Arso, Tri (2005) RUANG TERBUKA DALAM PERANCANGAN KOTA. Jurnal Jurusan Arsitektur, 1 . ISSN 08532877 (Unpublished)
| PDF - Published Version 39Kb |
Abstract
RUANG TERBUKA DALAM PERANCANGAN KOTA Triarso *) Abstraksi Peradaban manusia dimulai sewaktu manusia menginginkan suatu ruang untuk perlindungan dirinya terhadap alam. Manusia purba mulanya tinggal di gua – gua, mereka kemudian hidup berkelompok untuk tujuan pengamanan, kemudian mereka mulai menginginkan kebutuhan yang berlebih. Perlindungan kepada hal yang gaib menimbulkan pendirian altar atau tempat pemujaan sebagai bagian dari lingkungannya disamping unit – unit huniannya, timbullah dusun – dusun sederhana sebagai dasar dimulainya kebudayaan urban. Bagian yang solid dari suatu kota adalah susunan masa atau bangunan kota. Dalam arsitektur ( kota ) elemennya tidak terbatas kepada bagian yang solid, tapi juga ruang – ruang yang terbentuk oleh bagian yang solid tersebut, baik berupa jalan, taman atau lebih luas kepada seluruh ruang yang ada padanya. Jenis yang formal, yang dibentuk oleh façade bangunan dan pelataran kota di sebut urban space ( ruang kota ), sedang yang natural ( informal ) yang menyajikan alam ( nature ) didalam atau disekeliling kota disebut open space ( ruang terbuka ).Secara umum problema yang di hadapi dalam perencanaan suatu open space adalah sama, variasinya tergantung kepada skala fungsi yang dilayaninya. Ruang terbuka pada suatu lingkungan adalah merupakan wujud dari karakter lingkungan itu secara menyeluruh, dengan fungsi sebagai pusat kegiatan bersama. Kata Kunci : Ruang Terbuka, Perancangan Kota PENDAHULUAN Bahan dasar arsitektur adalah massa dan ruang, perpaduan antara keduanya adalah merupakan esensi perancangan. Dalam kultur sekarang ini, perancangan cendrung menitik beratkan kepada massa, atau banyak perancang yang “buta ruang”. Ada pendapat yang mengatakan bahwa pendalaman ruang merupakan pengalaman intelektual yang penuh sensasi dan perasaan, yang akan melahirkan kepekaan akan estetika. Oleh karenanya sering dikemukakan bahwa ungkapan ruang merupakan ungkapan arsitektural yang lebih besar. Secara universal diakui oleh kebudayaan di seluruh dunia bahwa perwujudan karya arsitektur merupakan ungkapan filosofis dari hubungan ruang dan massa. Sehingga dalam merancang kota sebagai karya arsitektur, ruang harus ditampilkan dalam volume yang utuh, diwujudkan dalam spirit arsitektural, yang kaya akan variasi pada kotanya. Ruang disamping mengungkapkan spirit dari aktifitasnya juga emosi dari manusia didalamnya, ruang tidak hanya nyata terlihat dari bidang yang mengelilingnya, melainkan karakternya terwujud pada susunan bidang yang kaya dengan irama, warna dan texture. RUANG KOTA DAN RUANG TERBUKA Bagian yang solid dari suatu kota adalah susunan masa atau bangunan kota. Dalam arsitektur ( kota ) elemennya tidak terbatas kepada bagian yang solid, tapi juga ruang – ruang yang terbentuk oleh bagian yang solid tersebut, baik berupa jalan, taman atau lebih luas kepada seluruh ruang yang ada padanya. Jenis yang formal, yang dibentuk oleh façade bangunan dan pelataran kota di sebut urban space ( ruang kota ), sedang yang natural ( informal ) yang menyajikan alam ( nature ) didalam atau disekeliling kota disebut open space ( ruang terbuka ). Pada dasarnya suatu ruang kota adalah karakter yang dominan pada kota, baik segi kualitas ruangnya maupun aktifitas yang terjadi didalamnya. Pengertian ruang kota diperluas tidak hanya yang terbentuk oleh bangunan ( massa ) melainkan juga yang terbentuk oleh alam ( pohon, tebing, sungai dan sebagainya ), pembicaraan mengenai ruang dikota akan mencakup keduanya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kota. Bentuknya