Sukawi, Sukawi (2006) Mendinginkan Kota Semarang. Jurnal Jurusan Arsitektur .
| PDF - Published Version 13Kb |
Abstract
Belakangan ini kita dapat merasakan bahwa udara kota Semarang semakin panas saja. Warga kota sudah kehilangan lahan untuk melakukan aktivitas yang memerlukan udara segar. Jumlah taman-taman kota mulai berkurang seiring dengan banyaknya jumlah gedung pertokoan dan perhotelan yang berdiri megah di setiap penjuru kota. Sehingga wacana untuk penanaman pohon di sepanjang jalan kota Semarang sangat ditunggu realisasinya oleh warga kota. Alangkah indahnya jalan-jalan di kota Semarang seperti jalan di Kampung Kali yang terasa sejuk disiang hari dengan pohon yang berjajar ditepinya. Dengan terik matahari pada siang hari yang sangat membakar menyebabkan banyak orang yang enggan berjalan kaki walaupun jarak tempuhnya tak sampai satu kilometer. Mana ada pegawai kantoran/ karyawati yang rela polesan make up-nya rusak gara-gara cucuran keringat atau wangi parfumnya berganti bau tak sedap akibat berjalan kaki dibawah terik matahari. Makanya, jangan heran kalau akibatnya membudayakan orang Semarang untuk lebih memilih naik kendaraan daripada jalan kaki. Fenomena suhu udara kota yang semakin panas didaerah pusatnya dibanding dengan daerah ditepi kota (daerah pinggiran/rural), adalah sebagai masalah yang membuat penghuni kota menjadi kurang nyaman. Fenomena inilah yang dikenal sebagai ”Pulau Panas Perkotaan” atau ”Urban Heat Island” (UHI). Fenomena ini pertama kali ditemukan seorang ahli meteorologi bernama Luke Howard pada tahun 1818. Sehingga untuk mengkondisikan suasana menjadi nyaman kembali, harus membuat fasilitas yang dapat meminimalkan kota yang semakin panas ini. Menurut Zoer’aini (2001), suhu kota yang lebih panas daripada lingkungannya seolah olah sebuah pulau panas yang terapung diatas media yang lebih dingin. Fenomena ini ditandai dengan suhu panas yang semakin meningkat pada pusat kota dibandingkan kearah tepian kota yang kepadatan penduduknya semakin renggang. Apa penyebabnya? Satu jawaban yang paling tepat adalah sedikitnya pepohonan, semak belukar, dan tanaman lain yang berfungsi menaungi bangunan, menahan radiasi matahari, dan mendinginkan udara. Dalam penelitian Landsberg (1981), bahwa untuk melihat perbedaan suhu antara kota dan desa adalah dengan mengukur suhu ketika matahari telah terbenam sekitar 2 3 jam. Didaerah tropis, suhu kota kota nya pada malam hari lebih tinggi 3 5 derajat C dibanding daerah dipinggiran kota. Pada dasarnya, faktor-faktor penyebab pulau panas perkotaan adalah akibat anthropogenic atau ulah manusia, yaitu termasuk pembuatan jalan-jalan, trotoar, tempat parkir dan gedung-gedung yang menutup permukaan tanah sampai 80% lebih. Tumbuhan merupakan AC alami karena sebatang pohon dapat menguapkan air 400 L/hari dalam proses evapotranspirasi, setara dengan 5 AC yang berkapasitas 2500 koal/jam beroperasi selama 20 jam/hari. Kemudian suhu diatas permukaan rumput dapat mencapai 4ºC lebih rendah dari suhu diatas permukaan beton. Hal ini dapat dijadikan pemikiran bahwa untuk kota tropis seperti Semarang, ruang terbuka harus ditanami dengan rumput atau pepohonan untuk menurunkan suhu yang panas. Apabila ruang terbuka ditutup dengan material keras maka suhu kota akan naik dan kebutuhan akan suhu nyaman tidak akan pernah tercapai. Taman kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau (RTH). Menurut de Chiara & Lee Kopellman, RTH berfungsi untuk mempertahankan karakter kota dengan fungsi sebagai hutan kota dan taman kota. Taman kota merupakan wahana keanekaragaman hayati yang harus diupayakan menjadi suatu komunitas vegetasi yang tumbuh dilahan kota dengan struktur menyerupai hutan alam dan membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa. Tidak adanya taman kota yang memadai untuk beraktivitas menyebabkan banyak masyarakat yang memanfaatkan fasilitas umum tidak pada tempatnya. Sering