PERANAN PENETAPAN JANTHO SEBAGAI IBUKOTA KABUPATEN ACEH BESAR TERHADAP PERKEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN ACEH BESAR

IQBAL BHARATA, MOHAMMAD (2003) PERANAN PENETAPAN JANTHO SEBAGAI IBUKOTA KABUPATEN ACEH BESAR TERHADAP PERKEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN ACEH BESAR. Masters thesis, Program Pasca sarjana Universitas Diponegoro.

[img]
Preview
PDF - Published Version
5Mb

Abstract

Penetapan Jantho Sebagai Ibukota Kabupaten Aceh Besar pada tahun 1984 diharapkan membcnva pengaruh terhadap perkembangan wilayah di sekitarnya. Sebagai pengganti Kota Banda Aceh, Jantho yang berjarak 52 km dari Banda Aceh dan terletak di pedalaman Kabupaten Aceh Besar. Kawasan itu sebelumnya merupakan areal kosong, kemudian menjadi kola barn dengan dibangunnya prasarana perkotaan, terutama sarana pemerintahan, perekonomian, sosial dan pendidikan, maka fungsi kota sebagai pusat administrasi pemerintahan akan membcnva daya tarik terhadap aktivitas ekonomi sehingga Kota Jantho bisa menjadi kota pusat pertumbuhan.. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peranan Jantho sebagai Ibukota Kabupaten Aceh Besar terhadap perkembangan wilayah Kabupaten Aceh Besar, dan sasaran yang ingin dicapai untuk mewujudkan studi ini adalah: (I) Identifikasikan perkembangan sistem kota-kota, (2) Identifikasi keunggulan ekonomi wilayah, (3) Tingkat peranan Kota Jantho bagi pertumbuhan wilayah Kabupaten Aceh Besar. Pedekatan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif yang nantinya dapat dilihat sistem Icota-kota, wilayah pengaruh, perkembangan wilayah Kabupaten Aceh Besar dan interaksi aktivitas perekonomian antara Jantho dan Kabupaten Aceh Besar. Aspek ekonomi dipakai untuk melihat pertumbuhan wilayah, yaitu memperhatikan pertumbuhan ekonominya, dimana kemajuan ekonomi merupakan komponen utama bagi pengembangan wilayah. Untuk menganalisis penelitian ini digunakan alai analisisi skalogram, titik henti, LQ, dan analisis kualitatif Dari hasil analisis bahwa ditetapkan Jantho sebagai Ibukota Kabupaten Aceh Besar semenjak tahun 1984 hingga tahun 2000 dapat disimpukan, Kota Jantho tidak terlalu berperan dalam perkembangan wilayah Kabupaten Aceh Besar, karena kondisi sebagai kota orde dan IV diperkuat dengan jangkauan wilayah pengaruh yang relatif tidak melayani semua wilayah di Kabupaten Aceh Besar. Kecamatan Seulimum ada tiga sektor basis pada tahun 1980, kemudian menjadi empat sektor pada tahun 1990 dan 2000 dengan penambahan sektor jasa, ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh keberadaan Kota Jantho, karena aktivitas pemerintahan mulai berpusat di kola tersebut. Sedanglcan orde hirarki kota kota-kota seperti Lholmga, Lambaro, Peukan Bada, Lampeuneurut, dan Seulimum mempunyai hirarki lebih tinggi dari Kota Jantho, hal ini menggambarkan bahwa aktivitas yang terjadi di Kota Jantho walaupun sudah mengalami pertumbuhan tetapi belum menunjuklarn peranan terhadap pertumbuhan aktivitas ekononti wilayah, secara lceseluruhan untuk aktivitas perdagangan dan jasa lebih didominasi oleh Kota Lambaro, Lhoknga, Peukan Bada, dan Banda Aceh sebagai bekas ibukota, yang ternyata masih berlangsung aktivitas masyarakat Aceh Besar di kota Beberapa hal yang menyebabkan fungsi Kota Jantho tidak optimal sebagai pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah terbatasnya sarana dan prasarana transportasi regional Kota Jantho dengan wilayah sekitarnya. Untuk mendukung Jantho sebagai Ibukota Kabupaten Aceh Besar disarankan adanya pengembangan sarana dan prasarana transportasi seperti angkutan umum dan jalan karma kondisi aksesibilitas menuju Kota Jantho masih kurang optimal, perlunya peran pemerintah Kabupaten Aceh Besar untuk mendorong penanaman investasi di Kota Jantho, terutama rnenciptakan lapangan kerja baru yang dapat menarik investor clan masyarakat serta diperlukan studi kelayakan ulang terhadap Kota Jantho sebagai pusat pertumbuhan dan Ibukola Kabupaten Aceh Besar. Kam kunci: pusat pertumbuhan, perkembangan wilayah The establishment ofJantho as the capital city of Aceh Besar Regency on 1984, has been expected to give influences to the development of surrounding areas. As the replacement of Banda Aceh, with the distance of 52 Km from the city, Jantho is located on the inland of Aceh Besar Regency. Jantho is the new city which was opened from an empty areas with the development of urban infrastructures especially government facilities, economics, social and educational facilities. These urban facilities development supported Jantho's urban function as the central of administrative governmental activities would brings attractions to the economic activities that enable Jantho as the growth center. The purpose of this research was to explore the roles of Jantho as the capital city to the regional development of Aceh Besar. Objectives on this research consist of I) Identification on the development of urban systems, 2) Identification on regional economics competitiveness, and 3) Identification on the level of Jantho City's roles to the regional development of Aceh Besar Regency. Methodology in this research used descriptive method, which would describe the result in the analysis of urban system, regional side-effects, development of Aceh Besar Regency, and the interaction of economic activities between Jantho and Aceh Besar Regency. Economic aspect in regional development was used regarding the economics growth as the main component of regional development subject to economics improvement (Alkadri et al). Research analysis used Schallogram, Ended point, Location Quotient, and qualitative analysis. The research concluded that from the establishment of Jantho as the capital city of Aceh Besar Regency since 1984 until 2000 did not gave significant roles on the regional development of Aceh Besar Regency, because the condition ofJantho as ordo III and IV city was unable to give services to all areas of Aceh Besar Regency. The basic sectors of Seulimum Sub district in 1980 consist of 3 sectors and increases in 1990 and 2000 into 4 sectors which shows the influences of Jantho exsistence as the center of governmental activities. The urban hierarchy ordo of Lhoknga, Lambaro, Peukan Bada, Lampeuneurut, and Seulimum were higher than Jantho Municipality, this could refer to activities happened in Jantho even though increases in growth was unable to give affect to the regional economic growth. The commercial activities of trade and services were dominated by the city of Lambaro, Lhoknga, Peukan Bada and the activities ofAceh Besar peoples remains in Banda Aceh Municipality as the former capital city. Other variables related to the less optimal function of Jantho Municipality as the regional growth center of Aceh Besar Regency, mainly caused by the limited regional transportation infrastructure and facilities of Jantho Municipality to its surrounding. Suggestion to support Jantho as the capital city was the development of transportation infrastructure such as public transportation and roads subject to the less optimal condition of accessibility to Jantho. The improvement of regency's government roles was needed to enable investment in Jantho, especially in creating new work fields to attract investor and community, also further feasibility study to Jantho Municipality as the growth center and the capital city. Keywords: Growth Center, Regional Development

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:T Technology > TH Building construction
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Urban and Regional Planning
ID Code:13084
Deposited By:Mr UPT Perpus 1
Deposited On:02 Jun 2010 20:40
Last Modified:02 Jun 2010 20:40

Repository Staff Only: item control page