ARSITEKTUR BIZANTIUM PADA DOME OF THE ROCK

Sukawi, Sukawi (2004) ARSITEKTUR BIZANTIUM PADA DOME OF THE ROCK. Jurnal Jurusan Arsitektur . ISSN 08532877 (Unpublished)

[img]
Preview
PDF - Published Version
494Kb

Abstract

Peradaban manusia dimulai sewaktu manusia menginginkan suatu ruang untuk perlindungan dirinya terhadap alam. Manusia purba mulanya tinggal di gua – gua, mereka kemudian hidup berkelompok untuk tujuan pengamanan, kemudian mereka mulai menginginkan kebutuhan yang berlebih. Perlindungan kepada hal yang gaib menimbulkan pendirian altar atau tempat pemujaan sebagai bagian dari lingkungannya disamping unit – unit huniannya, timbullah dusun – dusun sederhana sebagai dasar dimulainya kebudayaan urban. Bagian yang solid dari suatu kota adalah susunan masa atau bangunan kota. Dalam arsitektur ( kota ) elemennya tidak terbatas kepada bagian yang solid, tapi juga ruang – ruang yang terbentuk oleh bagian yang solid tersebut, baik berupa jalan, taman atau lebih luas kepada seluruh ruang yang ada padanya. Jenis yang formal, yang dibentuk oleh façade bangunan dan pelataran kota di sebut urban space ( ruang kota ), sedang yang natural ( informal ) yang menyajikan alam ( nature ) didalam atau disekeliling kota disebut open space ( ruang terbuka ).Secara umum problema yang di hadapi dalam perencanaan suatu open space adalah sama, variasinya tergantung kepada skala fungsi yang dilayaninya. Ruang terbuka pada suatu lingkungan adalah merupakan wujud dari karakter lingkungan itu secara menyeluruh, dengan fungsi sebagai pusat kegiatan bersama. Kata Kunci : Ruang Terbuka, Perancangan Kota PENDAHULUAN Sejarah merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan. Ilmu sejarah merupakan media komunikasi dengan masa lalu, dimana kebudayaan mulai berkembang. Melalui proses pembelajaran sejarah, kehidupan dan budaya masa lampau dapat diketahui, baik proses maupun dampaknya. Didalam arsitektur, sejarah juga memegang peranan penting dalam menentukan bentukan atau langgam, disamping budaya masyarakatnya. Karena arsitektur adalah suatu hal yang berkembang dan kadangkala mengalami suatu siklus, maka sejarah arsitektur perlu dipelajari. Dalam hal ini, peradaban manusia yang tercatat dalam sejarah, terutama didaratan Eropa dan sekitarnya mengalami kemajuan luar biasa, dimana seni bangunan dan ilmu struktur berkembang secara menakjubkan. Seni bangunan ini kemudian disebut sebagai arsitektur klasik, karena prinsip-prinsip, konsep dan romantika bangunan pada jaman itu akan tetap abadi. Salah satu jenis arsitektur yang menarik disini adalah arsitektur Byzantium, karena merupakan simbiosis dari beragam kebudayaan, merupakan perpaduan seni Eropa (barat) dan Timur (Asia), dan kebudayaan Mediterania, serta pengaruh-pengaruh lain, baik karena letak maupun kondisi sosial politik pada masa itu. ARSITEKTUR BYZANTIUM Pada mulanya, daerah Eropa Timur yang disebut Byzantium adalah koloni bangsa Yunani sejak tahun 660 sebelum masehi, yang kemudaian menjadi bagian wilayah kekaisaran Romawi. Konstantin agung mengundang banyak seniman ke Byzantium untuk membangun kota yang terletak di persimpangan antara selat Bosphorus dan laut Mamora. Kota ini kemudian dinamakan atas namanya, yaitu Konstantinopel, dan pada tahun 330 diresmikan sebagai ibukota Romawi Timur. Setelah wafatnya Kaisar Theodosius I pada tahun 395, kekaisaran Romawi terpecah menjadi dua wilayah, yaitu wilayah timur dan wilayah barat. Kekaisaran Romawi barat mengalami kemunduran, sebaliknya Kekaisaran