ANGESTIA SARI, LARISSA (2009) PEKALONGAN BATIK CENTER. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.
| PDF - Published Version 69Kb |
Abstract
1.1 Latar Belakang Batik adalah hasil karya seni rupa bangsa Indonesia , merupakan hasil perpaduan antara seni dan teknologi para leluhur yang bernilai tinggi sebagai salah satu cabang seni rupa dengan latar belakang sejarah dan akar budaya dalam perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia. Kota Pekalongan adalah sebuah kota yang terletak di pesisir utara pulau Jawa yang mempunyai ciri khas budaya batik. Sejarah batik Indonesia tidak lepas dari tiga factor yang pada dasarnya merupakan jiwa batik Indonesia, yaitu bisa dilihat dari motifnya, asal usul batik itu sendiri serta penggunaan istilah (bahasa) dalam dunia batik sampai sekarang. Menurut Konsensus Nasional 12 Maret 1996 batik digolongkan sebagai salah satu karya seni dan dapat dikategorikan menjadi 5 golongan besar yaitu batik tulis, batik cap, batik kombinasi,batik modern dan batik bordir ( Marsam Kardi). Sejak abad XIV – XVI Kota Pekalongan telah dikenal batiknya dan membatik merupakan salah satu pokok penghidupan sebagian besar masyarakat Pekalongan. Salah satu ciri batik pesisiran khususnya batik Pekalongan memberi nuansa yang membedakannya dengan batik dari daerah lain, yaitu dengan menggoreskan berbagai motif yang dekoratif dan naturalis dengan warna – warna yang cerah. Batik menjadi salah satu produk unggulan di Kota Pekalongan, hal ini disebabkan banyaknya industry yang menghasilkan produk batik. Ada sekitar 8000 pengrajin batik dan 600 lebih industry kecil batik. Sementara industry batik yang berskala menengah ke atas berjumlah puluhan. Sektor batik inilah yang menggerakkan roda perekonomian masyarakat Pekalongan. Oleh karena terkenal dengan produk batiknya, maka kota Pekalongan dikenal dengan sebutan kota BATIK. Selanjutnya pemerintah kota Pekalongan menyelaraskan sebutan tersebut dengan slogan Pekalongan kota BATIK, yaitu singkatan dari Bersih, Aman, Tertib, Indah dan Komunikatif. Di Pekalongan, proses kreatif para perajin batik tidak terbatas pada teknik pembuatannya, melainkan juga sampai pada tataran redefinisi batik. Dulu mungkin saja batik hanya digunakan sebagai busana, namun sekarang implementasi batik sudah pada perangkat rumah tangga (house hold) dan asesori seperti dompet, tas, tempat tissue dan lain sebagainya. Dalam soal kreativitas motif dan warna, batik Pekalongan memang berada di garda depan, jika tidak bisa dibilang sebagai barometer perkembangan desain ragam dan pewarnaan batik. Hal ini dapat dilihat jika kita membandingkannya dengan kota – kota di pesisir lainnya. Fakta ini dikuatkan dengan statistic Departemen Perindustrian yang mencatat hampir 60 % suplai batik nasional dan internasional berasal dari Pekalongan. Capaian ini diperoleh dari upaya terus menerus melakukan promosi batik, baik itu dilakukan oleh individu melalui pameran di dalam dan luar negeri, atau melalui kelompok ( paguyuban) dan pemerintah terus berupaya melakukan perluasan pasar batik. Sejalan dengan perkembangan industry batik yang mengalami pasang surut bahkan sempat mengalami keadaan yang sangat sulit akibat goncangan krisis ekonomi, masyarakat Pekalongan dengan segala upayanya tetap gigih berjuang tanpa menyerah. Dan hasilnya pada tahun 2003 kegiatan pembatikan di Pekalongan mulai bangkit bergairah kembali. Momentum ini ditangkap oleh pelaku pengusaha di Pekalongan yang cerdik, yaitu membuka area bekas pabrik dan mengubahnya menjadi Pasar Grosir Batik Setono. Kemudian pada perkembangan selanjutnya dalam rangka melestarikan nilai sejarah dan budaya batik di Pekalongan didirikanlah Museum Batik serta dikembangkannya Kauman menjadi Kampung Batik. Kota Pekalongan mempunyai potensi besar dalam kegiatan pembatikan dan telah berkembang begitu pesat, baik dalam skala kecil maupun besar. Kerajinan batik Pekalongan semakin dikenal baik di dalam negeri maupun mancanegara. Sementara ini museum batik, pusat grosir batik, toko-toko batik dan kampoeng batik yang terdapat di Pekalongan letaknya masih terpencar, meskipun begitu bangunan-bangunan tersebut telah ikut andil dalam mendorong pemasaran batik di Pekalongan. Selain potensi batik, Pekalongan memiliki potensi lain yaitu potensi wisata alam (pantai), wisata budaya (syawalan,nyadran,seni tari sintren,simtudurror & samproh),wisata religi (khaul) dan wisata kuliner (nasi megono,soto tauto, garang asem, dan