Santosa, Edi (2007) PENATAAN KAWASAN ALUN-ALUN BANJARNEGARA SEBAGAI KAWASAN FESTIVAL YANG REKREATIF. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.
| PDF - Published Version 201Kb |
Abstract
A. LATAR BELAKANG Alun-alun adalah tanah lapang yang berada di pusat sebuah kota yang pada zaman dahulu merupakan milik kerajaan yang digunakan untuk melakukan upacara resmi kerajaan dan kegiatan kultural kerajaan. Alun-alun juga menjadi tempat berlatih perang (gladi yudha) bagi prajurit kerajaan, tempat penyelenggaraan sayembara dan penyampaian titah (sabda) raja kepada kawula (rakyat). (Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.) Alun-alun adalah tanah lapang yang luas dimuka istana, biasanya dimuka tempat kediaman resmi gubernur, Bupati atau walikota (kamus Tata Ruang, 1998 : 2) Lapangan alun-alun biasanya menjadikan ciri khas atau keunikan dari suatu kota/ kabupaten, bahkan pada tempat inilah citra atau kualitas dari suatu kawasan bisa dilihat. Alun-alun merupakan sebuah area umum yang menjadi pusat keramaian suatu kota atau kabupaten. Di alun-alun, warga biasanya melakukan aktifitas berolahraga, bermain, bahan kegiatan – kegiatan yang bersifat formal bagi pemerintahan setempat. Untuk itu pemerintah biasanya selalu memperhatikan keberadaan alun-alun sebagai perwujudan citra kotanya. Sebagai tempat yang selalu digunakan oleh kalangan umum, alun-alun perlu diperhatikan dari segi penataan dan pengelolaan sehingga tercipta suasana visual yang nyaman dan menyenangkan pada saat pengunjung datang. Ditempat ini selain berbagai kegiatan yang bersifat sosial dan budaya, juga sebagai tempat untuk kegiatan perekonomian warga. Sehingga muncul banyak pedagang kaki lima di kawasan ruang luar ini. Jika keberadaan mereka tidak diperhatikan maka kondisi alun-alun kurang terasa nyaman. Sebagai area yang selalu dikunjungi masyarakat, alun-alun harus mempunyai fasilitas yang bersifat umum, seperti sitting group, area bermain dan berolahraga, fasilitas service, fasilitas pendukung lainnya seperti tempat sampah dan utilitas yang baik, serta tampilan visual yang menarik dan berkualitas. Di negara Indonesia, alun-alun atau yang dikenal sebagai lapangan kota, telah mengalami perubahan yang sangat lama. Berdasarkan penelusuran dari kitab-kitab sastra kuno, istilah alun-alun / lapangan kota dikenal pada masa kerajaan-kerajaan Hindu (Kediri, Majapahit, Klungkung Bali) sekitar abad VI masehi. Hingga kini perubahan – perubahan yang terjadi pada alun-alun/ lapangan kota di Indonesia sangat signifikan, salah satunya dikarenakan adanya faktor persaingan hidup masa kini baik dibidang ekonomi, sosial, politik maupun budaya. Perubahan itu antara lain makna tempat atau place pada alun-alun yang dahulu kala difungsikan sebagai kegiatan aktifitas penguasa dengan beragam ritual agama dan kerajaannya. Pada masa sekarang makna place seakan hilang oleh adanya pemanfaatan alun-alun yang sangat strategis sebagai aktifitas perdagangan dan kegiatan warga saat ini yang serba moderen. Hampir setiap kota di Indonesia, alun-alun menjadi area para pedagang kaki lima. Dengan tujuan ekonomi mereka sering menjadi bahan permasalahan pemerintahan kota setempat. Masalah terbesar dari para PKL adalah identik dengan suasana kumuh dan semrawut. Sebagai contoh di kota besar seperti Surabaya, Malang, Solo, Jakarta, Bandung dan kota-kota besar lainnya, kesemrawutan mereka menyebabkan pemerintah harus merelokasi mereka dari kawasan alun-alun ke tempat lain. Namun mereka tetap kembali ke alun-alun karena merasa relokasi yang diberikan oleh pemerintah jauh dari pengunjung/pembeli. Tidak