Pengelolaan Konflik Pada Perkawinan Antarbudaya Pasangan Kolektivistik dan Individualistik

Aryanie, Agustine Dewi (2010) Pengelolaan Konflik Pada Perkawinan Antarbudaya Pasangan Kolektivistik dan Individualistik. Undergraduate thesis, Diponegoro University.

[img]
Preview
PDF
84Kb

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang kasus perkawinan antarbudaya khususnya perkawinan antarbudaya kolektivistik dan individualistik. Perkawinan berbeda budaya cenderung menimbulkan konflik dibandingkan perkawinan dengan budaya sama. Hal yang menarik dan unik untuk diteliti adalah bagaimana suami dan istri dengan karakteristik budaya yang berbeda mengelola konflik dalam rumah tangga mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman individu (suami dan istri) terkait dengan pengelolaan konflik dalam perkawinan antar budaya kolektivistik-individualistik. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Face Negotiation Theory dari Ting Toomey, Dimension of Cultural Variability dari Hofstede, tipe konflik dalam hubungan antarpribadi dari Gerard Miller dan Mark Steinberg (1975), serta pola pengelolaan konflik dari K. W Thomas dan R. H. Kilmann (1974). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan merujuk pada paradigma interpretif. Subjek dalam penelitian ini adalah suami dan istri dari pasangan pernikahan antarbudaya kolektivistik-individualistik dengan usia pernikahan di atas 5 tahun. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data metode fenomenologi dari Von Eckartsberg (1986) dengan menentukan tema pokok, yaitu 1) pengalaman informan penelitian dalam menjalani perkawinan antarbudaya, 2) sumber konflik dalam rumah tangga, serta 3) pengelolaan konflik dalam perkawinan antarbudaya. Berdasarkan hasil penelitian, konflik yang sering muncul dalam perkawinan antarbudaya kolektivistik-individualistik yang dijalani oleh para informan adalah konflik sederhana, karena adanya perbedaan pola pikir dan persepsi tentang suatu hal (Bebee, 2005: 223-227). Selain konflik sederhana, para informan juga pernah mengalami pseudoconflict berupa kesalahpahaman dalam berkomunikasi, menyangkut faktor semantik, gaya berbahasa, intonasi nada bicara, dan juga bahasa non verbal seperti ekspresi wajah saat berbicara. Secara garis besar para informan menggunakan pola kompromi dengan membicarakan masalah bersama dan mencari jalan tengah untuk mencapai solusi dan mengelola konflik rumahtangga. Apabila dalam proses kompromi tidak ditemukan jalan keluar terbaik, salah satu pihak memilih untuk mengalah dan membiarkan pihak lain mengeluarkan pendapat, untuk menghindari persoalan atau konflik yang lebih besar. Konflik memiliki nilai positif, dimana para informan menjadi semakin mengerti dan memahami baik dalam sisi karakter maupun perilaku budaya pasangan. Implikasi akademis (teoritis) penelitian ini dapat memberikan variasi kajian komunikasi yang menjelaskan tentang pengelolaan konflik pada masing-masing individu dengan latar belakang budaya berbeda dalam ruang lingkup studi komunikasi antar budaya, terutama pada kasus perkawinan antarbudaya kolektivistik individulastik. Implikasi praktis hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan referensi pengalaman tentang komunikasi antarbudaya dalam hubungan interpersonal, sumber konflik, serta pengelolaan konflik pada kehidupan pernikahan dengan budaya berbeda, khususnya pada pasangan antarbudaya kolektivistik dan individualistik.

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Subjects:H Social Sciences > H Social Sciences (General)
Divisions:Faculty of Social and Political Sciences > Department of Communication
ID Code:13897
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:09 Jun 2010 14:12
Last Modified:09 Jun 2010 14:12

Repository Staff Only: item control page