|
|
PENDAHULUAN
Retardasi mental dapat disebabkan akibat kejadian sebelum kehamilan, selama kehamilan dan saat melahirkan atau masa perinatal. Beberapa faktor dinyatakan sebagai penyebab, yaitu; kelainan biokimiawi, kelainan gentik (pada level kromosom maupun gen), gangguan psikiatrik, dan pengaruh dari lingkungan. Pada sebagian kasus tidak diketahui penyebabnya. Penyakit retardasi mental gentik yang terkenal antara lain sindrom Down dan sindrom fragile X.1
Sindrom fragile X merupakan penyebab utama penyakit retardasi mental menurun dan penyebab kedua penyakit retardasi mental gentik setelah sindrom Down. Sindroma fragile X adalah suatu kondisi menurun yang menyebabkan suatu akibat, yaitu kecacatan mental berupa gangguan belajar ringan hingga retardasi mental berat. Sindroma fragile X tidak bisa digolongkan sebagai dominan atau resesif. Sindroma fragile X ditandai dengan adanya kerapuhan di ujung akhir lengan panjang kromosom X. Sindroma ini muncul jika orang tersebut tidak memproduksi FMRP (Fragile X Mental Retardation Protein). Kode gentik FMRP terdapat pada gen FMR1. Gen ini muncul pada kromosom X. Pada pria dengan kromosom X dan Y, kondisi dimana FMR1 stabil menghasilkan cukup FRMP. Seandainya ada mutasi total, maka tidak akan diproduksi FRMP. Sedangkan pada wanita dengan kromosom X dan X, maka kemungkinan untuk munculnya gangguan adalah lebih rendah. Deteksi adanya kerapuhan kromosom X hanya dapat dilakukan dengan media rendah folat atau penggunaan folat inhibitor pada kultur sel. Secara sitogentik penyakit ini ditandai oleh adanya kerapuhan (fragile) yang tampak seperti patahan di ujung akhir lengan panjang kromosom X pada band Xq.27.3, lokasi ini dikenal dengan simbol gen FRAXA. Fragile X merupakan salah satu dari kromosom fragile sensitif folat yang diwariskan. Penampilan kerapuhan ini dipengaruhi oleh media penanaman sel yaitu bebas folat, rendah serum dan diperkuat dengan penghambat folat seperti thymidine.2-4
Gen sindrom fragile X ditemukan oleh Verkerk, dikenal sebagai gen Fragile X Mental Retardation-1 (FMR1). Defek utama sindrom fragile X adalah adanya perluasan jumlah trinukleotida DNA CGG repeat pada regio tak terjemahkan 5' dari gen fragile X (FMR1). Represi gen FMR1 akibat hipermetilasi dari perluasan trinukleotida CGG, mutasi noktah dan delesi pada Xq27-28 menyebabkan terhentinya produksi protein FMR1. Penelitian menunjukkan adanya AGG pada CGG repeat gen FMR1 dan menyatakan bahwa interupsi AGG tersebut berpengaruh terhadap stabilitas gen. Hilangnya interupsi AGG pada gen FMR1 dapat menyebabkan gen tidak stabil. Dalam keadaan normal jumlah CGG repeat antara 5-50, sedangkan alel yang intermediate (36-52 repeat) disebut alel grey zone. Pada keadaan premutasi jumlah CGG repeat meningkat yaitu antara 52-200 repeat dan biasanya terdapat pada kasus wanita pembawa sifat atau laki-laki NTM. Bila jumlah repeat lebih dari pada 200 disebut mutasi penuh dan apabila ini terjadi pada laki-laki biasanya mereka menderita retardasi mental sedangkan pada wanita bisa sebagai pembawa atau penderita karena wanita mempunyai dua kromosom X yang saling mengkompensasi fungsinya. Besarnya jumlah CGG repeat sangat berkorelasi dengan berat ringannya retardasi mental dan biasanya progresif dari satu genrasi ke genrasi berikutnya. Keadaan progresif atau bertambah beratnya kelainan ini biasanya diteruskan oleh wanita, dikenal dengan istilah antisipasi.5-9
Akhir-akhir ini telah dikembangkan metode baru untuk identifikasi pasien fragile X dengan menggunakan metode imunositokimia pada preparat darah hapus. Metode ini juga disebut tes antibodi, menggunakan antibodi monoklonal terhadap FMRP yang berdasar pada tidak adanya produk gen FMR1(FMRP) pada sel-sel dari penderita tersebut.10
Penelitian ini bertujuan mendiagnosis sindrom fragile X dengan mengidentifikasi FMRP pada preparat darah hapus dengan metode imunositokimia pada penderita tuna grahita yang dibina di PRSBG Temanggung .
METODE
Sampel penelitian dipilih secara consecutive random sampling dari penderita retardasi mental di PRSBG (Pusat Rehabilitasi Sosial Bina Grahita) Kartini, Temanggung. Sejumlah 40 siswa laki-laki dari 118 siswa laki-laki, yang diambil pada kunjungan pertama pengambilan sampel. Karakteristik sampel yang diambil adalah siswa laki-laki, bersuku Jawa, dan berusia 14 sampai 31 tahun. Kriteria eksklusi yang ditetapkan adalah penderita sindrom Down. Beberapa data juga diambil dari rekam medik sampel yang didapatkan dari pengelola PRSBG Temanggung. Cara kerja penelitian ini adalah sebagai berikut; a) darah vena diambil 5 cc dengan antikoagulan heparin, kemudian dibuat preparat darah hapus. Preparat di “defrost” dengan air dingin, tetapi permukaan yang ada selnya tetap kering. Fiksasi digunakan paraformaldehid 3% selama 10 menit, kemudian dipermeabilisasi dengan metanol 100% selama 20 menit; b) cuci dengan 0,1 M PBS selama 5 menit. Kemudian dilakukan bloking aktifitas peroksidase endogen dengan PBS-BLOCK selama 30 menit; c) cuci dengan PBS + sebanyak 3 kali 5 menit. Letakkan slide pada Shandon System. Inkubasikan dengan antibodi monoklonal T1a pada suhu ruang selama 1 jam atau 4° Celsius selama semalam; d) cuci dengan PBS sebanyak 3 X 5 menit. Inkubasikan dengan “biotinylated second antibody” (Zymed-Kit “Reagent B”) selama 10 menit.
Next Page >>
<<Previous Page
|
|
|