bisa merupakan suatu koridor atau pulau persinggahan ( taman, plaza, persimpangan dan sebagainya ). Ruang – ruang terbuka ( informal / open space ) dapat memberi ciri lain kepada karakter yang alami dari kota, misalnya yang membentuk vista alami kearah pandangan bangunan, pendestarian, alam dan sebagainya. Pengertian ruang terbuka dikota adalah sebagai sistem tanah umum ( system of public land ) didalamnya termasuk jalan, sekolah, taman, ruang – ruang untuk bangunan umum yang tersusun dalam suatu jaringan kota. Perkembangan Sejarah Peradaban manusia dimulai sewaktu manusia menginginkan suatu ruang untuk perlindungan dirinya terhadap alam. Manusia purba mulanya tinggal di gua – gua, mereka kemudian hidup berkelompok untuk tujuan pengamanan, kemudian mereka mulai menginginkan kebutuhan yang berlebih. Perlindungan kepada hal yang gaib menimbulkan pendirian altar atau tempat pemujaan sebagai bagian dari lingkungannya disamping unit – unit huniannya, timbullah dusun – dusun sederhana sebagai dasar dimulainya kebudayaan urban. Masing – masing dusun kadang – kadang bersaing hingga terjadi pertempuran, kelompok yang berjaya membesar menjadi semacam kerajaan kecil dan seterusnya, dengan perubahan nilai yang terus menerus melahirkan kota – kota dengan perbentengan yang mengelilinginya, tempat penguasa dan rakyat yang berlindung di tempat tersebut. Dalam sejarah Mesir kuno struktur kotanya sudah mengenal jalan yang monumental, plaza yang kolosal tempat kuil pemujaan, dan monumen kuburan atau makam yang monumental untuk rajanya. Pada jaman ini fungsi ruang kota memang ditujukan dan dibangun untuk tujuan mengagungkan raja, di bangun dengan kekuatan kekuasaan selalu ada hubungan antara ruang terbuka dengan kuil atau istana. Kota – kota jaman klasik pada kebudayaan Yunani yang lebih maju, di kenal ruang – ruang terbuka dengan fungsi yang lebih terklasifikasi, misalnya sebagai pasar ( agora ) untuk kegiatan dagang dan kehidupan politik. Bentuk agora umumnya geometris dengan luas sekitar 5 % dari luas kota , sekelilingnya merupakan suatu arkade. Ruang – ruang kota jaman pertengahan didominasi oleh gereja dan kastil bangsawan, plaza disamping halaman gereja juga berfungsi sebagai market place. Ruang terbuka, jalan dan plaza di bangun integrated dengan bangunan disekelilingnya. Sampai perkembangan yang lebih maju yaitu sampai jaman pra-industri telah memberi gambaran kepada kita bahwa kota yang dibangun dan ruang yang terjadi, merupakan hasil karya yang didasari oleh kecermatan penghayatan yang tinggi didukung oleh kekuatan dan kekuasaan. PERUBAHAN PADA KARAKTERISTIK KOTA Pembentukan kota sejak jaman Yunani adalah suatu kreasi yang ditujukan untuk manusia, yang kemudian diikuti oleh kebudayaan Roma yang lebih maju, serta diekspresikan lebih baru lagi pada kota – kota abad pertengahan. Konsep yang lebih manusiawi diketengahkan dalam konsep Renainssance. Sekitar abad ke 18, pada saat terjadi revolusi industri yakni perubahan dari kerajinan tangan kepada kerja masinal, tumbuhnya pabrik – pabrik merupakan magnet pergerakan pekerja yang selalu bertambah. Kota merupakan tempat tinggal untuk pekerja. Ciri lain disamping populasi yang meningkat di seluruh dunia juga peningkatan sistem transportasi kota, perubahan pergerakan dalam kota yang cenderung lebih cepat. Problema yang dihadapi oleh kota – kota besar adalah kekusutan transportasi kota, masalahnya terus berkembang tidak hanya peningkatan kecepatan transportasi, melainkan jumlah alat transportasi. Kejadian diatas menimbulkan efek lain dalam penghayatan ruang dan waktu secara drastis. Problem yang lebih meluas timbul pada jaman ini adalah problem polusi