jarang Para SatPol PP beradu fisik dengan para PKL. Hal ini karena daya beli masyarakat yang besar berada dikawasan yang ramai pengunjung seperti alun-alun kota. Peter Drucker (1992) menyatakan, pada awal tahun 1990-an bahwa basis utama faktor produksi pada tatanan ekonomi lama yaitu lahan, tenaga kerja, dan modal akan diambil alih oleh faktor baru yaitu informasi, pengetahuan, dan teknologi. Pada saat ini, proses transformasi sedang berlangsung dengan pasti dari tatanan ekonomi lama ke tatanan ekonomi baru, dari penekanan pada kegiatan memproses sumber daya produksi yang bersifat fisik kepada penekanan kegiatan memproses sumber daya yang berbasis pada informasi dan pengetahuan. Dalam kondisi pasar yang semakin hiperkompetitif, persaingan pasar berlangsung dengan memanfaatkan pengetahuan, informasi, dan teknologi sebagai basis operasi. Oleh karena itu, kelangsungan dari keunggulan kompetitif (competitive advantage) suatu usaha akan sangat tergantung kepada kapasitas inovatif yang dimiliki usaha tersebut. Peluang yang diberikan oleh tatanan ekonomi baru ini telah dimanfaatkan para pelaku bisnis yang secara jeli melihat potensi ruang kota sebagai media logis untuk menyampaiakan pesan-pesannya kepada masyarakat luas. Mereka juga melihat dengan memadukan secara sistematis serta inovatif materi informasi yang ingin disampaikan ke dalam lanskap kota, mereka akan dapat secara mudah menjaring jumlah peminat yang cukup besar atas produk-produk yang mereka peragakan dengan harapan pada akhirnya diantara para peminat tersebut, dalam jumlah cukup signifikan, akan mengambil keputusan untuk membeli.” (Danisworo,2003, Laboratorium Pusat Studi Urban Desain, Departemen Arsitektur, Institut Teknologi Bandung ) Dari tulisan tersebut, bukti nyata yang ada adalah merebaknya papan iklan atau papan reklame baik yang manual maupun elektronik. Hal ini pulalah yang menyebabkan kualitas visual suatu kawasan menjadi tidak baik jika pemasangan yang tidak tertata. Selain pedagang kaki lima dan papan reklame, revitalisasi atau penataan kawasan yang dilakukan dibanyak kota sering menimbulkan permasalahan. Dalam merevitalisasi atau penataan ulang selalu dititik beratkan oleh kebutuhan politik, ekonomi dan bisnis, disisi lain kebutuhan rakyat kecil dan tradisi budaya yang sudah ada sejak zaman dulu seakan diabaikan. Seperti di kota Solo, Revitalisasi kawasan Alun-alun utara keraton Surakarta, dianggap telah mengabaikan konsep catur gatra utama sumber budaya keraton setempat dengan berbagai filosofinya. Biaya besar yang dikeluarkan pemerintah kota Solo maupun kucuran pemerintah pusat, lebih bernuansa politis dan rebutan proyek yang tidak sesuai dengan konsep menyeluruh pengembangan kota Solo. Berawal dari titik tersebut sebagai fenomena yang ada, penulis berusaha mencoba merencanakan dan merancang kawasan alun-alun tanpa menghilangkan nilai-nilai kultural pada masa silam. Salah satu alun-alun yang sedang dalam pemikiran pemerintah untuk direvitalisasi adalah alun-alun kota Banjarnegara. Alun-alun ini terletak dikawasan pemerintahan pusat kota Banjarnegara. Banyak program yang sedang dibuat untuk menata kembali alun-alun, seperti renovasi bagian depan masjid agung Annur, pembuatan panggung hiburan di lapangan, area sitting group, penambahan pohon serta perbaikan fasilitas lampu dan drainase. Aspek fungsional alun-alun bukan sekedar politik, bisnis dan ekonomi, namun juga sisi sejarah dan budaya kota setempat yang senantiasa dijaga agar tidak hilang dari peradabannya. Alun-alun Banjarnegara juga digunakan sebagai aktifitas lomba obor dimalam idul adha, sholat