Sukawi, Sukawi (2006) PRPP, Alternatif Pusat Keramaian di Semarang. Jurnal Nasional .
| PDF - Published Version 7Kb |
Abstract
Kawasan Simpang Lima makin padat dan sesak. Ketidaknyamanan ini sangat terasa pada hari libur, terutama malam hari. Sekadar mencari tempat parkir saja sulit, karena penuh dan macet. Tahun 1980-an, warga bisa berlari-lari pagi di lapangan setiap Minggu. Namun, itu tak bisa lagi dilakukan karena trotoar di tepi lapangan dipenuhi PKL. Simpang Lima saat ini menjadi semacam “superblok”, di kawasan itu banyak gedung besar. Simpang Lima telah menjadi salah satu pusat Kota Semarang yang paling sibuk. Jika tak dikendalikan, bukan tak mungkin akan muncul gedung-gedung besar lagi di tempat itu. Banyaknya jenis kegiatan yang dibebankan pada kawasan ini menimbulkan berbagai macam persoalan sehingga muncul wacana tentang alternatif pusat keramaian untuk memecah aktivitas publik. Pemerintah Kota Semarang pernah mengeluarkan larangan agar acara semacam konser, pertunjukan, dan pengumpulan massa tidak dilakukan di kawasan ini. Ironisnya, pemkot justru tidak konsisten dan izin pun beberapa kali diberikan sehingga menambah beban kawasan ini. Pemkot juga harus kembali memikirkan untuk membuat alternatif pusat keramaian baru seperti pembuatan Simpang Lima kedua. Pemkot harus menata Simpang Lima agar kawasan itu bisa kembali ke fungsi semula, yakni sebagai ruang publik dan dikembalikan pada rakyat. Saat ini, fungsi itu relatif terabaikan sehingga kenyamanan masyarakat untuk melakukan interaksi sosial di jantung Kota Semarang itu menjadi berkurang. Menurut Wayne Attoe, untuk membangkitkan aktivitas kota “mati”, salah satunya membuat wadah atau tempat untuk mengumpulkan kegiatan masyarakat kota diiringi penambahan fasilitas publik. Berdasarkan konsep ini, kiranya dapat dipelajari tentang keberhasilan pengembangan pusat kegiatan masyarakat. Karakteristik Simpang Lima dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan pusat keramaian publik baru. Karakteristik ini berhubungan dengan aktivitas publik, yakni fungsi sebagai pusat perdagangan, pencapaian yang mudah, kontinuitas kegiatan, dan daya tampung masyarakat. Semua kegiatan tak selalu difokuskan di Simpang Lima. Misalnya, penyelenggaraan musik tidak harus selalu di kawasan itu. Lokasi lain yang bisa dimanfaatkan antara lain PRPP. Kawasan yang dibangun dengan biaya besar dan merupakan aset pemerintah ini perlu dikembangkan. PRPP di Semarang Barat dekat bandara dan dapat dicapai dari jalan Arteri. PRPP dapat menjadi alternatif pusat keramaian baru dan kegiatan publik Kota Semarang, dengan tidak mengulangi kesalahan yang sama di kawasan Simpang Lima.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 1435 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 20 Oct 2009 14:48 |
Last Modified: | 20 Oct 2009 14:48 |
Repository Staff Only: item control page