dan problem tata ruang yang lebih komplek. Para pemikir mulai mengimpikan kondisi yang lebih baik, bernostalgia pada kehidupan kota yang lebih baik pada kota – kota jaman sebelumnya, yang dipelopori oleh orang Inggris dalam memikirkan pemikiran utopian. Lahirnya garden city, dimana industri dipisahkan sama sekali dengan kota, mulai timbulnya kota – kota koloni. Pada sekitar akhir abad 18 masalah keruwetan muncul kembali, pertumbuhan kota yang serampangan, kondisi kota yang tidak sehat dan sebagainya. Berkembangnya ide garden city, merupakan kota yang semi rural, dengan penyediaan ruang - ruang untuk kegiatan manusiawi dipadukan dengan penyelesaian landscaping yang membentuk ruang – ruangnya. Masalah yang timbul kembali pada kota pada pertengahan tahun – tahun 1940-an adalah peningkatan kebutuhan perumahan dan lapangan kerja, rakyat membutuhkan kota ( untuk tinggal dan bekerja ) sedang kota butuh berkembang untuk menampungnya. Teori baru membawa kepada desentralisasi pertumbuhan industri, tapi pada daerah – daerah tersebut permasalahannya juga berulang. Sehingga timbul masalah spekulasi tanah, yang menambah kompleknya masalah. Peningkatan transportasi jalan raya menimbulkan kemacetan dan kecelakaan di jalan – jalan, timbul penyediaan tempat parkir, dari taman parkir ke parkir garasi, timbul masalah pemisahan pedestrian dan mobil, terus berulang kepada masalah perencanaan kota dan keterbatasannya. Ungkapan yang sering diulang – ulang adalah perencanaan harus fleksibel, mampu menampung perkembangan dan perobahan setiap saat. STRATEGI PERENCANAAN a. Perancangan kota yang menyeluruh. 1. Kota dan material dasar ( pembentuknya ) Pertimbangan dalam merancang kota adalah menempatkan elemen secara efesien dengan sedikit benturan yang masih mungkin, kota harus ditempatkan pada posisi yang memungkinkan kesehatan, bebas dari kemungkinan “ bencana “, tata letaknya jangan mengundang masalah, ruang terbukanya dapat dilalui angin ( nyaman ). Semua itu merupakan pertimbangan manusiawi secara fisik. Disamping itu perlu pertimbangan emosi manusiawi akan perasaan – perasaan keindahan, ekspresi kotanya menampilkan sensasi visual yang hidup, atau katakanlah bahwa kota itu harus indah ( secara manusiawi ). Hal itu tidak berarti melulu bahwa taman dan bangunannya saja yang indah, tapi juga sampai kedetail- detail pembentuknya, misalnya detail bangunan, proporsi arsitektural, paving, penempatan lampu, pohon, papan iklan dan sebagainya, harus indah sehingga akan membentuk kwalitas ruang kota yang lebih baik, tidak acak – acakan dan terencana rapi. Perencanaan kota merupakan perencanaan yang menyeluruh, walaupun bagian individunya juga harus merupakan hasil yang sungguh – sungguh. Sebagai contoh perencanaan jalan, jambatan tidaklah sekedar pemikiran teknis belaka, tapi juga merupakan seni dalam menciptakan ruang, hasilnya tidak saja aman, berdaya guna ( melancarkan lalu lintas ) juga indah, penyelesaiannya juga manusiawi. Penampilan masing – masing material dasar tersebut merupakan elemen pembentuk pandangan suatu kota, baik secara sendiri maupun secara bersama – sama. 2. Material dasar dan ruang Seni dari perancangan kota adalah teristimewa pada pembentukan dan pengisian ruang, yaitu ruang – ruang yang diperuntukkan bagi built-up area dan ruang yang diisi dengan lanscaping ( un-built-up ) : open space. Ruang dan pengisiannya mempunyai hubungan yang erat. Elemen lain yang juga harus diperhatikan adalah pelataran dan bangunannya yang akan membentuk ruang terbuka. Pada umumnya dalam perencanaan kota, ruang yang akan terjadi dirancang dengan asumsi massa yang akan membentuknya maupun pola sirkulasi yang mengelilinginya b. Metode ruang