Kusmini , Tuti (2010) Mediasi Komunikasi Kelompok Dukungan Sebaya Semarang Plus Dalam pemulihan Hubungan Pasca Konflik Antara ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) dan Keluarga ODHA. Undergraduate thesis, Diponegoro University.
| PDF 10Kb |
Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh timbulnya konflik yang kompleks karena status seseorang sebagai ODHA. Konfik-konflik yang dialami oleh ODHA dan keluarga seperti diskriminasi, pengucilan, stigma negative, dan dalam beberapa kasus ekstrim dapat terjadi pemutusan hubungan. Kehadiran mediator menjadi sangat penting dalam menyelesaikan konflik yang dihadapi oleh ODHA dan keluarga. Dalam proses mediasi komunikasi, Mediator memiliki 2 peran utama yaitu pertama memberikan informasi yang benar terkait HIV/AIDS yang bertujuan untuk mengubah pandangan yang salah (stigma negative) tentang HIV/AIDS, kedua membantu pemulihan hubungan antara ODHA dan keluarga yang bertujuan agar keluarga memberikan dukungan penuh kepada ODHA. Penelitian ini menggunakan teori mediasi komunikasi yang ditulis oleh Cupach and canari yang menyatakan bahwa Mediasi adalah proses yang melibatkan dua orang atau lebih partisipan yang masing-masing berada dalam konflik dan melibatkan pihak ketiga (mediator) yang tidak terlibat dalam konflik. Mediator bertindak sebagai pihak pengendali yang netral dan terpisah (tidak memihak), menyusun interaksi yang memampukan pihak yang berkonflik untuk menemukan solusi masalah yang bisa saling diterima oleh kedua pihak (mutually acceptable solution). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus dan tipe penelitian dekriptif. Adapun Subjek dalam penelitian ini adalah 5 keluarga yang salah satu anggota keluarganya berstatus sebagai ODHA yang tergabung dalam Kelompok Dukungan Sebaya Semarang Plus dan mediator Kelompok Dukungan Sebaya Semarang Plus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan pengamatan secara langsung. Hasil dari penelitian ini adalah : ODHA menghadapi konflik yang beragam yaitu masalah kesehatan, konflik dengan diri sendiri, kebutuhan akan informasi yang terkait dengan HIV/AIDS, konflik dengan keluarga berupa stigma dan diskriminasi dari keluarga, diskriminasi dari Masyarakat. Kelompok Dukungan Sebaya Semarang Plus membagi konflik yang beragam tersebut menjadi 2 yaitu : Konflik utama (substantive issue) berupa : stigma dan diskriminasi dari keluarga ODHA kepada ODHA dan konflik yang kedua adalah : konflik emosional atau hubungan yang mungkin memburuk antara keluarga dan ODHA. Dalam pelaksanaan mediasi, mediator lebih focus kepada penyelesaian konflik yang utama yaitu upaya untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi dari keluarga ODHA kepada ODHA. Sehingga proses mediasi hanya terfokus pada penyelesaian masalah utama. Mediasi komunikasi Kelompok Dukungan Sebaya Semarang Plus menggunakan 2 metode dalam menyelesaikan substantive issue yaitu : metode role model dan metode KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Mediasi dikatakan berhasil apabila keluarga sudah tidak lagi memberikan stigma dan diskriminasi kepada ODHA serta keluarga sudah dapat menerima kondisi ODHA. Peran mediasi komunikasi Kelompok Dukungan Sebaya Semarang Plus bagi ODHA dan keluarga ODHA adalah : menghilangkan stigma dan diskriminasi negative ODHA terhadap dirinya sendiri, menghilangkan diskriminasi dari keluarga ODHA kepada ODHA sehingga keluarga ODHA mampu menerima status ODHA dan memberi dukungan sepenuhnya kepada ODHA, memberikan informasi yang benar dalam perawatan ODHA sehingga baik ODHA maupun keluarga ODHA tidak tergantung kepada peran Dokter untuk memberikan informasi tentang kesehatan dan penyakit yang dihadapi oleh ODHA.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) |
Divisions: | Faculty of Social and Political Sciences > Department of Communication |
ID Code: | 15585 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 05 Jul 2010 09:29 |
Last Modified: | 05 Jul 2010 09:29 |
Repository Staff Only: item control page