UJI KOMPARATIF PEMAKAIAN KRIM BUTENAFINE — I1C11% DENGAN KRIM KETOKONASOL NITRAT 2% PADA PENDERITA TINEA KRURIS (Studi Di Pondok Pesantren Toriqoh Kyai Ageng Giri Kusuma Mranggen Demak)

Owdi, Prase (2001) UJI KOMPARATIF PEMAKAIAN KRIM BUTENAFINE — I1C11% DENGAN KRIM KETOKONASOL NITRAT 2% PADA PENDERITA TINEA KRURIS (Studi Di Pondok Pesantren Toriqoh Kyai Ageng Giri Kusuma Mranggen Demak). Masters thesis, program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

[img]
Preview
PDF - Published Version
1281Kb

Abstract

There are many variations reported for antifungal drugs. Ketoconazole has been used commonly as an ant fungal drug including tinea cruris. Butenafine, a new antifungal drug is a benzylamine derivative which suppress the biosynthesis of ergosterol at an earl er stage of the metabolite pathway than ketoconazole. This study compared the effectiveness of butenafine hydrochloride 1 % cream and ketoconazole nitrat 2 % cream when used to treat tinea cruris. Thirty five patients with tinea cruris and positive potassium hydroxide examination and mycologic culture were done to determine the aetiologic agent, were divided in two group, in a double blind randomized controlled trial. The butenafine group consisted of 18 patients, and 17 patients in the ketoconazole group. Of the 35 patients assessed for effectiveness, side effect and clinical improvement applied once daily for a period of 2 weeks and 4 weeks after the end of treatment. Patients in the butenafine group had a higher percentage clinical improvement by day 7 (44.4 % vs 29.4 % p > 0.05), day 14 (72.3 % vs 58.8 % p 0.05) and day 42 which 4 weeks after the end of treatment (84.3 % vs 64.8 %, p > 0.05), but no significance different than the ketoconazole group. Adverse effect definitely related to butenafine were limited to one case of mild irritation sensation after application. Butenafine hydrochloride given for 2 weeks is effective in treating tinea cruris. The proportion of clinical improvement increased at the day 7, day 14 and day 42. Banyak variasi yang dilaporkan dalarn obat-obat anti jamur. Anti jamur Ketokonasol lazirn digunakan sebagai obat anti jamur untuk tinea kruris. Buitenafine suatu anti jamur baru, merupakan turunan benzilarnine menghambat biosintesis ergosterol pada stadium yang lebih awal clan pada ketokonasol. Penelitian ini membandingkan efektivitas butenafine hidroklorid 1% dengan ketokonasol nitrat 2% pada pengobatan tinea kruris. Tiga puluh lima pasien dengan tinea kruris dan pada pemeriksaan KOH positif dibagi dalam dua kelompok, secara acak terkontrol buta ganda. Kelompok butenafine terdiri dari 18 pasien, sedangkan kelompok ketokonasol 17 pasien. Pemeriksaan kultur dilakukan untuk menentukan etiologi spesies. Dari 35 pasien tersebut dinilai efektivitas, efek samping dan perbaikan klinik yang terjadi setelah pemberian selama 14 hari yang dioleskan sekali sehari. Kelompok butenafine menunjukkan prosentase perbaikan klinik yang lebih tinggi dibanding kelompok ketokonasol, H7(44.4% vs 29.4% dengan p > 0.05), H14 (72.3% vs 58.8% dengan p > 0.05) dan H42 (83.3% vs, 64.8% dengan p > 0.05), tetapi secara statistik tidak ada perbedaan yang berrnakna. Efek samping hanya dijumpai pada satu kasus dari kelompok butenafine berupa iritasi ringan. Butenafine yang diberikan selarna 2 minggu efektif untuk pengobatan tinea kruris. Proporsi perbaikan klinik rneningkat prosentasenya pada hari ke 7, 14 dan 42.

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:R Medicine > R Medicine (General)
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Biomedical Science
ID Code:14517
Deposited By:Mr UPT Perpus 2
Deposited On:16 Jun 2010 07:54
Last Modified:16 Jun 2010 07:54

Repository Staff Only: item control page