RUMAH PEMOTONGAN HEWAN DI BOYOLALI

Suryananda, Pratama (2008) RUMAH PEMOTONGAN HEWAN DI BOYOLALI. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.

[img]
Preview
PDF - Published Version
30Kb

Abstract

1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera, mendorong adanya tuntutan akan kebutuhan pangan yang sempurna. Pangan yang sempurna mencakup komposisi gizi yang seimbang antara karbohidrat sebagai sumber energi, dan protein sebagai zat sumber pertumbuhan badan. Kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dengan mengonsumsi bahan pangan dari tumbuh-tumbuhan sedang konsumsi protein hewani diperoleh dari hewan ternak yang dipelihara dengan sehat.. Permintaan masyarakat terhadap daging yang sehat khusunya daging sapi sebagai sumber utama protein hewani terus meningkat, hal ini menyebabkan intensitas pemotongan juga meningkat, oleh karena itu keberadaan Rumah Pemotongan Hewan sangat diperlukan, yang dalam pelaksanaannya harus dapat menjaga kualitas, baik dari tingkat kebersihannya, kesehatannya, ataupun kehalalan daging untuk dikonsumsi. Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah mendirikan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di berbagai daerah seluruh Indonesia. Kota Boyolali, sebagai sentra produksi sapi perah dan sapi potong di Jawa Tengah memiliki potensi luar biasa dalam menyediakan kebutuhan protein hewani. Populasi sapi potong di Kabupaten Boyolali pada akhir tahun 2007 tercatat sebanyak 85.867 ekor (Disnakan Boyolali, 2008). Sedangkan kebutuhan protein hewani, yaitu yang berasal dari telur, ikan dan daging unggas dan non unggas masyarakat Boyolali sebesar 5,29 kg/kapita (Disnakan Boyolali, 2008). Besarnya populasi sapi potong di Kabupaten Boyolali seperti diuraikan di atas merupakan potensi bagi Kabupaten boyolali untuk menyediakan protein hewani bagi masyarakat di luar Kabupaten Boyolali. Dari uraian tersebut diatas, di Kabupaten Boyolali diperlukan sarana untuk pelayanan kepada masyarakat baik di dalam maupun di luar Kabupaten Boyolali dalam penyediaan daging sehat yang sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Untuk menanggapi potensi luar biasa tersebut diperlukan adanya Rumah Pemotongan Hewan baru dan Perencanaan dan Perancangan tentang Rumah Pemotongan Hewan di Boyolali yang lebih menekankan pada fungsi proses produksi sehingga tercipta keefektifan di lokasi yang baru, dengan ketentuan tentang persyaratan Rumah Pemotongan Hewan yang sesuai dengan keputusan pemerintah yang berlaku. 1.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan Tujuan utama yang akan dicapai merencanakan dan merancang suatu fasilitas pelayanan masyarakat, yaitu Rumah Pemotongan Hewan berdasarkan atas aspek-aspek panduan perancangan (design guide lines aspect) yang didukung dengan keputusan pemerintah yang berlaku. Sasaran Terumuskannya langkah-langkah kegiatan penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) dengan judul Rumah Pemotongan Hewan di Boyolali. 1.3 Manfaat a. Secara Subyektif • Memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh Tugas Akhir sebagai ketentuan kelulusan Sarjana Strata 1 (S1) pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP Semarang. • Sebagai pedoman dalam perencanaan dan perancangan Rumah Pemotongan Hewan di Boyolali. b. Secara Obyektif • Usulan Rumah Pemotongan Hewan di Boyolali diharapkan dapat menjadi salah satu masukan yang berarti bagi masyarakat Boyolali pada umumnya dan Pemerintah Kabupaten Boyolali pada khususnya. • Sebagai tambahan wawasan dan perkembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa arsitektur yang akan mengajukan proposal Tugas Akhir. 