keripik tahu). Melihat keadaan tersebut diatas dalam meningkatkan daya tarik lebih Kota Pekalongan dan mengenalkan potensi – potensi yang ada di Pekalongan khususnya Batik Pekalongan maka perencanaan dalam satu wadah Pekalongan Batik Center ini diharap dapat memfasilitasi aktivitas perdagangan batik bagi pengrajin batik yang ada di kota Pekalongan juga meningkatkan sumber daya manusia masyarakat Pekalongan yang sebagian besar menjadi pengrajin batik serta dapat menambah pemasukan daerah kota Pekalongan di sector perdagangan dan pariwisata. Perencaan Pekalongan Batik Center ini juga diharapkan dapat menjadi icon Pekalongan yang mewujudkan citra batik Indonesia. 1.2 Tujuan dan Sasaran a. Tujuan Tujuan pembahasan adalah memperoleh dasar – dasar bagi perencanaan dan perancangan Pekalongan Batik Center sebagai wadah informasi, perdagangan, dan pengembangan seni / kerajinan batik Pekalongan,serta beberapa kegiatan penunjang yang berkaitan dengan potensi wisata di Pekalongan. b. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai yaitu tersusunnya Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) sebagai acuan dan pedoman dalam desain grafis arsitektur untuk merancang sebuah Batik Center. 1.3 Manfaat Pembahasan a. Secara Subyektif Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir dan mencapai jenjang Strata Satu (S1) di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. b. Secara Objektif Dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa yang akan mengajukan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) Tugas Akhir. 1.4 Lingkup Pembahasan a. Lingkup Substansial Lingkup pembahasan substansi dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek arsitektural dalam perencanaan fasilitas umum untuk sebuah Batik Center, yang bersifat bangunan bermassa banyak. b. Lingkup Spasial Meliputi aspek kontekstual tapak terpilih dengan memperhatikan potensi, kendala dan prospek bagi berdirinya suatu bangunan Pekalongan Batik Center. 1.5 Metode Pembahasan Metode pembahasan dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu menguraikan dan menjelaskan data kualitatif, kemudian dianalisa untuk memperoleh suatu kesimpulan. Pengumpulan data diperoleh dengan cara : a. Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pendataan langsung di lokasi. b. Studi Literatur Studi literatur yaitu data sekunder yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan perancangan. c. Wawancara Wawancara yaitu dialog langsung dengan baik pelaku aktifitas maupun pengelola. Hal ini dilakukan untuk menggali data mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan topik. 1.6 Sistematika Pembahasan Secara garis besar penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) ini dilakukan dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Membahas mengenai Latar Belakang, Tujuan dan Sasaran, Manfaat, Ruang Lingkup Pembahasan, Metode Pembahasan, Sistematika Pembahasan dan Alur Pikir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Membahas mengenai tinjauan Batik Center dan tinjauan teori yang berisi tentang studi banding dan hasil studi banding dari bangunan yang mempunyai kesamaan fungsi sehingga dapat dipakai sebagai acuan dalam perencanaan dan perancangan Pekalongan Batik Center. BAB III TINJAUAN KOTA PEKALONGAN Berisi tentang tinjauan umum kota Pekalongan, baik aspek fisik maupun non fisik, dan potensi pendukung yang berhubungan dengan Batik Center. BAB IV KESIMPULAN, BATASAN dan ANGGAPAN Membahas mengenai kesimpulan,dan batasan lingkup perencanaan, serta anggapan yang dipakai untuk memperjelas uraian-uraian bab sebelumnya sekaligus memudahkan perencanaan dan perancangan Pekalongan Batik Center. BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Membahas mengenai aspek fungsional (pelaku, jumlah pengelola, jumlah pengunjung, pendekatan aktivitas, pendekatan kebutuhan ruang, pendekatan program ruang), aspek kontekstual, kinerja, teknis serta arsitektural. BAB VI KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Membahas mengenai program perencanaan yang meliputi program ruang, lokasi dan tapak terpilih dan konsep perancangan bangunan yang meliputi konsep bentuk, penekanan desain yang digunakan, konsep struktur dan utilitas bangunan. 1.7 Alur Pikir
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 1534 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 29 Oct 2009 10:18 |
Last Modified: | 29 Oct 2009 10:18 |
Repository Staff Only: item control page