Romawi Tiomur dengan ibukota Konstantinopel terus berkembang, dan pada jaman pertengahan menjadi benteng kaum Kristiani terhadap serbuan bangsa Barbarian Slavia dari barat, dan serangan kaum muslim dari Timur. Kaisar Honorius (395-423), kaisar pertama kerajaan Romawi barat memindahkan kediamannya dari Roma ke Ravenna, pantai timur Italia pada tahun 404. Akibatnya terjadi pembangunan besar-besaran disana, yang mana dari posisinya mendapat pengaruh Byzantium. Selama masa pemerintahan Justinian (527-565) Sisilia dan Italia menjadi milik kekaisaran Timur. Hal ini menyebabkan terjadinya kebangkitan dalam hal membangun di Italia; dimana pengaruh Byzantium menjadi lebih dominan, dan sebelum tahun 584 sampai tahun 752 Ravenna menjadi representatif dari kekaisaran Byzantium. Sepuluh tahun terakhir dari kekuasaan Byzantium, batas antara Konstantinopel dengan daerah Yunani selatan sudah hampir tidak ada lagi dan seni Konstantinopel kemudian menjadi tolok ukur seni Byzantium. Sejarah kerajaan Byzantium dari abad V sampai abad XI mengalami pasang surut perkembangannya, pertama-tama kehilangan provinsi-provinsi dibarat pada abad kelima, yang pada akhirnya sebagian besar termasuk Sisilia dan Italia disatukan kembali pada masa pemerintahan Justinian pada abad ke VI. Pada abad berikutnya kekuatannya berkurang banyak karena konflik dengan bangsa Persia, yang pada abad ke delapan kekaisaran Byzantium pulih kembali sampai abad kesembilan dimana kekuatannya mampu menghadapi bangsa muslim. Tapi pada abad kesebelas, kemerosotannya dengan cepat terjadi, karena selain menghadapi musuh dari barat dan timur, kekaisaran juga diserang oleh bangsa Normandia dan Venesia, sampai “pendudukan Latin” di Konstantinopel tercapai pada tahun 1204 dan berlangsung sampai tahun 1261. Kekaisaran tua ini terus bergolak selama hampir 200 tahun kemudian, hingga akhirnya runtuh karena konflik internal peperangan terus-menerus melawan bangsa Persia dan Turki, dan akhirnya ditaklukkan oleh Ottoman dari Turki pada tahun 1453. Namun pengaruh dan semangat Byzantium masih terasa bahkan jauh setelah kekaisaran tersebut runtuh, terutama di Russia dan negara-negara Balkan. Konstantinopel terus menjadi pusat Patriarki dari Gereja Orthodoks sampai saat ini. KARAKTER ARSITEKTUR BYZANTIUM Gaya arsitektur Byzantium yang bermula pada abad VI ini tumbuh dari berbagai dasar dan akar kebudayaan. 1. gaya klasik seni Romawi Hedonis yang tidak berbau keagamaan 2. budaya pembuatan makam bawah tanah gaya gereja Kristen-Romawi dari abad II – III 3. banyaknya pembangunan gereja Kristen kuno di Yunani Karakter arsitektur Byzantium yang berawal dari abad kelima hingga saat ini, dicirikan oleh perkembangan gaya baru dari kubah untuk menutup bidang poligon atau persegi untuk gereja, makam, dan tempat pembabtisan. Penggunaan sistem kubah untuk konstruksi atap bertolak belakang dengan gaya Kristiani kuno berupa penopang-penopang kayu dan juga gaya lengkung batu Romawi. Cita-cita arsitektur Byzantium adalah mengkonstruksi atap gereja dengan atap kubah, karena kubah dianggap simbol dari kekuasaan yang Maha Esa. Membangun kubah diatas denah bujur sangkar menimbulkan kesulitan. Pada arsitektur Romawi juga ditemui kubah, tetapi semua dengan denah lingkaran. Contoh yang ditiru bangsa Byzantium adalah kubah dari bangsa Sassanid dari Timur, yang membangun kubah-kubah diatas denah bujursangkar, walau ukurannya sangat kecil. Bangsa Byzantium kemudian mengembangkan konstruksi kubah demikian yang dapat mencakup