KEDUDUKAN CUCU SEBAGAI AHLI WARIS PENGGANTI MENURUT HUKUM KEWARISAN ISLAM

Wahvumi, Pull (2005) KEDUDUKAN CUCU SEBAGAI AHLI WARIS PENGGANTI MENURUT HUKUM KEWARISAN ISLAM. Masters thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

[img]
Preview
PDF - Published Version
2587Kb

Abstract

In everyday often we meet one who lives the insuffiency because remained to pass away its old fellow when he still small. As orphan of insuffiency and poorness become the commonplace he faces till him adult. On the other side there its old fellow you which in abundance life even abundant possible. At the time of grandfather or its grandmother pass away, all heritage fall into the hands of the blood brother its old fellow although possible uncle and its aunt in abundance life. While on the other side the orphan though he lives the insuffiency he does not get the heritage from grandfather or its grandmother. All jurist Islam differ the opinion about domiciling grandchild as heir, whether grand son and woman from boy or including grand son and woman form daughter. Writer conducts the research by using method of approach of yuridis empirik by the specification of research of deskriptif analilis. Intake example conducted by purposive sampling. For the side of relevant (its law enforcer) taken away from judge of Pengadilan Agama Semarang (Justice of Religion Semarang). There is at least three system of applicable law in Indonesia arranging to regard to domicile grandchild as substitution heir, that is: System of Heritage Sunni, System of Heritage Hazairin, and according to Corps Punish the Islam. Religion Justice in finishing heritage dispute bases its decision at Corps Punish the Islam. Though still in the form of Instruksi Presiden (Presiden Instruction), Corps Punish the Islam to judge of Religion Justice has become reference to make a decision. May even exist desire to make it a law so that definitive legal force and fasten. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai orang yang hidup kekurangan karena ditinggal wafat orang tuanya ketika ia masih kecil. Sebagai anak yatim kemiskinan dan kekurangan menjadi hal yang biasa ia hadapi hingga ia dewasa. Di sisi lain ada saudara orang tuanya yang hidup berkecukupan bahkan mungkin berlebihan. Pada saat kakek atau neneknya meninggal dunia, seluruh harta warisan jatuh ke tangan saudara kandung orang tuanya walaupun mungkin paman dan bibinya tersebut hidup berkecukupan. Sedangkan di sisi lain si yatim meskipun ia hidup kekurangan ia tidak memperoleh bagian warisan dari kakek atau neneknya karena orang tuanya telah meninggal lebih dahulu dari kakek atau neneknya tersebut. Para ahli Hukum Islam berbeda pendapat tentang kedudukan cucu sebagai ahli waris, apakah cucu laki-laki dan perempuan dari anak laki-laki atau termasuk cucu laki-laki dan perempuan dari anak perempuan. Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode pendekatan yuridis empirik dengan spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Untuk pihak yang terkait (Penegak I Iukuinnya) diambil dari hakim Pengadilan Agama Semarang. Ada sekurang-kurangnya tiga sistem hukum yang berlaku di Indonesia yang mengatur mengenai kedudukan cucu sebagai ahli waris pengganti, yaitu: Sistem Kewarisan Sunni, Sistem Kewarisan Hazairin, dan menurut Kompilasi Hukum Islam. Pengadilan Agama daltun menyelesaikan sengketa kewarisan mendasarkan lceputusannya pada Kompilasi Hukum Islam. Meskipun masih berupa Instruksi Presiden, Kompilasi Hukum Islam bagi hakim Pengadilan Agama sudah menjadi acuan pokok dalam memutuskan perkara. Bahkan ada keinginan untuk menjadikannya suatu undang-undang sehingga mempunyai kekuatan hukum yang pasti dan mengikat.

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:K Law > K Law (General)
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Notary
ID Code:15075
Deposited By:Mr UPT Perpus 1
Deposited On:22 Jun 2010 13:38
Last Modified:22 Jun 2010 13:38

Repository Staff Only: item control page