Hastuti, Niken Widyah (2005) ANALISIS FAKTOR - FAKTOR MOTIVASI YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPATUHAN DOKTER SPESIALIS DALAM PENULISAN RESEP SESUAI FORMULARIUM DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG. Masters thesis, program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
| PDF - Published Version 3716Kb |
Abstract
A quality of the specialist doctors services depends on the services, which is based on standard. To measure and to evaluate a quality of services from clinical aspect, Doctors prescription is an important aspect in term of concordance with a standard of formularies. The aim of this research was to know the motivation factors that influence the obedience of the specialist doctor in giving prescription concordance with formularia at the outpatient unit at the municipal hospital of Semarang. This was an observational research using survey method and cross sectional approach. Number of respondent was 23 specialist doctors who worked at the outpatient unit at the municipal hospital of Semarang. Data was analyzed by univariate, bivariate, and multivariate method using Chi Square test and Logistic Regression with Enter method and significant level on 0.05. Result of this research shows that the motivation factors which have significant relationship with the obedience of the specialist doctor are incentive (p value = 0.010), freedom to give a suggestion (p value = 0.012), freedom to give a critic (p value = 0.003), obedience to a work regulation (p value = 0.037), and punishment of regulation (p value = 0.001). The motivation factors, which do not have significant relationship with the obedience of the specialist doctor, are reward to follow scientific activities (p value = 0.273), attendance in meeting (p value = 0.074), giving a solution of a problem (p value = 0.273), clarity of a regulation (p value = 0.448), and precision of a regulation's content (p value = 0.273). The specialist doctors who do not agree with a punishment have a risk to be not obedient equal to 129.631 times. The specialist doctors who do not agree with a freedom to give a suggestion have a risk to be not obedient equal to 12.376 times. It needs to involve the specialist doctors in problem solving of a medicine management. A regulation of punishment could not be used as an instrument of obedience. It needs to give a reward beside an incentive. It needs to shape an evaluator team of the specialist doctor's obedience, and to use a Local Area Network. Beside that, it needs to revise a Standard Operating Procedure of medication rationality, to give prescription concordance with formularia, and to give a reward and a punishment properly. Pelayanan dokter spesialis bermutu apabila pelayanan yang diberikan sesuai standar yang ditetapkan Untuk mengukur atau menilai mutu pelayanan menurut aspek klinik dapat diukur dengan cara pemberian resep yang diberikan pada pasien secara perseorangan dibandingkan dengan standar formularium. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui faktor — faktor motivasi penulisan resep dokter spesialis dan pengaruhnya terhadap kepatuhan penulisan resep sesuai formularium di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Semarang. Jenis penelitian observasional dengan metode survei dan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner pada 23 dokter spesialis yang bertugas di instalasi rawat jalan RSUD Kota Semarang. Data primer maupun sekunder diolah dan dianalisa dengan cara kuantitatif melalui analisis univariat, bivariat dan multivariat. Analisis bivariat menggunakan uji chi square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi Logistik binary. Signifikansi ditentukan dengan nilai p < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor motivasi yang berhubungan dengan kepatuhan dokter spesialis dalam penulisan resep sesuai formularium di Instalasi rawat jalan RSUD Kota Semarang adalah insentif penulisan resep (nilai p : 0,010), kebebasan memberi usulan tentang ketersediaan obat (nilai p : 0,012), kebebasan memberi kritik (nilai p : 0,003), mematuhi peraturan pekerjaan (nilai p : 0,037) dan sangsi peraturan (nilai p : 0,001). Sedang yang tidak berhubungan adalah variabel reward mengikuti kegiatan ilmiah (nilai p : 0,273), kehadiran rapat (nilai p : 0,074), memberi masukan untuk penyelesaian masalah (nilai p : 0,273), kejelasan peraturan (nilai p : 0,448) dan ketepatan isi peraturan (nilai p : 0,273). Dokter spesialis yang tidak setuju dengan sangsi memiliki resiko terjadinya ketidak patuhan sebesar 129,631 kali dibandingkan dokter spesialis yang setuju dengan sangsi. Dokter spesialis yang tidak setuju dengan kebebasan memberi usulan ketersediaan obat memiliki resiko terjadinya ketidak patuhan sebesar 12,376 kali dibandingkan yang setuju. Perlu melibatkan dokter spesialis dalam memecahkan masalah dalam pengelolaan obat, sangsi peraturan tidak bisa menjadi instrumen kepatuhan terhadap formularium, pemberian reward dalam bentuk lain selain insentif, pembentukan tim penilai kepatuhan dokter spesialis, pembuatan jaringan LAN, revisi SOP rasionalitas pengobatan dan peresepan sesuai formularium dan penegakan reward dan punishment.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) |
Divisions: | School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Public Health |
ID Code: | 15002 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 2 |
Deposited On: | 22 Jun 2010 08:39 |
Last Modified: | 28 Dec 2010 13:28 |
Repository Staff Only: item control page