1.4 Lingkup Pembahasan a. Secara Substansial Mencakup perencanaan dan perancangan bengunan massa banyak pada RPH di Boyolali, pembahasan materi berdasarkan pada karakter kegiatan dengan melihat struktur organisasi dan aktifitas utama pada RPH dan hal lain yang berhubungan dalam perencanaan dan perancangan kemudian dianalisa dengan mengunakan aspek-aspek yang ada dalam arsitektur. b. Secara Spasial Perancangan RPH di Boyolali dengan menentukan lokasi dan tapak di wilayah Kabupaten Boyolali, di lokasi yang terletak didaerah yang strategis, memiliki akses yang baik dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku. 1.5 Metode Pembahasan Laporan ini dibahas dengan metode deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan dan menguraian data primer dan sekunder. Yang secara deduktif diolah dan dikaji dengan mengacu pada potensi dan masalah yang muncul, kemudian dilakukan pendekatan perencanaan dan perancangan atas dasar pertimbangan berbagai aspek yang berorientasi pada disiplin ilmu arsitektur, landasan teoritis dan standar yang ada. Kemudian secara induktif diperoleh hasil berupa alternatif pemecahan masalah. Metode ini digunakan agar diperoleh gambaran mengenai Rumah Pemotongan Hewan yang ideal untuk dijadikan acuan dalam perencanaan dan perancangan sebuah Rumah Pemotongan Hewan di Kabupaten Boyolali. Tahap pengumpulan data yang dimaksud meliputi : a. Data Primer Melakukan survey lapangan pada lokasi yang direncanakan dengan pengamatan langsung dan membuat dokumentasi hasil pemotretan kondisi dan potensi di lapangan serta studi banding. b. Data Sekunder Studi literatur buku-buku tentang Rumah Pemotongan Hewan untuk mencari data tentang pengertian, karakteristik, bentuk kegiatan dan fasilitas . Mengumpulkan data yang berkaitan seperti data kebijaksanaan, peraturan yang berlaku, keadaan sosial budaya masyarakat, peta kondisi wilayah. 1.6. Sistematika Pembahasan Penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) dilakukan dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika pembahasan dan alur pikir. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN STUDI BANDING Menguraikan tinjauan umum yang mengacu atau berhubungan erat dengan perencanaan dan perancangan Rumah Pemotongan Hewan di Boyolali antara lain tentang klasiffikasi, syarat-syarat, aktifitas, sistem pengolahan limbah, studi regulasi dan standar rumah pemotongan hewan. Menguraikan studi banding terhadap rumah pemotongan hewan lain antara lain RPH di Kota Semarang dan Sheung Shui Slaughterhouse. BAB III : TINJAUAN KABUPATEN BOYOLALI DAN POTENSI RPH DI BOYOLALI Menguraikan tinjauan Kabupaten Boyolali secara umum dan potensi didirikannya RPH di Boyolali, antara lain tentang populasi jumlah ternak di Kabupaten Boyolali, produksi daging dan tingkat konsumsi protein hewani masyarakat Boyolali. BAB IV : KESIMPULAN Menguraikan tentang kesimpulan dari Bab 1 sampai Bab 3 LP3A Rumah Pemotongan Hewan di Boyolali. BAB V : BATASAN DAN ANGGAPAN Berisi tentang batasan dan anggapan dari bab yang sebelumnya. Batasan dan anggapan ini digunakan untuk mempertegas sejauh mana konsep perencanaan dan perancangan yang akan digunakan, guna membatasi masalah yang terjadi sesuai dengan disiplin ilmu arsitektur. BAB VI : PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Menguraikan pendekatan program perencanaan yaitu pendekatan aspek fungsional, aspek kontekstual, aspek arsitektural, aspek teknis dan aspek kinerja. BAB VII : PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Bab ini membahas mengenai program perencanaan yang meliputi lokasi dan tapak terpilih dan mengenai konsep perancangan bangunan yang meliputi konsep bentuk serta program ruang. 1.7. Alur Bahasan Alur Pikir

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
ID Code:1341
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:15 Oct 2009 10:33
Last Modified:30 Oct 2009 08:45

Repository Staff Only: item control page