ruang-ruang yang sangat luas, seperti pada gereja Aya Sophia. Kubah tersebut, yang menjadi tradisional bangsa Timur, menjadi motif umum asitektur Byzantium, yang merupakan gabungan dari konstruksi kubah dengan gaya kolumnar klasik. Kubah dengan bermacam-macam variasi dipakai untuk menutupi denah persegi dengan teknik ‘Pendetives’. Untuk mengerti bentuk pendetive, dapat dengan meletakkan setengah buah jeruk pada piring dengan bagian terpotong (yang datar) menghadap piring. Kemudian jeruk tersebut dipotong pada tiap sisinya secara vertikal dengan ukuran yang sama. Yang tersisa dari jeruk tersebut kemudian adalah hemisphere yang disebut kubah pendetive. Tiap potongan vertikal itu berbentuk setengah lingkaran, kadangkala setengah lingkaran tersebut dibangun sebagai lengkung – lengkung struktur yang menyokong permukaan parabola bagian atas dari kubah. Bila bagian atas jeruk tadi dipotong secara haorisontal, maka lingkaran yang terjadi, masih berbentuk pendetive, dapat digunakan sebagai dasar membuat kubah baru, atau bentuk silinder dapat diletakkan diatas dasaran tersebut untuk menyokong kubah lain yang lebih tinggi. Kubah dan lengkung Byzantium diperkirakan dibuat tanpa menggunakan penyokong sementara / perancahan atau ‘centering’ dengan penggunaan batu bata datar yang besar, hal ini merupakan sistem yang cukup nyata yang kemungkinan didapat dari metode Timur. Jendela – jendela disusun pada bagian bawah kubah, yang pada periode berikutnya dinaikkan letaknya pada ‘drum’ yang tinggi, sebuah penampilan yang kemudian dikembangkan pada arsitektur Renaissance barat dengan penambahan peristyle luar. Sekelompok kubah kecil atau semi kubah mengelilingi kubah pusat yang besar sangat efektif dan menjadi penampilan karakteristik gereja Byzantium adalah perwujudan dari lengkung dan kubah yang menggantikan rangka atap kayu. Sistem konstruksi perletakan batu bata, yang diperkenalkan oleh bangsa Romawi berkembang menjadi semacam pembuatan dinding bata secara umum, dan hal ini diadopsi untuk membentuk arsitektur Byzantium. Rangka dinding batu bata terlebih dahulu diselesaikan dan dibiarkan mapan sebelum lapisan permukaan interior dan lantai marmer dipasang, bagian komponen bangunan yang berdiri sendiri ini menjadi karakterisik dari konstruksi Byzantium. Dinding bata bagian luarnya bebas didekorasi dengan bemacam-macam pola dan ikatan, sementara bagian interiornya biasanya dilapisi atau ditutupi dengan marmer, mosaic, dan lukisan-lukisan dinding. Penggunaan batu bata yang sama dengan bata Romawi, sekitar satu setengah inchi tebalnya, dan diletakkan pada lapisan tebal mortar. Mortar sebagai perekat antara batu bata berupa campuran antara kapur dan pasir, dengan pecahan tanah liat, keramik atau bata, yang hasilnya sama kerasnya dengan bangunan terbaik di Roma. Karakter dekoratif permukaan luar sangat tergantung pada penyusunan batu bata, yang tidak selalu dipasang secara horisontal, tapi juga terkadang dipasang miring, terkadang juga dalam bentuk berliku-liku, berkelok-kelok, berbentuk chevron atau pola tulang ikan Herring dan banyak macam desain sejenisnya lainnya, memberikan variasi pada fasade. Cara lain yang juga dicoba untuk menghias dinding bata yang kasar adalah dengan penempelan batu dan lengkung – lengkung dekoratif. Dinding – dinding luar dilapisi marmer, lengkung – lengkung dan kubah dihias dengan kaca mosaik berwarna dengan latar belakang keemasan. Gereja Constantinople, Nicaea, dan Salonica adalah contoh sempurna dari penggunaan