BALAI BAHASA JAWA TENGAH DI SEMARANG

LESTARI, PUTRI (2009) BALAI BAHASA JAWA TENGAH DI SEMARANG. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.

[img]
Preview
PDF - Published Version
152Kb

Abstract

1.1 Latar Belakang Bahasa kita adalah apa (sesuatu) yang kita mengerti. Ia membicarakan realitas di sekitar kita. Kita tidak tahu apa yang kita pikirkan sampai kita mengetahui apa yang kita katakan. Setiap kata yang dilafalkan, karena itu, merupakan ekspresi dari pemikiran. Kalau kita tidak tahu apa yang mau kita katakan, sebaiknya kita diam, demikianlah kita diwanti-wanti oleh filsuf bahasa, Wittgenstein. Peringatan Wittgenstein ini memperlihatkan satu kesungguhan berbahasa, tetapi juga satu apresiasi dalam berbahasa. Eksistensi manusiawi sebagai satu cara berada yang khas dari manusia juga terdiri dari saling keterkaitan di antara agama, budaya, corak hidup yang berbeda, termasuk berbahasa. Dalam karyanya Summa of Logic, William Ockham (1280-1347), seorang nominalist menganalisa tiga level bahasa: bahasa tulisan, bahasa lisan dan bahasa mental. Ketiga level lini merujuk pada tiga aktivitas manusia : menulis, berbicara dan berpikir. Sebuah nama mengandung di dalamnya satu benda (realitas) yang kelihatan dan juga satu ide, gagasan atau pemikiran. Setiap kata yang kita ucapkan adalah medium bagi pengungkapan kerinduan jiwa (emosi), meskipun kata-kata yang diucapkan tidak mewakili sepenuhnya perasaan dan kerinduan seseorang. Ketika saya mengatakan "Aku mencintai engkau", ketiga kata ini tidak membahasakan secara penuh semacam apa emosi jiwa saya terhadap seseorang, yang kepadanya saya katakan "Aku cinta padamu". Dan ketika kita membaca sebuah bahasa tulisan, kita, pada saat itu diundang untuk masuk dalam alam keterbukaan untuk berpikir dan berbicara tentang realitas. Masalah kebahasaan tidak terlepas dari kehidupan masyarakat penuturnya. Dalam perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia telah terjadi berbagai perubahan, terutama yang berkaitan dengan tatanan baru kehidupan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, khususnya teknologi informasi. Kondisi itu telah menempatkan bahasa asing, terutama bahasa inggris, pada posisi strategis yang memungkinkan bahasa itu membawa perubahan perilaku masyarakat Indonesia dalam bertindak dan berbahasa. Gejala munculnya penggunaan bahasa asing pada pertemuan-pertemuan resmi, di media elektronik, dan ditempat-tempat umum menunjukkan perubahan perilaku masyarakat tersebut. Penelitian bahasa dan sastra daerah yang telah dilakukan Pusat Bahasa sejak tahun 1974 telah terhenti. Padahal, kekayaan budaya yang berupa bahasa daerah itu merupakan daya tarik dunia internasional yang perlu dilestarikan. Atas pertimbangan tersebut Pusat Bahasa harus kembali memainkan peranannya di tengah masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, Pusat bahasa yang berada dibawah Departemen Pendidikan Nasional kembali berusaha menghidupkan penelitian, pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia di setiap provinsi di Indonesia. Menurut laporan Dendy Sugono, Kepala Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, dari 33 propinsi di Indonesia, saat ini baru terdapat 17 propinsi yang memiliki Balai Bahasa dan lima (5) propinsi yang mempunyai kantor bahasa. Propinsi NTT termasuk satu dari 10 propinsi yang belum memiliki Balai Bahasa bersama beberapa propinsi lain seperti : Kepulauan Riau, Bengkulu, Bangka Belitung, Banten, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara (Kompas 17 September 2008). Ke-17 propinsi yang belum memiliki Balai Bahasa ini semuanya berada di luar Pulau Jawa. Gambaran ini memperlihatkan bahwa kesenjangan dalam apresiasi berbahasa dimasyarakat masih ada. Kita masih tetap membutuhkan pelbagai cara untuk meningkatkan apresiasi berbahasa termasuk pembentukan balai pustaka, sumber seni dan pengetahuan berbahasa. Balai bahasa sebagai pusat bahasa di daerah dirasa penting untuk meningkatkan mutu bahasa, kemudahan mendapatkan informasi, termasuk sastra daerah dan bahasa asing. Balai bahasa menjadi urgen bagi dunia pendidikan kita, tatkala kita berhadapan dengan program mulok (Muatan Lokal) sebagai sebuah pelajaran yang berbasiskan kontekstualitas. Balai Bahasa kiranya menjadi satu sarana atau sumber pembelajaran, di mana setiap insan pendidikan menemukan suatu tambahan pengetahuan, misalnya akan sastra lokal, kearifan lokal dan juga informasi lainnya. Semarang sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah turut serta dalam melestarikan bahasa Indonesia dengan membangun balai bahasa yang bertempat di Mangunharjo, Tembalang. Namun keberadaan balai bahasa ini masih belum dikenal oleh masyarakat dan secara fisik bangunan balai bahasa ini belum memadai. Hal ini juga mempengaruhi fungsi balai bahasa itu sendiri yang belum dapat berperan secara maksimal. Oleh karena itu perlu adanya peninjauan ulang balai bahasa Semarang agar balai bahasa ini menjadi lebih baik dan berfungsi sebagaimana mestinya. 