terbuka Dasar pemikirannya adalah kepada pertanyaan yang esensial dalam suatu perencanaan, yaitu dimana kita boleh membangun, atau dimana kita tidak boleh membangun. Yang dimaksud dengan pengertian Open Space untuk perencanaan, adalah meliputi beberapa macam seperti taman, sungai, jalan umum, air port, bangunan umum, plaza, greenbelt, jalan, pendestrian dan sebagainya. Semuanya terjalin dan membentuk suatu struktur, yang merupakan kerangka pengembangan. Oleh karenanya penataan bentuk dan polanya harus melalui perancangan yang matang. Pengertian daerah tidak boleh dibangun ada dua hal : 1. Sebagai daerah cadangan ( pembangunan terbatas ) yaitu daerah yang dicadangkan untuk penyediaan fasilitas atau sarana untuk umum seperti untuk pusat lingkungan, sekolah, masjid, gereja, pasar dan lain – lain. Malahan juga bagi keperluan yang lebih luas lagi seperti air port atau daerah pengembangan. 2. Sebagai daerah yang dilindungi ( preservasi ) yaitu daerah yang mutlak tidak boleh dibangun. Sebagi contoh dalam skala regional adalah daerah dengan kriteria subur, cagar alam, daerah bencana kritis, potensi rekreasi, jalur – jalur bersejarah. Untuk skala lokal ( kota ) seperti ROW jalan, sungai ( dikota ), daerah landmark, tempat bersejarah, Jalur hijau, tempat bersejarah dan sebagainya. KLASIFIKASI RUANG- RUANG KOTA Open Space Dalam Skala Pembangunan Kota Secara umum problema yang di hadapi dalam perencanaan suatu open space adalah sama, variasinya tergantung kepada skala fungsi yang dilayaninya. a Dalam skala metropolitan Ada suatu usulan agar setiap metropolitan ( di Amerika ) mempersiapkan master plan dari open space, yang dapat dipandang sebagai struktur pelengkap total dari daerah built-up, yang akan sanggup menjadi daerah yang di cadangkan untuk pengembangan. Kerangka open space suatu kota dapat dipakai sebagai kontrol tata guna tanah, sistem yang baik akan mampu mendukung dan sebagai pelengkap dari macam – macam tata guna tanah. b Dalam skala kota ( yang lebih kecil ) Dalam tata kota, perencanaan open space diarahkan kepada penggunaannya sebagai tempat aktifitas, taman, tempat bermain, halaman sekolah atau stadion olah raga, pendestrian, plaza kecil, mall, plaza, boulevard, jalan, sungai dan lembahnya, taman rekreasi dan sebagainya. Pengarahan perencanaannya tidak kepada penyediaannya sebagai ruang yang terisolir, melainkan diarahkan kepada struktur ruang secara menyeluruh ( network of space ) Open Space pada bagian – bagian kota Dalam bagian ini akan di coba memberikan gambaran sekilas mengenai open space pada bagian – bagian kota, pada problem dan peranannya. a Pada pusat kota Pusat kota merupakan tempat pertemuan semua unsur masyarakat, yang banyak mengundang segala macam aktifitas. Problem utama yang dihadapi suatu pusat kota adalah kesibukan yang berlebihan, banyaknya bangunan dan lalulintas yang masuk pada area yang terbatas. Problem ruangnya adalah penyediaan floor space dan ruang untuk kendaraan ( jalan, tempat parkir, pedestrian, pemberhentian bus, dan sebagainya ). Pertimbangan dalam perencanaannya harus dapat menampilkan karakter urbannya, sebagai ruang yang terorganisir yang membawa kepada impresi kepada lingkungan kota secara keseluruhan. Strategi perencanaan mendatang memang harus dimulai dari penyediaan daerah yang terbuka, tidak hanya diarahkan kepada penyediaan halaman yang secara fungsi dapat nenampung kegiatan, tapi juga memenuhi tujuan pengamat ruang pusat kota, agar dapat dinikmati secara manusiawi memberikan pembukaan pada built – up area, memberikan penekanan pandangan pada bangunan utama ( orientasi ), menimbulkan ruang yang human dan intim tanpa kehilangan fungsinya. Ruang terbuka tersebut