dekorasi semacam ini. Tetapi kecintaan pada dekorasi permukaan tidak berhenti dengan ukurin besar dan bentukan pita, untuk Byzantine, seperti Roma, kecintaan pada warna hampir sama besar dengan bentuk, jadi sesuai dengan itu, metode Roma lama tentang selubung interior bangunan dengan papan dari warna mamer telah membawa menuju puncak kompleksitas dan kekayaan; dan mosaik kaca, yang telah juga digunakan oleh Roma, menjadi, perkembangan bentuk tingkat tinggi, metode hebat dari dekorasi interior pada bagian atas tembok dan samping bawah semua kubah. Karakter arsitektur Byzantium menunjukkan pengembangan dari tiga periode utama : (1) 330-850, termasuk masa pemerintahan Justinian; (2) 850-1200, termasuk dalam dinasti Macedonia dan Comnenia; (3) 1200 sampai saat ini. Karakter arsitektur tersebut juga terpengaruh oleh budaya lokal, seperti contoh yang terlihat di Turki, Italia, Yunani, Macedonia, Armenia, Syria, Rusia, Serbia, dan Perancis. Gereja Yunani di jalan Moscow, London, dirancang oleh Oldrid Scott, dan katedral Katolik Roma, Westminster yang dirancang oleh John F. Bentley, adalah contoh modern dari Pengaruh Byzantium di Inggris. TINJAUAN THE DOME OF THE ROCK Kubah Batu atau Dome of the Rock atau Qubbat asy Skhra dibangun pada tahun 687-705, bertempat di Haram asy Sharif, Jerusalem, Palestina. Kubah batu ini dirancang oleh Abd Al Malik melalui arsitek-arsitek beraliran Byzantine di bawah pengawasan lapangan dari ahli-ahli bangunan Syiria dan ahli-ahli dekorasi mozaik dari Konstantinopel, Turki. Dibangun pada masa pemerintahan Abd Al-Malik, penguasa ke-V dari Bani Umayyah (sumber : Arsitektur Masjid). Masjid ini menggunakan style atau langgam arsitektur Byzantine. SEJARAH Dome of the Rock atau Qubbat as Sakra atau Kubah Batu Karang adalah salah satu masterpiece arsitektur Islam. Bangunan ini merupakan salah satu monumen Islam terbesar dan tertua serta merupakan tempat suci ke III dari Islam, setelah Mekah dan Medinah. Kubah Batu di Yerusalem adalah sebuah bangunan unik. Bangunan ini merupakan monumen arsitektural Islam yang paling awal yang tetap bertahan dalam bentuk aslinya. Kubah batu di bangun pada 71 H/691 M oleh khalifah Dinasti Umayyah, Abdul Malik. Tempat itu dipercayai oleh kaum Muslim sebagai titik berangkatnya Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa mi’raj (mikral), perjalanan malam ke langit. Tepatnya bangunan itu didirikan di atas (gunung) batu atau karang (sakhrah); dan namanya, Kubah Batu, disesuaikan dengan tempat itu. Tempat itu juga disebut Gunung Moria, yang dipercayai kaum Yahudi, Kristen, dan sebagian muslim sebagai tempat Ibrahim AS mempersiapkan dirinya untuk mengorbankan anaknya Ishak AS. Nama lain tempat yang sama adalah Gunung Kuil (temple Mount), yang diakui tempat kuil Sulaiman AS. Di sana pernah berdiri kuil Yahudi hingga keruntuhannya tahun 70 M. Dalam komplek al Haram asy Syarif, selain Kubah Batu, terdapat dua bangunan yang lebih kecil di sebelah timur Kubah Batu, yaitu Kubah Silsilah (Qubbah as Silsilah) dan Masjidilaksa (al Masjid al Aqsa). Kubah silsilah adalah kubah yang lebih kecil di timur Kubah Batu. Sebagaimana Kubah Batu, Kubah Silsilah adalah bangunan octagonal yang ditutupi kubah. Namun, tidak seperti Kubah Batu, sisi-sisi bangunan itu terbuka. Tujuan Kubah Silsilah tidak diketahui dengan pasti, meskipun bangunan itu mungkin mempunyai fungsi ritual. Salah satu dugaan adalah bahwa Kubah Batu Silsilah didirikan sebagai bangunan pendamping untuk menambah kemegahan Kubah Batu