SISTIM SOSIAL DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN DAN PRAKTIK PEMBINAAN NARAPIDANA (Studi Pada Lembaga Pemasyarakatan Tanjungkarang dan Lembaga Pemasyarakatan Kalianda) TESIS

MAULANI, DIAH GUSTINIATI (1999) SISTIM SOSIAL DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN DAN PRAKTIK PEMBINAAN NARAPIDANA (Studi Pada Lembaga Pemasyarakatan Tanjungkarang dan Lembaga Pemasyarakatan Kalianda) TESIS. Masters thesis, PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO .

[img]
Preview
PDF - Published Version
5Mb

Abstract

ABSTRACT The Civilization System originated for the imple¬mentation of the accepted Minimum Rules Standard for the of Prisoners (SMR) in the effort of preventing crimes and reconstructing criminals. In the civilization system reconstruction is -carried out not only for self-determination purpose, but also for personality one, of which the implementation 'abides by ten principles of civiliization, meaning that manners of imposing criminal law and criminal act both are contained in it. That is consistent in placing importance to both aspect of breaking the law and that of humanity. During criminals are in the prisons and in process for recontruction, they are collectively placed in the prison for a certain period and all the time they assn¬ciate with each other. And it is auite oossible that they introduce criminal world to each other, and at length organize an informal social system called as criminal sub culture. The criminal sub culture has a strong influence upon each of the Prisoners individual life in deepening criminal world on the other side, however, jailers that expose their utilization of Powers, also have strong influence in building the criminals way of acting to become more criminals than before. So, it means that the criminals sub culture and the jailers sub culture make up subs involved in the social sistem of a correctional institution. Problems in the frame-work of reconstruction are: interaction that takes place between jailers and priso¬ners; perception ofjailers to prisoners; Perception of prisoners to jailers; and reconstruction practice car¬ried out. The interaction process between jailers and pri¬soners begins at the time whwn someone enters a jail as criminal, until he leaves the prison. Interaction that occurs is intimated and suggested from jailers that have been long working at the prison. Action arising from interaction that has taken place is influenced by perception of jailers and prison¬ers on each side. Perception that arises from each side is negative. This case brings about influence on recon¬struction practice .to criminals, whether on the maximum security, medium security, minimum security, and inte¬gration.RINGKASAN A. Later Belakang Perubahan perlakuan terhadap narapidana adalah sebagai realisasi diterimanya SMR, kemudian atas konsep DR. Sahardio dirubah sistem penjara menjadi sistem pema¬syarakatan. Sistem pemasyarakatan bertujuan selain memberikan pidana kepada seorang yang melakukan tindak pidana sekaligus juga memberi tindakan agar setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan seseorang tersebut dapat menjadi warga negara yang baik dan berguna. Namun dalam praktiknya sistem pemasyarakatan ini belum termanifestasikan secara maksimal, hal ini antara lain disebabkan sistem social dalam lembaga pemasyaraka¬tan tidak akomodatif terhadap pola pembinaan narapidana yang berpedoman pada prinsip-prinsip pemasyarakatan. Sebab-sebab tidak akomodatifnya sistem social dalam lembaga pemasyarakatan terhadap pola pembinaan narapidana itulah yang menjadi sasaran dalam penelitian ini. Kerangka Teoritis Telaah teoritis dalam tinjauan pustaka, telah mendapatkan pilihan kerangka untuk menjawab permasalahan yang timbul, dengan cara melihat dasar pembenaran peng¬gunaan sistem pemasyarakatan, teori tentang interaksi dan teori persepsi, serta lembaga Pemasyarakatan meru¬pakan bagian dari Sistem Peradilan Pldana. C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan yang bersifat yuri¬dis sociologic. Penelitian dilakukan di Lembaga Pemasya¬rakatan Tanjungkarang dan Kalianda. Penentuan informen dilakukan melalui metode bola salju dengan diawali pada 1 orang narapidana yang paling lama hidup di kedua lembaga pemasyarakatan dan petugas lembaga pemasyaraka¬tan yang juga paling lama bekerja di kedua lembaga pema¬syarakatan tersebut. Tehnik yang digunakan dalam mengum¬pulkan data dengan studi kepustakaan, observasi non partisipan, wawancara dan studi dokumen. D. Basil penelitian dan Pembahasan 1. Interaksi Antara Petugas LP dan Narapidana Proses interaksi yang terjadi antara petugas LP dengan narapidana sebagai sub-sub sistem di dalamsistem sosial LP dimulai sejak sesorang masuk ke LP sebagai seorang narapidana sampai is keluar bebas. Interaksi awal yang terjadi antara petugas LP dan narapidana tidak seimbang, sebab komunikasi lebih dido¬minasi oleh petugas LP dengan cara mengexpose penggunaan kekuasaan dan memposisikan narapidana sebagai seorang penjahat yang perbuatannya harus dibalas. Pada saat sampai pada tahap pembinaan interaksi bersifat timbal balik di dasarkan asas kekeluargaan. Masing-masing pihak kemudian menyepakati standar aturan main yang ada di LP. Ternyata proses interaksi seperti tersebut diatas tidak mendukung pelaksanaan sistem pemasyarakatan, karena masing-masing pihak hanya mencari keuntungan pribadi, disatu pihak petugas LP hanya bersifat menja¬lankan tugas dilain pihak narapidana hanya melaksanakan kewajibannya. 2. Persepsi Petugas LP Terhadap Narapidana. Tindakan atau perilaku petugas LP terhadap Narapi¬dana yang mengabaikan prinsip-prinsip pemasyarakatan merupakan ekspresi dari persepsi negatif petugas terha¬dap narapidana, dan citra lembaga pemasyarakatan seba¬gai sarana balas dendam. Dengan Persepsi yang negatif tersebut mempengaruhi petugas dalam melaksanakan pembi¬naan. Petugas lebih memposisikan narapidana sebagai objek, sehingga pembinaan hanya bersifat formalitas tanpa menyentuh sama sekali substansi tujuan cistern pemsyarakatan. 3. Persepsi Narapidana terhadap Petugas LP Perilaku mereka yang melawan dan memberontak oleh karena perasaan dan pengalaman mereka yang begitu buruk pada saat ditahan polisi, disidik dan diintrogasi dan diadili di pengadilan sangatlah membekas. Ternyata apa yang dialami kembali terulang pada saat mereka narapida¬na masuk LP sebagai narapidana. Pengalaman ini mempengaruhi persepsi narapidana terhadap petugas LP, yaitu persepsi yang timbul adalah¬negatif. Akhirnyapun persepsi ini membawa akibat pada perilaku mereka dalam menjalankan program pembinaan. 4. Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Prose pembinaan dilakukan melalui 4 (empat) tahap, yaitu tahap keamanan maksimum, didahului dengan tahap masa pengenalan lingkungan dan dilanjutkan dengan pelak¬sanaan pembinaan tahap keamanan medium yaitu melaksankan program-program pembinaan, kemudian assimilasi dalam rangka memmasyarakatkan kembali dan Integrasi yaitu memberikan pembebasan bersyarat.

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:K Law > K Law (General)
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Law
ID Code:13704
Deposited By:Ms upt perpus3
Deposited On:08 Jun 2010 08:52
Last Modified:08 Jun 2010 08:52

Repository Staff Only: item control page