idul fitri dan upacara pemerintahan, sehingga diperlukan lahan yang cukup luas. Untuk itu revitalisasi jangan sampai menghabiskan lahan dengan munculnya fasilitas baru. Dengan demikian penataan kawasan alun-alun ini dapat sesuai dengan visi dan misi pemerintah kota yaitu meningkatkan kemampuan daerah dalam pembiayaan pemerintahan dan pembangunan serta menciptakan rasa aman dan tenteram dalam suasana kehidupan yang demokratis dan agamis. Dengan kata lain penataan yang akan dilakukan selain mendatangkan pendapatan daerah dari pajak papan iklan/ reklame, penataan juga tanpa menghilangkan nafkah orang kecil seperti PKL dan tanpa menghilangkan sejarah dan budaya tradisional yang melekat pada kawasan alun-alun kota Banjarnegara, sehingga diharapkan tercipta kawasan alun-alun sebagai media ruang luar yang memiliki tampilan visual yang berkualitas dan moderen. Artinya kota itu harus memiliki keindahan dari sisi arsitekturnya, memiliki jatidiri yang kuat, invormatif, dan tidak membingungkan. Kualitas visual ini akan dibentuk oleh komposisi urban desain dari elemen-elemen yang ada seperti arsitektur bangunan, estetika taman dan arsitektur lansekapnya, serta unsur fasilitas umum yang mendukung. Program utama Bupati Banjarnegara saat ini khusus untuk alun-alun adalah menjadikan kawasan alun-alun sebagai tempat yang layak, nyaman dan rekreatif untuk dilakukan acara festival kota yang mendatangkan perekonomian bagi warganya dengan memperhatikan sembilan aspek Banjarnegara Gilar-Gilar yaitu bersih, tertib, teratur, indah, aman, nyaman, tentram, sopan, dan sehat. Alun-alun Banjarnegara diharapkan menjadi salah satu titik utama pendapatan daerah. Selain kegiatan sosial, alun-alun sering digunakan sebagai acara festival rakyat yang secara turun temurun dilakukan oleh pemerintah yang berkuasa. Baik berupa expo, pameran, festival seni dan musik, maupun pasar malam serta pusat jajan dengan berdirinya PKL. Memang pendapatan yang diperoleh dari alun-alun cukup besar, dengan adanya acara-acara besar seperti festival tersebut. Namun melihat kondisi laun-alun yang minim fasilitas, penataan PKL yang kurang baik, serta pengelolaan yang kurang baik pula, menyebabkan acara seperti festifal seni dan budaya kota menjadi tidak terdukung. Pengunjung sering mengeluhkan keberadaan fasilitas ruang publik yang minim, kondisi lapangan yang panas dan tidak nyaman. Untuk itu penataan kawasan alun-alun ini ditekankan sebagai tempat yang mampu mendukung sebagai kawasan festival yang rekreatif baik festival seni maupun budaya yang selalu dilakukan secara turun temurun sebagai tradisi daerah. B. TUJUAN DAN SASARAN B.1. Tujuan Memberikan usulan perencanaan urban desain berupa kebutuhan-kebutuhan baik fisik maupun non fisik yang diperlukan pada kawasan alun-alun Banjarnegara untuk mendukung kawasan sebagai tempat festival kota yang nyaman, aman dan rekreatif, yang diwujudkan dalam perancangan desain arsitektur yang menguntungkan semua pihak dan tepat sasaran. B.2 Sasaran Terciptanya program ruang dan konsep dasar perancangan suatu kota sebagi dasar penataan pada kawasan alun-alun kota Banjarnegara yang mencakup kebutuhan politik, ekonomi maupun budaya setempat yang akan tertata rapi dalam tampilan visual yang berkualitas. C. MANFAAT C.1. Secara Umum Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti tugas akhir di jurusan arsitektur fakultas teknik universitas Diponegoro. Sebagai acuan dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ( LP3A ) yang merupakan bagian dari tugas akhir. Sebagai usulan desain penataan kawasan alun-alun kota Banjarnegara yang menguntungkan sumua pihak. C.2. Secara Khusus Dapat memberikan manfaat sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa yang mengajukan proposal tugas akhir. Penerapan ilmu yang diperoleh selama kuliah untuk diaplikasikan secara nyata pada sebuah desain suatu kawasan perkotaan. D. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN D.1. Ruang Lingkup Substansial Penataan kawasan alun-alun Banjarnegara yang memberikan kenyamanan bagi para pengunjung tanpa melupakan budaya tradisional yang dilakukan oleh masyarakat kota, disamping itu mampu meghidupkan perekonomian dan dapat memberikan citra yang positif bagi kota Banjarnegara. D.2. Ruang Lingkup Spasial D.2.1. Letak Kawasan Letak kawasana laun-alun Banjarnegara berada di kabupaten Banjarnegara propinsi Jawa Tengah. D.2.2 Topografi 1. Topografi kawasan alun-alun Banjarnegara relatif datar dengan jenis tanah litosol karena berada di kecamatan Banjarnegara yang termasuk berjenis tanah litosol. 2. Secara umum topografi Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam kategori berbukit- bukit namun seperti pada kecamatan Punggelan, Banjarmangu, Wanayasa, Madukara, Batur dan Kali bening. E. METODE PEMBAHASAN E.1. Tahap Pengumpulan data Pada tahapan ini merupakan tahapan awal, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan data sebanyak-banyaknya, yaitu dengan pengamatan, foto-foto lapangan, sketsa tangan, wawancara dengan pihak terkait mengenai data, potensi dan permasalahan kawasan. Serta dengan menggunakan study literatur. E.2. Analisa Tahapan ini terdiri dari menganalisa data, menggali potensi dan permasalahan yang ada, mencari keterkaitan antar masalah sehingga diperoleh gambaran sebab timbulnya masalah, analisa didasari landasan teoritis dan tinjauan kawasan utamanya. E.3. Sintesa Merupakan tindak lanjut dari analisa dimana upaya pemecahan masalah dilakukan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku, potensi yang ada, serta faktor lain yang mempengaruhinya. Kemudian diolah secara terpadu hingga diperoleh suatu output berupa alternatif pemecahan masalah, hal ini berupa Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur. F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I. PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasran, manfaat, ruang lingkup pembahasan, dan sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN TEORI Berisi tentang teori yang terkait dengan tema antara lain teori urban desain, elemen kota dan pembentuknya, teori ruang luar perkotaan, dan alun-alun tradisional. BAB III. TINJAUN KAWASAN ALUN-ALUN BANJARNEGARA Berisi tentang tinjauan terkait kabupaten Banjarnegara secara umum baik geogarafi maupun administratif kabupaten, serta data yang ada di kawasan alun-alun Banjarnegara itu sendiri. BAB IV. KESIMPULAN , BATASAN ANGGAPAN Berisi tentang kesimpulan terkait analisa data, batasan-batasan terkait lingkup perencanaan kawasan, dan anggapan untuk memudahkan dan memperjelas penataan kawasan alun-alun Banjarnegara. BAB V. ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN Berisi tentang jenis kegiatan yang ada pada kawasan, kebutuhan yang diperlukan masyarakat, pendekatan perencanaan dan perancangan kawasan alun-alun, serta kebutuhan ruang. BAB VI. KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN Berisi tentang konsep dasar perencanaan dan pengembangan kawasan, serta program ruang kawasan. G. ALUR PIKIR
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 1287 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 13 Oct 2009 12:41 |
Last Modified: | 18 Nov 2009 15:41 |
Repository Staff Only: item control page