INAYAH WULANDARI, WINDA (2006) FASILITAS PUSAT BUDAYA BETAWI DI SRENGSENG SAWAH. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.
| PDF 1303Kb |
Abstract
1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia disamping sebagai pusat kegiatan Pemerintahan, perdagangan dan jasa, pariwisata dan kebudayaan juga sekaligus merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya dari berbagai penjuru dunia yang merupakan suatu wadah berinteraksinya dari berbagai aspek sosial budaya masyarakat, baik yang bersifat lokal maupun nasional. Sehingga dengan demikian kota Jakarta menempatkan kedudukannya yang sangat potensial dan strategis baik dalam skala nasional, regional maupun internasional. Seiring dengan pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk menyebabkan beban tugas disektor kebudayaan akan menjadi sangat kompleks dan dikhawatirkan lambat laun akan memusnahkan adat istiadat tradisional budaya warganya terutama masyarakat Betawi sebagai inti warga Jakarta. Untuk menunjang program pelestarian budaya Betawi dibutuhkan suatu tempat dimana didalamnya terdapat berbagai fasilitas untuk mempertunjukkan hasil budaya Betawi. Selain itu terdapat pula sarana pengembangan sehingga budaya Betawi tetap terjaga. Kebutuhan akan adanya fasilitas tersebut didasari fakta bahwa di Jakarta sendiri belum memiliki suatu tempat khusus yang ideal untuk mempertunjukkan hasil kebudayaan Betawi, dimana masyarakat dapat menikmati berbagai pertunjukkan kesenian Betawi sekaligus mempelajari nilai-nilai budaya Betawi. Salah satu kriteria lokasi Pusat Budaya adalah berada dekat dengan pemukiman warga daerah setempat, dimana tujuan dari Pusat Budaya salah satunya adalah mengembangkan potensi dan mengangkat nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat (The Architect’s Guide to Facility Programming, chapter 11: Feasibility Program for a Cultural Arts Center, page 198). Di Jakarta sebagai tempat cikal bakal tumbuhnya budaya Betawi, memiliki beberapa pemukiman komunitas warga Betawi. Kelompok komunitas warga asli ini telah terbentuk dari sejak penguasaan Batavia (sekarang Jakarta) oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sejak tahun 1800 terjadi pemekaran pusat pemerintahan yang menyebabkan warga asli banyak bergeser ke selatan dan beberapa membentuk konsentrat pemukiman warga asli di tengah perkotaan. Pemukiman komunitas warga Betawi asli di Jakarta, oleh pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta ditetapkan sebagai cagar budaya yang dilindungi dan dikembangkan kearah pelestarian budaya Betawi. Pemukiman Betawi terbesar di masing-masing kotamadya antara lain : Condet-Jakarta Timur, Srengseng Sawah-Jakarta Selatan Kemayoran-Jakarta Pusat, Marunda-Jakarta Utara dan Srengseng-Jakarta Barat. Diharapkan dengan dipertahankannya komunitas Betawi di lingkungan cagar budaya, pelestarian budaya bisa berjalan dengan baik Srengseng sawah merupakan cagar budaya Betawi terbesar kedua setelah Condet dengan komunitas warga Betawi aslinya sebesar 70 % dari jumlah keseluruhan penduduk. Untuk menjaga nilai-nilai budaya Betawi yang ada di Srengseng Sawah salah satunya adalah dengan membangun beberapa fasilitas penunjang untuk mempertunjukkan kesenian dan kebudayaan Betawi, yang sekaligus menjadi objek wisata Budaya. Namun fasilitas pengembangan budaya Betawi di Srengseng Sawah belum cukup maksimal, karena kenyataannya belum mampu mewadahi semua kegiatan budaya Betawi. Melihat potensi Srengseng Sawah sebagai pemukiman komunitas warga Betawi yang termasuk kedalam daerah pelestarian budaya Betawi, maka diperlukan suatu wadah yang dapat menampung kegiatan pembinaan dan pelestarian budaya Betawi di daerah ini, juga sekaligus mengangkat nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan dan perancangan Fasilitas Pusat Budaya Betawi di Srengseng Sawah yang mampu mewadahi kegiatan budaya Betawi. 1.2 Tujuan dan Sasaran 1.2.1 Tujuan Mendapatkan panduan dalam perancangan fisik Fasilitas Pusat Budaya Betawi yang representatif ditinjau dari segi pemenuhan kebutuhan ruang beserta persyaratan teknisnya sekaligus dari segi keamanan dan kenyamanan bagi pengguna bangunan serta menciptakan suatu bangunan yang menarik dari sisi arsitektural melalui penekanan desain yang dipilih. 1.2.2 Sasaran Merumuskan landasan konseptual dan program perancangan sebagai dasar perancangan fisik Fasilitas Pusat Budaya Betawi 1.3 Manfaat 1.3.1 Secara Subjektif Memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh Tugas Akhir sebagai ketentuan kelulusan Sarjana Strata 1 (S1) pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP Semarang. 