kita jumpai anak-anak bermain sepakbola di jalanan yang dapat mengganggu pemakai jalan. Pemerintah lebih mengutamakan pembangunan mal-mal, hotel, dan semacamnya hanya untuk keuntungan belaka tanpa memikirkan nilai-nilai sosial yang lebih penting. Namun, pembangunan taman kota perlu disertai dengan peraturan guna menghindari para PKL dan tunawisma mengotori dan mengganggu kenyamanan dan keindahan taman kota. Untuk mendinginkan kota Semarang yang semakin panas, beberapa hal yang penting untuk dilakukan diantaranya : Pertama, menghidupkan kembali /revitalisasi sarana kota yang terbengkelai, seperti pada bantaran sungai atau riol kota, tepian jalur kereta api, ruang ruang terbuka lainya yang terbuang (the lost space), ruang ruang luar yang merupakan transisi dari elemen kota yang satu ke yang lainya dengan upaya penghijauan yang semaksimal mungkin. Pohon-pohon di sepanjang jalan yang ditebang akibat korban pelebaran jalan dengan dalih untuk mengatasi kemacetan juga harus diganti. Kota Semarang memerlukan banyak taman kota untuk membantu menurunkan suhu lingkungan. Cara yang dapat ditempuh, ruas jalan yang sudah didominasi dengan beton dan aspal perlu dilindungi dari matahari langsung dengan penanaman pohon di sepanjang tepi jalan. Kedua, Menggalakkan gerakan penghijauan (misalnya penanaman sejuta pohon) untuk menghindari berkurangnya vegetasi dalam lingkungan kota. Penanaman ini dapat dilakukan di taman-taman kota, koridor jalan, pembatas jalan sehingga dapat membantu mengurangi suhu dan membuat kota lebih sejuk dan hijau. Pepohonan mempunyai potensi besar untuk mendinginkan kota dengan cara meneduhkan dan melakukan proses ”evapotranspirasi”. Proses ini terjadi ketika tanaman mengeluarkan uap air lewat pori-pori daun layaknya manusia yang mengeluarkan keringat. Vegetasi sangat bermanfaat untuk merekayasa masalah lingkungan perkotaan baik dari aspek estetika, mengontrol erosi tanah dan air tanah, mengurangi polusi udara, mengurangi kebisingan, mengendalikan air limbah, mengontrol lalu lintas dari kesilauan cahaya matahari maupun cahaya yang lainnya dan dapat mengurangi bau tidak sedap dari sampah. Ketiga, Mewajibkan setiap rumah tangga untuk menanam satu pohon dihalaman rumah. Terutama untuk jenis pohon yang produktif seperti pohon buah-buahan. Pemkot Semarang juga dapat memberikan reward kepada peran serta masyarakat dan swasta yang mempunyai perhatian terhadap penghijauan, keindahan taman kota dan lingkungan. Penghargaan ini dapat berupa hadiah untuk pemeliharaan, atau keringanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sehingga memacu warga kota untuk berpartisipasi. Keempat, Menegakkan aturan dengan punishment tentang peraturan bangunan setempat, diantaranya Koefisien Dasar Bangunan (KDB) untuk semua bangunan sehingga ada ruang terbuka (open space) dalam setiap tapak yang akan bermanfaat untuk penanaman pohon atau penghijauan. Keberadaan taman kota sangatlah penting bagi kenyamanan warga yang ingin melakukan kegiatan refreshing atau sekedar jalan-jalan. Setidaknya keberadaan taman kota dapat mengurangi dampak buruk yang diakibatkan oleh polusi udara. Jika hal ini dibiarkan, masyarakat akan hidup berdampingan dengan udara yang terpolusi. Untuk itu, diperlukan pengendalian diri Pemkot untuk tidak gatal menyulap lahan-lahan hijau menjadi bangunan komersial yang akan membuat Semarang menjadi semakin sumpek. Penanaman pohon merupakan suatu usaha untuk mendinginkan dan menghijaukan kota dengan pengelolaan taman kota, taman lingkungan, jalur hijau dan sebagainya. Apabila semuanya dilakukan bukan mustahil Semarang akan “ijo royo-royo” yang dapat menjadi identitas kota Semarang dan yang pasti tidak sepanas sekarang.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 1421 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 20 Oct 2009 14:22 |
Last Modified: | 20 Oct 2009 14:22 |
Repository Staff Only: item control page