1.2 Tujuan dan Sasaran a. Tujuan Memperoleh dasar – dasar dalam merencanakan dan merancang Balai Bahasa Jawa Tengah di Semarang sebagai pusat informasi bahasa, penelitian, pembinaan, pengembangan bahasa. b. Sasaran Tersusunnya langkah-langkah pokok dalam proses perencanaan dan perancangan yang representative mengenai Balai Bahasa Jawa Tengah di Semarang ini berdasarkan aspek-aspek panduan perencanaan dan perancangan arsitektur. 1.3 Manfaat Pembahasan a. Secara Objektif Dapat memenuhi kebutuhan adanya Balai Bahasa sebagai pusat informasi bahasa, tempat mengkaji, melakukan pembinaan dan mengembangkan bahasa untuk skala Provinsi Jawa Tengah di Semarang yang akan direncanakan dan dirancang sesuai dengan disiplin ilmu arsitektur. b. Secara Subjektif Sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana di Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro. Penyusunan naskah Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur menjadi dasar dalam mengikuti mata kuliah Tugas Akhir. 1.4 Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan dititikberatkan pada berbagai hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur, dengan lima aspek perancangan arsitektur yaitu: aspek fungsional, aspek kontekstual, aspek kinerja, aspek teknis, dan aspek arsitektural. Hal – hal di luar ilmu arsitektur namun berhubungan dengan Balai Bahasa Jawa Tengah akan dibahas seperlunya sepanjang masih berkaitan dan mendukung proses perencanaan dan perancangan Balai Bahasa Jawa Tengah. 1.5 Metode Pembahasan Perencanaan dan perancangan Balai Bahasa Jawa Tengah di Semarang ini merupakan suatu proses merencanakan dan merancang sebuah pusat informasi bahasa, tempat pelatihan, pembinaan dan pengembangan bahasa sehingga perlu diadakannya studi komparatif baik lapangan maupun media lain. Survey Balai bahasa di provinsi lain diperlukan guna mendapatkan data standar ruang dan fasilitas yang harus ada. Metode pembahasan dalam perencanaan dan perancangan Balai Bahasa di Semarang ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif komparatif, yaitu sebuah metode yang lebih banyak menggambarkan dan memaparkan kondisi obyek studi beserta lingkungan sekitarnya dan melakukan perbandingan dengan obyek studi lain yang memiliki karakter serupa sehingga nantinya dapat diadakan pendekatan-pendekatan terhadap obyek studi. Untuk dapat melakukan perencanaan dan perancangan Balai Bahasa di Semarang diperlukan data sebagai berikut : • Data Primer Data primer diperoleh secara langsung dari orang pertama, contohnya melalui wawancara dengan pihak Kantor Balai Bahasa di Semarang dan survey lapangan. Survey lapangan diperlukan untuk mengetahui kondisi, masalah dan potensi tapak sedangkan studi banding dilakukan guna mendapatkan perbandingan program perencanaan dan perancangan Balai Bahasa yang ada di provinsi lain. • Data Sekunder Data tidak langsung didapat melalui studi literatur dari buku – buku yang ada hubungannya dengan Balai Bahasa contohnya Time Saver Standards for Building Types, Data Arsitek, Office Building, dll. Data sekunder lainnya adalah data dari instansi pemerintah mengenai Kota Semarang, perundangan ataupun ketentuan – ketentuan dari pemerintah yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan balai bahasa. 1.6 Sistematika Pembahasan Penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur dilaksanakan dengan menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat pembahasan, lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Balai Bahasa di Semarang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN STUDI BANDING Berisi tentang tinjauan Balai Bahasa sebagai kantor, pusat informasi, dan tempat pengembangan bahasa. Meninjau tentang teori-teori tentang kantor, balai bahasa dan melakukan studi banding terhadap Balai Bahasa Yogyakarta untuk mendukung perencanaan dan perancangan bangunan Balai Bahasa di Semarang. BAB III TINJAUAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN Berisi tentang tinjauan kota Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah sebagai pusat kegiatan skala propinsi, tinjauan tentang keberadaan Balai Bahasa Jawa Tengah yang ada sekarang meliputi lokasi, fungsi, fasilitas, dll. BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Berisi tentang analisis program perencanaan yang meliputi pendekatan perencanaan unsur pelaku kegiatan, perhitungan jumlah karyawan, aktifitas dan kebutuhan ruang,hubungan kelompok ruang, perhitungan kapasitas, jumlah dan besaran ruang. Serta analisis program perancangan yang meliputi peendekatan fungsional, pendekatan kontekstual, pendekatan kinerja, pendekatan teknis, pendekatan arsitektural. BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Berisi tentang hasil analisis obyek studi yang menghasilkan program dasar perencanaan dan program perancangan arsitektur meliputi program ruang, tapak terpilih dan konsep perancangan. 1.7 Alur Pikir

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
ID Code:1531
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:29 Oct 2009 10:05
Last Modified:19 Aug 2010 08:07

Repository Staff Only: item control page