FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM MEMELIHARA IKAN CUPANG (Betta splendens) UNTUK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA PONTIANAK (Factors That Influence Raising "Cupang" Fish Community Behavior in Eradication Program of Mosquito's Breeding Place as The Causal Factor of Dengue Hemorrhagic Fever at Pontianak City)

Abstract

Background. The risk factors of morbidity and mortality rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in Pontianak city are amount of rainfall, air humidity, population density, and the habit of people in storing of rainwater in the large water jar. The biological predator Betta splendens has much superiority. as follows: it is the eater of the mosquito larva; it has a nice form; it is recognized and sold in Pontianak city. Objective. This research is to identify the factors that influence raising "Cupang" fish (Bella splendens) community behavior in eradication program of the mosquito's breeding place as the causal factor of DHF in Pontianalc City. Method. This was explanatory research using cross sectional approach. The numbers of samples were 96 respondents, taken from four sub districts using proportional random sampling. Data analysis used univariate, bivariate (clii square), and multivariate (regression logistic). Result. The variables that have significant relationship with the community behavior of raising the Cupang fish (Betta splendens) are the expenditure (p value = 0.015) the number of family's member (p value = 0.009), the knowledge of DHF and the Cupang fish (p value = 0.001), and the practice of eradication program of the mosquito's breeding place (p value = 0.005). Based on multivariate analysis, the variables that influence raising "Cupang" fish behavior are the knowledge of DHF and the Cupang fish (p value = 0.009), the number of family's member (p value = 0.021), and the practice of eradication program of the mosquito's breeding place (p value = 0.049). Those variables can predict the behavior of raising the Cupang fish for 67.57%. Suggestion. The Pontianak City Health Office should give a high percentage for training activities of the DHF prevention and the ways of raising the Cupang fish in order to increase the community's knowledge. They should increase the practice of eradication of Mosquito's Breeding Place primanly for a sufferer's family of DHF. They should increase skills of School Health Unit's teacher in elucidation. They should make the building linkages between government and private organization. The government of Pontianak city should give more attention to the community group that has number of family's member more than four persons. It can be done by giving the Cupang fish, training the officers for intervention of DHF, cleaning the city, increasing participation of rich community, and making a regulation and a punishment in order to the Cupang fish not be used for gambling. The Health Center should give the elucidation not only while outbreak but also anytime, increasing the creativity of the officers in making of elucidation equipment, and using the "LKMD" meeting forum for discussion of the Health Center problem. Latar Belakang. Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Pontianak disebabkan beberapa hal yaitu curah hujan yang tinggi, kelembaban udara yang tinggi, kepadatan penduduk yang tinggi dan kebiasaan penduduk menyimpan air hujan dalam tempayan. Predator biologis Betta splendens memiliki berbagai keunggulan yaitu pemakan jentik yang handal, bentuknya indah, telah dikenal dan banyak diperdagangkan di kota Pontianak. Tujuan. Secara umum untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku memelihara ikan Cupang dalam program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) penyebab DBD di kota Pontianak. Metode. Penelitian bersifat explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Diambil 96 sampel dad 4 wilayah kecamatan secara proporsional random sampling. Analisis data menggunakan teknik univariat, bivariat dengan uji chi-square dan teknik multivariat dengan uji regresi logistik. Kesimpulan. Variabel yang berhubungan secara signifikan dengan perilaku memelihara ikan Cupang yaitu variabel besar pengeluaran (p value = 0,015), jumlah anggota rumah tangga (p value = 0,009), pengetahuan tentang DBD dan ikan Cupang (p value = 0,000) dan praktik PSN DBD (p value 7 0,005). Secara multivariat, variabel yang mempengaruhi perilaku memelihara ikan Cupang adalah pengetahuan tentang DBD dan ikan Cupang (p value = 0,009), besar anggota keluarga (p value = 0,021), dan praktik mengenai PSN DBD (p value = 0,049). Secara bersama-sama ketiga faktor tersebut dapat memprediksi perilaku memelihara ikan Cupang sebesar 67,57%. Saran. Kepada Dinas Kesehatan Kota Pontianak agar dalam membuat rencana alokasi dana yang lebih besar untuk kegiatan pelatihan agar pengetahuan masyarakat dapat meningkat. Meningkatkan praktik PSN DBD terutama bagi keluarga penderita DBD, meningkatkan keterampilan guru UKS dalam bidang penyuluhan, menjalin kerjasama antar organisasi pemerintah dan swasta. Saran untuk pemerintah kota Pontianak agar memperhatikan kelompok masyarakat yang memiliki jumlah anggota rumah tangga > 4 orang dengan memberikan bantuan ikan Cupang, pelatihan petugas Satkorlak DBD, kebersihan kota, partisipasi masyarakat mampu, dan pembuatan aturan dan sangsi agar ikan Cupang tidak digunakan sebagai sarana judi. Saran untuk Puskesmas yaitu memberikan penyuluhan bukan hanya pada waktu ada ledakan kasus, kreatifitas petugas dalam pembuatan alat bantu penyuluhan dan penggunaan forum rapat LKMD untuk penyampaian masalah puskesmas.