1.3.2 Secara Objektif Usulan tentang Fasilitas Pusat Budaya Betawi di Srengseng Sawah.diharapkan dapat menjadi salah satu masukan yang berarti bagi masyarakat Kota Jakarta dan Pemerintah DKI Jakarta pada khususnya. Sebagai tambahan wawasan dan perkembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa arsitektur 1.4 Lingkup Pembahasan 1.4.1 Ruang Lingkup Substansial Fasilitas Pusat Budaya Betawi merupakan suatu wadah kegiatan yang dapat menunjang program pelestarian, pengembangan, pembinaan, serta pendidikan tentang seni budaya Betawi dengan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular yang mengambil ciri dan kekhasan Arsitektur Tradisional Betawi sebagai dasar perancangannya. 1.4.2 Ruang Lingkup Spatial Fasilitas Pusat Budaya Betawi merupakan wadah pelestarian dan pengembangan budaya Betawi yang lokasinya mudah di akses tidak hanya oleh masyarakat Betawi saja namun oleh seluruh lapisan masyarakat. Pusat Budaya dapat dimasukkan kedalam golongan wisata Budaya dimana wisata Budaya merupakan tempat wisata yang tidak hanya sekedar tempat untuk menyaksikan atau menikmati atraksi tetapi lebih dari itu. Pengunjung yang datang dimaksudkan untuk sekaligus mempelajari atau mengadakan penelitian terhadap hal-hal yang terdapat disana. Seniman-seniman mengadakan perjalanan wisata untuk memperkaya diri, menambah pengalaman dan mempertajam kemampuan penghayatan (Sumber : R.G. Soekadijo, Anatomi Pariwisata, penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997). Sehingga antara fasilitas Pusat Budaya dengan lingkungan sekitar harus saling mendukung agar terjadi konektivitas. Berdasarkan pertimbangan lokasi Pusat Budaya, maka lokasi perencanaan dan perancangan Fasilitas Pusat Budaya berdasarkan Rencana Tata Ruang Kota DKI Jakarta adalah daerah Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Daerah Srengseng sawah, Jakarta Selatan termasuk kedalam Wilayah Pengembangan Selatan Selatan (WP-SS), dengan kebijakan untuk pengembangan permukiman secara terbatas dengan penerapan Koefisien Dasar Bangunan rendah untuk mempertahankan fungsinya sebagai kawasan resapan air. Kelurahan Srengseng Sawah termasuk kedalam zona pendidikan dan pengembangan budaya, dengan batas-batas : Sebelah Barat :Kelurahan Cipedak, Kelurahan Ciganjur Sebelah Timur :Kabupaten Bogor, Kelurahan Kukusan Sebelah Selatan :Kelurahan Tanah Baru, Kelurahan Kukusan Sebelah Utara :Kelurahan Jagakarsa, Kelurahan Lenteng Agung Sarana dan prasarana skala pelayanan kota cukup tersedia di Srengseng Sawah. Dengan adanya jalur kereta api Jakarta - Depok – Bogor dan Jalan Raya Arteri Primer (Jl. Lenteng Agung Barat dan Jl. Lenteng Agung Timur) memudahkan masyarakat mengakses daerah ini. 1.5 Metode Pembahasan Metode pembahasan yang digunakan adalah deskriptif dokumentatif dengan menyajikan data primer dan data sekunder, kemudian dianalisa dan dirumuskan berdasarkan teori atau standar untuk memperoleh suatu hasil yang berupa konsep dan program dasar perancangan Pusat Budaya Betawi Langkah-langkah dalam mengumpulkan data antara lain : Studi literatur untuk memperoleh data sekunder baik melalui buku, brosur, artikel maupun studi komparasi Survey dan observasi lapangan untuk memeperoleh data primer melalui pengamatan di lapangan dan wawancara kepada pihat terkait 1.6 Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ini adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Menguraikan latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, lingkup pembahasan sistematika pembahasan dan alur pikir LP3A BAB II Tinjauan Pustaka Tinjauan mengenai Pusat Budaya, Tinjauan mengenai Betawi, Tinjauan mengenai arsitektur Neo-Vernakular dan Studi Banding BAB III Tinjauan Budaya Betawi Di Jakarta Tinjauan mengenai Kota Jakarta, Tinjauan Kota Jakarta sebagai Kota Budaya&Pariwisata, Tinjauan Srengseng Sawah, Tinjauan Budaya Betawi di Srengseng Sawah serta Produk budaya Betawi yang ada di Jakarta BAB IV Batasan dan Anggapan Berisi mengenai batasan dan anggapan dari hasil penguraian masalah pada bab sebelumnya yang berfungsi untuk membatasi permasalahan BAB V Pendekatan Perencanaan dan Perancangan Pusat Budaya Betawi di Jakarta Uraian mengenai analisa dan pendekatan perencanaan dan perancangan yang mencakup dasar-dasar pendekatan, pendekatan tapak, pendekatan fungsional, arsitektural, struktural dan kinerja, BAB VI Konsep dan Program Perencanaan dan Perancangan Berisi konsep dan program dasar perancangan yang dituangkan secara garis besar sebagai kelanjutan dari proses pendekatan arsitektur yang meliputi program ruang dan tapak terpilih, dan konsep perancangan yang meliputi bentuk, penerapan penekanan desain dan struktur 1.7 Alur Pikir
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 1309 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 14 Oct 2009 13:35 |
Last Modified: | 18 Nov 2009 15:49 |
Repository Staff Only: item control page