secara visual akan dapat berperan sebagai organisator antara bagunan – bangunannya dan antara bangunan dan ruang terbukanya. b Pada daerah industri Penempatan lokasi industri sebetulnya tergantung kepada klasifikasi jenis industrinya. Beberapa industri di tempatkan justru mendekati lokasi raw material, atau ditempatkan mendekati fasilitas transportasi ( rel, jalan, sungai, pelabuhan ). Problema yang dihadapi oleh jenis industri adalah gangguannya terhadap lingkungan, problem kebutuhan pengembangannya. Strategi perencanaan ruang terbuka adalah untuk menjawab problem diatas. Trend sekarang mengarah bahwa arsitektur suatu pabrik tidaklah mati begitu saja, perencanaannya juga di arahkan pada penbentukan lingkungan yang estetis, ruang terbukanya juga sudah membutuhkan penerapan unsur landscape. Tata letaknya disamping standard juga sudah dapat diarahkan kepada sense lingkungan yang lebih baik. c Pada Lingkungan Perumahan Program kebutuhan ruang pada lingkungan perumahan disamping kebutuhan untuk rumah, juga kebutuhan untuk fasilitas lingkungannya. Dalam bagian terdahulu terlihat bahwa yang akan dominan dalam lingkungan perumahan adalah pola tata ruangnya secara umum, secara khusus adalah karakter ruang yang terjadi antar bangunan. Penyediaan ruang untuk fasilitas lingkungannya seperti untuk taman, tempat bermain anak, untuk pertokoan, sekolah dan aktifitas bersama lainnya. Ukuran dari fasilitasnya tergantung besaran lingkungannya. Pola umum lingkungannya akan tercermin pada pola ruang koridornya ( the street as space designed ). Jalan bukan sekedar tampak muka bangunan perumahan, melainkan suatu ruang yang mengikat kelompok – kelompok perumahan. Disampingnya juga ada ruang – ruang yang terbentuk yang tidak tergantung jalan, yaitu ruang – ruang antar bangunan yang terbentuk pada susunan pohon, baik yang formal maupun informal. Dengan lain perkataan, ruang terbuka pada suatu lingkungan adalah merupakan wujud dari karakter lingkungan itu secara menyeluruh, dengan fungsi sebagai pusat kegiatan bersama. KESIMPULAN Strategi perencanaan mendatang memang harus dimulai dari penyediaan daerah yang terbuka, tidak hanya diarahkan kepada penyediaan halaman yang secara fungsi dapat nenampung kegiatan, tapi juga memenuhi tujuan pengamat ruang pusat kota, agar dapat dinikmati secara manusiawi memberikan pembukaan pada built – up area, memberikan penekanan pandangan pada bangunan utama ( orientasi ), menimbulkan ruang yang human dan intim tanpa kehilangan fungsinya. Ruang terbuka tersebut secara visual akan dapat berperan sebagai organisator antara bagunan – bangunannya dan antara bangunan dan ruang terbukanya. Daftar Pustaka 1. DK Ching, Fransis, Architecture, Form, Space and Order, Erlangga, 1931 2. Lynch, Kevin, The image of The City, the M.I.T. Press, USSA, 1960 3. Neufert, Erns, Syamsu Amril. Data Arsitek, Erlangga, 1997 4. Pearce, Douglas, Topics in Applied Geography Tourist Developr rient, 5. Powell, Robert, Ken Yeang: Rethinking the Environmental Filter, Ldnmark Book, PTE Ltd, 1989. 6. Sirvani, Hamid, The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold Company, New York, 1985. 7. Soemarwoto, Otto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta. 1989. 8. Trancik, Roger, Finding Lost Space, Van Nostrand Reinhold Company, New York, 1986. 9. Callender, John Hancocok, Time Saver Standards, Mc. Graw Hill Book Company, 1996 10. Fairweather, Leslie, AJ, Metric Handbook, Londan: The Architecture Press. 1969.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 1621 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 09 Nov 2009 09:03 |
Last Modified: | 09 Nov 2009 09:03 |
Repository Staff Only: item control page