dan Masjidilaksa yang terletak dalam satu komplek. Masjidilaksa sendiri dibangun pada tahun 710 oleh al-Walid, penguasa VI dari Dinasti Umayah pengganti Abdul Malik (memerintah 705-715) 3.3 FUNGSI Dome of The Rock yang dibangun pada masa kekuasaan Bani Umayyah hingga saat ini memiliki fungsi yang tidak berubah yaitu sebagai monument arsitektural Islam yang merupakan symbol kekuasaan dinasti Umayyah pada waktu itu. Motif lain yang mendorong pembangunan tempat suci itu, yang menjelaskan ukuran, derajat, dan kekayaan dekorasinya, adalah untuk menandingi monumen-monumen Kristen di Suriah, dan Palestina, terutama Holy Sepulcher atau Gereja Jirat Suci yang mendomminasi pemandangan kota Jerusalem. Dapat dikatakan bahwa bangunan baru yang sangat bagus itu, secara umum menyampaikan sebuah pesan religiopolitis kepada para penganut tiga agama semitik : Yahudi, Kristen, Islam. 3.4 SISTEM KONSTRUKSI Denah berpusat pada batu karang puncak bukit, tempat suci dan bersejarah dari dua nabi, Nabi Ibrahim a.s. Dan Nabi Muhammad saw.. Pada batu karang ini terdapat jejak kaki nabi. Di atas batu karang inilah terdapat kubah yang menjadikan namanya Kubah Batu Karang atau Dome of the Rock atau Qubbat as Sakhra. Lingkaran paling tengah berbentuk rectangular dengan kolom-kolom, sedangkan yang lainnya poligon octagonal. Lingkaran ini disebut partico. Partico paling tengah dibentuk oleh empat pilaster dan sembilan kolom marmer silindris bercorak corinthians. Kolom berbentuk sama sebanyak enam belas dengan pilaster di setiap sudutnya, di keliling luar berdenah segi delapan, menyangga atap keliling Perancangan Dome of the Rock sangat mendasarkan pada perhitungan geometris, terutama dalam menentukan bentuk dan titik-titik pada denah. Kolom berbentuk sama sebanyak enam belas bersama pilaster di setiap sudutnya, di keliling luar berdenah segi delapan, menyangga atap keliling. ANALISA DAN TANGGAPAN Dome of The Rock merupakan salah satu bangunan yang menggunakan style byzatium. Arsitektur Byzantium itu sendiri berkembang di Eropa Timur sejak tahun 660 SM. Pada saat itu arsitektur Byzantium banyak diterapkan dalam mendesain gereja bagi umat Kristiani. Berikut ini merupakan analisa penerapan arsitektur Byzantium pada Dome of The Rock. • Dome of The Rock memiliki bentuk octagonal yang bagian atasnya berupa kubah Ciri khas dari arsitektur Byzantium adalah dengan adanya bentuk persegi yang bagian atasnya berupa kubah. Hal tersebut diterapkan dalam desain Dome of The Rock (Kubah Batu Yerusalem) • Bangunan ini merupakan bangunan monumental bagi umat Islam yang desainnya yang corak arsitekturnya tidak terlalu khas bangunan ibadah muslim. Dome of the Rock atau Qubbah asy Sakhra atau Kubah Batu adalah sebuah mesjid yang corak arsitekturnya tidak terlalu khas bangunan ibadah muslim. Ia lebih mirip makam martir (martirium) Kristen. Hal ini dapat dilihat pada berbagai aspek arsitekturalnya. Bentuk dan fungsinya yang lebih berciri sebagai sebuah monumen. Bentuk denahnya yang segi delapan (octagonal) berbeda dengan prinsip Masjid, hal ini menyebabkan arah kiblat menjadi kabur. • Bentuk denah Dome of The Rock adalah octagonal (segi delapan) Bangunan octagonal ini dengan nyata dimaksudkan sebagai simbol kekuasaan.. Dalam hal ini, sebuah bundaran dilingkungi oleh sebuah octagon dalam octagon lain. Ini merupakan pola geometris sederhana yang dapat dibuat dari penempatan sebuah bujur sangkar pada bujur sangkar lain dengan memutarnya 45 derajat. Hal seperti ini biasa ditemukan pada