RAHARJO, BEJO (2003) BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA PEKERJA PEREMPUAN DI KELURAHAN JETIS, KECAMATAN SUKOHARJO. Masters thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
| PDF - Published Version 2737Kb |
Abstract
Background: Anemia decreases work productivity by 20 %. The prevalence of anemia in Indonesia male workers was 18-30 % and 30-46,6 % in their female counterparts. The prevention of anemia in female workers is an excellent way to improve work productivity. It can be conducted successfully if the risk factors which relate to anemia is determined. Purpose : This study was aimed to assess the association between subjects characteristics, nutrient and non nutrient intake, worm investation, menstruation and diarrhea with the occurrence of anemia in female workers. Method : The research design was a cross sectional study, which was conducted in Kelurahan Jens , Sukoharjo subdistrict, Sukoharjo regency. The population were women who worked in factory and lived in Kelurahan Jetis, Sukoharjo subdistrict. The actual population were chosen based on inclusive criteria, including : not pregnant, not sick, not breastfeed arid at the age of 15-45 years old. A total samples 99 were obtained. Statistic tests used Chi Square for bivariate test and logistic regression for multivariate test. Results : The prevalence of anemia among the sample is 38,4 %. Most respondents (64,5 %) are 20-35 years old, have low education (74,7 %), average income is Rp 339.594,00 ± (Rp 38.219,85) and have poor knowledge about anemia (64,6 %). Protein and iron intake are below recommended daily intake for most of respondents. The average consumption of Monosodium Glutamate is 1,53 gjday. A half of respondents consume enough vitamin C and drink tea after having meal. More than one fourth of respondents (26,3 %) consume iron supplement. Only 2,4 % of respondents suffere from intestinal worms infection. A half of respondents lose much blood when they had menstruation. Most respondents (81,8 %) do not have diarrhea during the last month. Multivariate analysis shows that significant risk factors related to anemia are : income under regional minimum income with prevalence ratio of 9,08 (95 % CI : 1,83- 45,09), iron intake below recommended daily intalce with prevalence ratio of 7,1 (95 CI : 1,44-36,02), poor knowledge about anemia with prevalence ratio of 4,40 (95% CI : 1,43- 13,50). The age less than 20 years old is a protective factor to anemia with prevalence ratio of 0,17 (95 °/aCI: 0,05-056) Conclusion : The significant risk factors associated with anemia are: the income under regional minimum income, iron intake under recommended daily intake and low knowledge level about anemia. The age less than 20 years old is protective factor against anemia. Latar belakang : Anemia dapat menurunkan produktivitas kerja sebesar 20 %. Prevalensi anemia pekerja Indonesia mencapai 18-30 % pada pria, dan 30% - 46,6 % pada perempuan. Penanggulangan anemia pada pekerja perempuan adalah langkah sangat strategis untuk meningkatkan produktivitas kerja. Penanggulangan dapat dilakukan dengan baik apabila faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya anemia pada pekerja perempuan dapat diketahui. Tujuan Penelitian : Menganalisis hubungan beberapa karakteristik individu, asupan zat gizi dan non gizi, status kecacingan, menstruasi dan diare dengan kejadian anemia pada pekerja perempuan Metoda Penelitian : Rancangan penelitian adalah cross sectional yang dilaksanakan di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. Populasi sasaran adalah perempuan yang bekerja di pabrik dan bertempat tinggal di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo. Populasi aktual dipilih berdasar kriteria inklusi : tidak hamil, tidak sakit, tidak menyusui dan berusia 15-45 tahun (usia subur). Jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 99 responden. Uji stastistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Chi Square untuk uji bivariat, dan regresi logistik untuk uji multivariat. Hasil Penelitian : Jumlah responden yang menderita anemia sebesar 38,4 %. Sebagian besar responden (64,6 %) berusia 20-35 tahun, berpendidikan dasar (74,7%), rata-rata pendapatan Rp 339.594,00 ± (Rp 38.219,85), (64,6 %) mempunyai tingkat pengetahuan tentang anemia yang rendah. Asupan protein dan zat besi sebagian besar di bawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Rata-rata konsumsi Monosodium Glutamate 1,53 g/hari. Separuh responden mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah cukup dan meminum teh pada saat makan. Lebih dari seperempat responden (26,3 %) mengkonsumsi suplemen besi. Hanya 2,4 % responden yang menderita kecacingan. Separuh responden banyak kehilangan darah saat menstruasi. Sebagian besar responden (81,8 %) tidak mengalami diare 1 bulan terakhir. Setelah diadakan analisis multivariat, faktor risiko yang secara statistik bermakna antara lain : pendapatan di bawah UMR dengan rasio prevalens 9,08 (95 % CI:I,83-45,09), asupan zat besi rendah dengan rasio prevalens 7,1 (95% CI:1,44-36,02), pengetahuan tentang anemia rendah dengan rasio prevalens 4,40 ( 95 % CI :1,43-13,50). Umur < 20 tahun merupakan faktor proteksi terhadap kejadian anemia dengan rasio prevalens 0,17 (95 % CI : 0,05-0,56). Simpulan : Pendapatan di bawah UMR, asupan zat besi yang rendah, pengetahuan tentang anemia yang rendah berperan sebagai faktor risiko yang bermakna terhadap kejadian anemia. Umur < 20 tahun merupakan faktor proteksi terhadap kejadian anemia
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA0421 Public health. Hygiene. Preventive Medicine |
Divisions: | School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Public Health |
ID Code: | 14377 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 1 |
Deposited On: | 15 Jun 2010 08:13 |
Last Modified: | 15 Jun 2010 08:13 |
Repository Staff Only: item control page