FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEICAM13UHAN PENDERITA TUBERKULOSIS PARU STRATEGI DOTS DI PUSKESMAS DAN BP4 DI SURAKARTA DAN WILAYAH SEKITARNYA

Abstract

Background: Mycobacterium tuberculosis has infected one third of world citizents. In Indonesia, pulmonary tuberculosis has become a main problem of community health. Based on evaluation programe of pulmonary tuberculosis in the Surakarta for DOTS (Diorectly Observed Treatment, Shortcourse) strategy, relaps case in 1999 noted 24 person (12,4%), in the year of 2000 noted 12 person (7,2%) and in 2001 noted 7 person (4,5%). The relaps peoples were the peoples who pointed as in the good condition after their sick but finally proved as smear positive acid fast bacili. Objective: To identify the factors which influenced the pulmonary tuberculosis relaps in Surakarta and around. Method: The design was case-control, cases were pulmonary tuberculosis patients in centre of community health and Clinic of Lung Diseases at periode time January 2001 until October 2002 and control for peoples after one year recovery minimum, pointed as 49 cases and 49 control Result: The patients of pulmonary tuberculosis is highest in 21-49 tahun (65.3%), the occupation is labourer (37.8%) and the most common of education is elementry school (40.8%). The risk factors which statiscally influence the relaps of pulmonary tuberculosis are the lack of nutrient, OR = 19.910 (95% CI = 5.194 — 76.326),history of routineness medicine treatment OR = 43.461 (95% CI = 4.494 — 420.301) and smoking habits OR = 5.445 (95% CI = 1.339 — 22.143). Conclusion: The risk factors which influence the relaps of pulmonary tuberculosis are the lack of nutrient, history of routineness medicine treatment, and smoking habits. Suggestion : The Routinity of taking medicine is the important in preventing treat curing tuberculosis. Health education is the important to support that routinity of taking the medicine, in the condition of good nutrition and no smoking habits. Latar belakang: Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Di. Indonesia penyakit tuberkulosis pant merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Hasil evaluasi program penanggulangan tuberkulosis paru tahun 1999 di Surakarta dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shortcourse) penderita kasus kambuh 24 (12,4%) , tahun 2000 penderita kasus kambuh 12 (7,2%).tahun 2001 penderita kasus kambuh = 7 (4,5%). Penderita kambuh (relap,$) adalah penderita yang pernah mendapatkan pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat dengan basil pemeriksaan dahak BTA positif Tujuan penelitian : mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan penyakit tuberkulosis paru di Surakarta dan wilayah sekitarnya. Metode penelitian : Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kasus kontrol, kasus diambil dad penderita tuberkulosis paru yang diobati di puskesmas dan BP4 pada kurun waktu Januari tahun 2001 sampai Oktober 2002 dan kontrol diambil dad penderita tuberkulosis paru yang sudah sembuh minimal 1 tahun dari pengobatan, jumlah kasus 49 dan 49 kontrol. Hasil penelitian : Umur penderita tuberkulosis paru terbanyak 20-49 tahun (65,3%), jenis pekerjaan buruh (37.8%), tingkat pendidikan tamat SD (40.8%). Faktor risiko yang secara statistik bermakna mempengaruhi kekambuhan penderita tuberkulosis pant adalah status gizi kurang OR = 19.910 (95% CI = 5.194 — 76.326) riwayat minum obat tidak teratur OR = 43.461 (95% CI — 4.494 —420.301) dan kebiasaan merokok OR = 5.445 (95% CI = 1.339 — 22.143). Simpulan: faktor risiko_yang mempengaruhi kekambuhan penderita tuberkulosis paru adalah status gizi kurang, riwayat minum obat tidak teratur, dan kebiasaan merokok. Saran : Penderita tuberkulosis paru yang berobat perlu adanya pendidikan kesehatan tentang pentingnya keteraturan minum obat selama pengobatan, faktor gizi dan pengaruh kebiasaan negatif merokok agar tidak teriadi kekambuhan.