NUGRAHENI, DIAH (2009) FASILITAS TERAPI DAN PENDIDIKAN ANAK AUTIS DI SEMARANG. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.
| PDF - Published Version 42Kb |
Abstract
I. 1. Latar Belakang Anak merupakan aset penting untuk keberlangsungan suatu bangsa karena mereka adalah tonggak pembangunan masa depan. Dalam kenyataannya terdapat dua jenis anak, yaitu anak normal dan anak berkebutuhan khusus yang keduanya memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Anak berkebutuhan khusus misalnya juga memiliki hak dalam mengembangkan diri dan memperoleh pendidikan. Hal ini tentunya diperlukan penanganan khusus mengingat keadaan yang ada pada anak tersebut. Salah satu kategori seseorang yang berkebutuhan khusus adalah autis. Belum ada data akurat mengenai jumlah yang mengalami gangguan perkembangan semacam itu di Indonesia. Autisme terjadi 5 dari 10.000 kelahiran (Mirza Maulana, 2007). Bahkan tiga tahun belakangan meningkat menjadi 1 dari 500 kelahiran (Abdul Hadis, 2006) dan menurut data dari www.autis.info perbandingan di Indonesia telah mendekati 1 : 160 per kelahiran. Berdasar wawancara kepada Ir. Nurini, MT (Sekretaris Yayasan Autisma Semarang) bahwa jumlah penderita autis di Semarang cenderung meningkat. Saat ini tercatat 200 orang yang terdata oleh yayasan. Namun, beliau mengatakan jumlahnya bisa lebih banyak dari itu. Penyebab seseorang menjadi autis adalah ketunaan pada sel otak mereka saat masih dalam kandungan. Hal ini bisa diakibatkan oleh virus, polusi seperti dari kendaraan bermotor maupun gangguan lain yang menyebabkan rusaknya sel otak pada anak. Meski sudah berkembang pemberitaan tentang autisme, kebelumpahaman masyarakat membuat mereka menyamakan autisme dengan orang berkebutuhan khusus lainnya sehingga terjadi kesalahan penanganan yang biasanya hanya terfokus pada gejala penyerta dari anak autis tersebut. Penanganan autis yang selama ini dilakukan adalah dengan didirikannya tempat-tempat terapi bagi pribadi berkebutuhan khusus. Namun tempat terapi tersebut umumnya merupakan alih fungsi dari rumah hunian dari seseorang dan masih memiliki distraksi (gangguan) bagi penanganan autis. Penanganan yang lain adalah SLB bagi yang memiliki kecerdasan kurang. Semarang sebagai salah satu kota industri manufaktur dengan beberapa pabrik terbangun dan makin berkembangnya kepadatan kendaraan bermotor ikut menjadi penyumbang potensi gangguan polusi pada masyarakat, termasuk bayi dalam kandungan. Meski belakangan Semarang memprogramkan sebagai Kota Ramah Anak (Suara Merdeka, 24 Juli 2009), penanganan penyandang autis belum maksimal. Keberadaan penyandang autis di Semarang masih mengandalkan program terapi yang belum sepenuhnya lepas dari distraksi dan menempati tempat yang berasal dari pengalihfungsian sebuah hunian serta melalui program pelayanan pendidikan di SLB. Namun di SLB pun program yang diterapkan untuk penyandang autis masih disamakan dengan retardasi mental (metode klasikal) padahal seseorang dengan kecenderungan autis memerlukan pendampingan one on one agar materi dapat dimengerti. Dengan demikian dirasa perlu untuk merencanakan dan merancang suatu tempat yang mengakomodasi kegiatan terapi dan pendidikan yang sesuai dengan karakter penyandang autis. Tujuan dari fasilitas ini adalah membuat anak autis menjadi lebih baik melalui kegiatan terapi dan pendidikan. Skala pelayanan adalah tingkat Semarang. Fasilitas ini direncanakan menggunakan konsep arsitektur yang merespon karakter anak autis. I. 2. Tujuan dan Sasaran Tujuan pembahasan LP3A ini adalah mengungkapkan semua hal yang berhubungan dengan Fasilitas Terapi dan Pendidikan Anak Autis yang digunakan sebagai wadah aktifitas terapi dan pendidikan anak autis beserta fasilitas penunjangnya. Hal tersebut selanjutnya digunakan sebagai panduan dalam perancangan fisik Fasilitas Terapi dan Pendidikan Anak Autis di Semarang. Sasaran pembahasannya adalah mengungkapkan dan merumuskan konsep dasar perencanaan dan perancangan Fasilitas Terapi dan Pendidikan Anak Autis di Semarang serta program dan kapasitas ruangnya. I. 3. Manfaat Subjektif Sebagai salah satu persyaratan untuk melanjutkan ke tahap studio grafis dan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai jenjang strata satu. Objektif Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan bagi pembaca, maupun mahasiswa yang akan menempuh Tugas Akhir. I.4. Lingkup Pembahasan Substansial Perencanaan dan perancangan Fasilitas Terapi dan Pendidikan Anak Autis di Semarang sebagai suatu bangunan massa banyak yang memiliki keterpaduan dengan konteks sekitarnya dan memenuhi kebutuhan fasilitas, sarana, dan prasarana bagi anak autis, pengelola, maupun pengunjung fasilitas ini. Spasial Secara administratif daerah perencanaan terletak di Semarang sebagai acuan bagi daerah-daerah.karena konteksnya sebagai ibukota pemeritahan Jawa Tengah. I. 5. Metodologi Metodologi yang digunakan adalah metode deskriptif dan dokumentatif, yaitu dengan mengumpulkan data primer maupun data sekunder. Pengumpulan data diperoleh dengan cara : • Studi kepustakaan Studi kepustakaan yaitu data sekunder yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan perancangan. • Wawancara Wawancara yaitu dialog langsung dengan pelaku aktifitas. Hal ini dilakukan untuk menggali data mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan topik. • Observasi lapangan Observasi lapangan dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pendataan langsung di lokasi. I. 6. Kerangka Bahasan Kerangka pembahasan dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Berisikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metodologi, dan kerangka pembahasan. BAB II Kajian Pustaka Berisikan tentang pengertian serta aspek perencananaan dan perancangan Fasilitas Terapi dan Pendidikan Anak Autis di Semarang. BAB III Data Berisikan tentang data yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Fasilitas Terapi dan Pendidikan Anak Autis di Semarang termasuk menguraikan hasil studi banding, serta kesimpulan studi banding. BAB IV Pendekatan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Berisikan dasar-dasar pendekatan dan menguraikan pendekatan aspek kontekstual, aspek fungsional, aspek kinerja, aspek teknis dan aspek arsitektural. Semua dasar-dasar pendekatan ini disesuaikan dengan karakter anak autis. Bab V Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Beriskan tentang program dasar perencanaan dan perancangan Fasilitas Terapi dan Pendidikan Anak Autis di Semarang, penekanan desain serta penentuan lokasi tapak. Alur Pikir
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 1497 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 26 Oct 2009 12:06 |
Last Modified: | 26 Oct 2009 12:06 |
Repository Staff Only: item control page