|
|
PEMBAHASAN
AFP merupakan salah satu petanda tumor yang paling umum digunakan dalam mendeteksi KH. Petanda tumor lain yang umum digunakan adalah Lens culinaris agglutinin-reactive AFP (AFP-L3) dan Protein induced by vitamin K absence or antagonist II (PIVKA II). Kombinasi pengukuran dua atau tiga petanda tumor tersebut dapat meningkatkan sensitivitas dan akurasi diagnostik.11
Pada KH yang memproduksi AFP, ditemukan Ephrin A1, yang merupakan suatu faktor angiogenik, sebagai gen yang diekspresikan secara berlebihan. Ephrin A1 mempengaruhi pertumbuhan sel pada KH dengan cara menginduksi ekspresi gen-gen yang berhubungan dengan siklus sel (p21), angiogenesis (angiopoietin 1 dan thrombospondin 1), serta interaksi antar sel (rho, integrin, dan matrix metalloprotein). Kadar AFP yang meningkat terutama diasosiasikan dengan prognosis yang buruk seperti tumor berukuran besar, invasi vaskular, dan rekurensi dini.6,8
Pada penelitian ini didapatkan perbedaan diameter lesi yang tidak signifikan pada penderita KH dengan kadar AFP >200 ng/ml dan ≤200 ng/ml. Juga didapatkan korelasi yang tidak signifikan antara kadar AFP serum dan diameter lesi pada KH. Hal ini mungkin disebabkan karena pengaruh ekspresi AFP mRNA yang berkorelasi signifikan antara lain dengan ukuran tumor dan invasi vaskular. Selain itu, faktor lain yang juga berpengaruh terhadap korelasi kadar AFP serum dan diameter lesi adalah HbsAg dan DCP (desy-carboxy prothrombin). Pada penderita KH dengan HbsAg positif, didapatkan kadar AFP yang lebih tinggi, diameter tumor >3 cm, dan trombosis porta bila dibandingkan dengan penderita KH dengan anti-HCV positif. Sedangkan pada penderita KH dengan kadar AFP dan DCP tinggi mempunyai tendensi diameter tumor yang lebih besar bila dibandingkan dengan penderita KH yang memiliki kadar AFP tinggi dan DCP rendah serta kadar AFP rendah dan DCP rendah.8,12-15
Perbedaan yang ekostruktur lesi yang tidak signifikan antara penderita KH dengan kadar AFP serum >200 ng/ml dan ≤200 ng/ml dan korelasi yang tidak signifikan antara kadar AFP serum dan ekostruktur lesi juga didapatkan pada penelitian ini. Hal ini mungkin dipengaruhi anti-HCV, dimana pada penderita KH dengan sirosis yang berhubungan dengan Hepatitis C ditemukan tendensi ke arah kadar AFP yang lebih rendah dan ekostruktur hiperekoik.16
Pada penelitian ini juga didapatkan perbedaan jenis lesi yang tidak signifikan antara penderita KH dengan kadar AFP serum >200 ng/ml dan <200 ng/ml dan korelasi yang tidak signifikan antara kadar AFP serum dan jenis lesi. Hal ini mungkin disebabkan karena pengaruh AFPmRNA yang juga berkorelasi signifikan dengan nodul-nodul pada tumor. Selain itu, penderita KH dengan DCP positif dan HbsAg positif juga menunjukkan insidensi jenis lesi non soliter yang lebih tinggi.12,13,15
KESIMPULAN
Terdapat perbedaan diameter, ekostruktur, dan jenis lesi yang tidak signifikan antara penderita karsinoma hepatoselular dengan kadar AFP tinggi dan rendah, dan terdapat korelasi yang tidak signifikan antara kadar AFP serum dengan diameter, ekostruktur, dan jenis lesi pada karsinoma hepatoselular.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memasukkan HbsAg, anti-HCV, AFPmRNA, dan DCP sebagai variabel yang mempengaruhi korelasi antara kadar AFP serum dan gambaran USG pada karsinoma hepatoselular.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Hermina Sukmaningtyas, M.Kes dan drg. Henry Setyawan S, MSc selaku pembimbing metodologi penelitian, Kepala RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Kepala Departemen Radiologi RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Kepala Departemen Patologi Klinik RSPAD Gatot Subroto Jakarta, dan Kepala Bagian Administrasi Pasien RSPAD Gatot Subroto Jakarta beserta staf, serta semua pihak yang telah membantu penyusunan artikel karya ilmiah ini.
Next Page >>
<<Previous Page
|
|
|