canopy (P); di bawah ujung canopy (U); area dengan penutupan vegetasi 30 % (V30); dan area dengan penutupan vegetasi 10 % (V10). Variabel bebas: suhu udara (oC); kelembapan nisbi udara (Rh) dalam persen; kecepatan angin (knot); dan arah angin (derajat); dan perawanan. Pengukuran suhu, Rh, kecepatan dan arah angin serta perawanan dilakukan pada jam 07.00, 09.00, 11.00, 13.00, 15.00, 17.00 dan 18.00. Rerata suhu udara (oC) hasil pengukuran selama 20 hari pada setiap titik pengukuran adalah P = 24,49oC, U = 29,78oC, V30 = 29,98oC, dan V10 = 30,20oC. Selisih suhu (t) masing-masing titik dengan P adalah U = 0,29oC, titik V30 = 0,49oC, dan titik V10 = 0,70oC. Hasil Anova menunjukkan adanya perbedaan suhu yang siginifikan antar titik pengukuran. Uji lanjut dengan Metode Bonferroni menunjukkan bahwa titik V10 berbeda secara signifikan dengan P. Perbedaan ini pada uji dengan tingkat kepercayaan 95% (0,05). Berdasarkan analisis tersebut, disimpulkan bahwa: (1) luas penutupan vegetasi pohon atau hutan kota 10 % belum memadai sebagai ameliorasi iklim mikro, khususnya suhu udara; dan (2) persentase luas penutupan vegetasi atau hutan kota yang mampu menekan kenaikan suhu udara adalah 30 %. Pengontrolan suhu pada area bebas vegetasi menunjukkan suhu udara yang relatif sama dengan titik V10. Rerata selisih suhu (t) antara titik kontrol dan titik V10 adalah 0,09oC. Hal ini menunjukkan bahwa pada titik V10 (jarak 24 m dari P), efek vegetasi relatif sedikit pengaruhnya terhadap penurunan suhu udara. Arah dan kecepatan angin mempengaruhi jarak jangkau efek vegetasi terhadap pendinginan udara. Hasil ini menunjukkan bahwa keberadaan vegetasi pada daerah hulu angin memberikan efek penekanan kenaikan suhu pada daerah hilirnya. Arah dan kecepatan angin sangat penting dipertimbangkan dalam penempatan vegetasi pohon atau hutan kota. Hal ini ikut menentukan efektivitas vegetasi dalam mengendalikan kenaikan suhu udara di seluruh penjuru kota. Kata Kunci: efek vegetasi, penghijaun kota; luas dan penempatan vegetasi kota. ABSTRACT The rise of air temperature indication in daylight has been already subtly affecting Indonesia, in particular big cities. The emergence of heat island in urban area has been a more serious phenomenon as the change in global climate continues. The rise of the average air temperature in urban area can be controlled when tree vegetation is under controlled as well. This study aimed to identify and to analyse discourse range of the effect of the tree vegetation on daylight air temperature in urban area. Here, the study analysed square percentage and placement position of urban forest or tree vegetation in order to effectively control the rise of air temperature through the area. The study applied an explorative-descriptive method by a quantitative approach. It took place 20 (twenty) days form 20 March to 19 April 2008. The location for the study was Simpang Lima Area of Semarang Municipality, whereas vegetation used for indicator was Beringin (Ficus benjamina L.) situated on the north-side of the Simpang Lima Square. Variables consisted of dependent variables: vegetation covering percentage; canopy focal point (P); and under tip of canopy (U), and area with 30% vegetation covering (V30), and area with 10% vegetation covering (V10), and independent variables: air temperature (oC); percentage of air humidity rate (Rh); wind speed (knot); wind direction (degree); and cloud. The measurements of temperature, Rh, wind speed and direction, and cloud were held at 07.00, 09.00, 11.00, 13.00, 15.00, 17.00 and 18.00 local times. The average air temperature (oC) during 20 days of observation on each measurement point resulted in P = 24.49oC, U = 29.78 oC, V30 = 29.98 oC, and V10 = 30.20 oC. The temperature range (C) of each point with P resulted in U = 0.29 oC, V30 = 0.49 oC, and V10 = 0.70 oC. Anova output showed a significant difference in temperature between measurement points. The further measurement using Bonferroni Method showed that the V10 poin significantly differed from P. This difference was tested on trust rate of 95% (0.05). According such analysis, it came to conclusion as follows: (1) the 10% of covering square of tree vegetation of urban forest has been inadequate as an amelioration of micro climate, especially air temperature; and (2) the percentage of the vegetation covering or urban forest was only capable of suppressing the rise of temperature up to 30%. The control on temperature in vegetation-free area evidenced a relatively similar air temperature to the V10 point. The average of temperature range (t) between control and V10 points was 0.09 oC. Such result indicated that at V10 point (24m range from the P) had a minimum effect on the decrease of air temperature. The direction and speed of the wind did matter to the vegetation threshold range effect on air temperature decrease. This result explained that the presence of vegetation from the wind-source affects the temperature rise in the projected area. The wind direction and speed are necessary to be taken account for in placing the tree vegetation or urban forest since it determined the effectiveness of the vegetation in controlling the whole urban air temperature rise. Keywords: vegetation effect; greening of city; square and placement of city vegetation
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | efek vegetasi, penghijaun kota, luas, penempatan vegetasi kota, vegetation effect; greening of city; square and placement of city vegetation |
Subjects: | T Technology > TD Environmental technology. Sanitary engineering |
Divisions: | School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Environmental Science |
ID Code: | 17367 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 23 Jul 2010 09:45 |
Last Modified: | 23 Jul 2010 09:45 |
Repository Staff Only: item control page