karya arsitektur byzantium. • Analisa denah dan struktur Denah dan struktur pada Dome Of The Rock dirancang dengan sangat simetris dalam pola geometris. Hal ini merupakan ciri dari bentuk bangunan di Eropa, yang juga merupakan unsur terdapat pada arsitektur Byzantium. Inti bangunan yang luas dan merupakan puncak hirarki dibiarkan kosong, tanpa kolom atau penyangga bangunan diatasnya, dan ruang tersebut dikelilingi oleh barisan kolom yang disusun secara simetris. Mirip dengan kuil-kuil di Yunani atau Pantheon di Roma • Desain interior Dome of The Rock yang menggambarkan ciri arsitektur Byzantium Desain interior Dome of The Rock banyak mengadopsi dari style Byzantium, antara lain : 1. Di dalam dekorasi bangunan monumental itu banyak terdapat mozaik-mozaik yang menunjukkan perpaduan motif-motif Sasanid dan Bizantium yang merupakan karakteristik seni Islam awal. 2. Bahan material yang digunakan pada ornament Dome of The Rock banyak menggunakan marmer, mozaik, keramik bahkan tidak sedikit yang dilapis emas. Ruang dalam banyak mempunyai cirri khas gaya Byzantium yaitu dihias secara mewah dengan beraneka ragam warna dan bahan material pada ornamennya. 3. Jendela dibuat di sekeliling batas lingkaran utama pada kubahnya sama seperti pada Gereja Hagia Sophia yang merupakan salah satu karya arsitektur terbesar pada zaman Byzantium. 4. Aplikasi bentuk lengkung setengah lingkaran pada sekeliling dinding dibuat untuk memberi kesan lunak pada bahan batu bata yang mempunyai kesan kaku dan keras. Aplikasi bentuk bentuk lengkung ini pada awalnya merupakan salah satu ciri khas bangunan gereja pada zaman Byzantium. KESIMPULAN Dari hasil analisa diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Dome of The Rock yang dibangun pada tahun 687-705 mendapat pengaruh langsung dari arsitektur Byzantium, dimana pada waktu itu pengaruhnya juga terasa di Yerusalem. Para arsitek yang merancang Dome of The Rock mengikuti tren di Eropa Timur dan Asia Barat pada masa itu, yaitu arsitektur Byzantium Arsitektur Byzantium yang diterapkan terutama sebagai arsitektur gereja dan arsitektur benapas Kristiani pada waktu itu ternyata dapat diterapkan sebagai arsitektur masjid, yang merupakan napas islami dengan fungsi yang sama yaitu ibadah, serta tidak menghilangkan nilai-nilai arsitekturnya. Hal ini menunjukkan arsitektur Byzantium dapat bersifat fleksibel dan universal. Penggunaannya tidak terbatas dalam bentukan gereja, biara, tempat pambaptisan, ataupun istana. Dalam hal struktur, arsitektur Byzantium telah melangkah ke depan daripada aliran arsitektur pada masanya, yaitu menutup suatu ruang yang luas berbentuk polygon atau persegi dengan menggunakan kubah tanpa adanya kolom penyokong. Daftar Bacaan Boedijono, M.A. Endang.1997. Sejarah Arsitektur I. Penerbit Kanisius, Yogyakarta Fletcher, Banister. 1967. A History of Architecture On The Comparative Method, Seventeenth Edition. Athlone Press, Noer, Kautzar Azhari, 1998, ENSIKLOPEDI TEMATIS DUNIA ISLAM (PEMIKIRAN DAN PERADABAN), Jakarta : PT. Ihktisar Baru Van Hoeve. 1999, ARSITEKTUR MASJID. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Harvard University THE HISTORY OF ISLAM, THE GREATS ARCHITECTURE OF ISLAM, Sumber Internet Archnet.org BiblePlaces.com www.greatbuildings.com

Item Type:Article
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
ID Code:1615
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:09 Nov 2009 08:22
Last Modified:03 Feb 2012 10:06

Repository Staff Only: item control page