DEPRESI PADA PENDERITA KEGANASAN GINEKOLOGI

Abstract

Pendahuluan : Kanker merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar, yang perk ditanggulangi secara menyeluruh, terpadu, efektif, efisien, ekonomis dan manusiawi. Diagnosis penyakit kanker merupakan vonis kematian, dan hal ini merupakan suatu stressor atau trauma psikis yang cukup berat, sehingga disamping kita berupaya terhadap gangguan kankernya, juga harus memperhatikan keadaan psikis dan sosial penderita. Jumlah penderita yang menjalani pengobatan keganasan ginekologi dan mengalami depresi adalah cukup signifikan, hal mana memerlukan pengelolaan yang adekuat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai tingkat depresi penderita keganasan ginekologi di RS Dr.Kariadi Semarang. Metode : Penelitian ini dilakukan secara potong lintang yang dilaksanakan pada 1 Desember 2004 s/d 28 Februari 2005. Subyek penelitian adalah wanita usia 14 — 60 tahun yang menderita keganasan ginekologi yang berobat di RS. Dr. Kariadi Semarang. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik umur, pendidikan, status perkawinan, rawat bap, komplikasi, riwayat operasi, nyeri yang menyertai karsinoma, jenis, stadium dan pengobatan karsinoma. Instrumen untuk menilai tingkat depresi yang digunakan adalah Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hasil : Didapatkan 71 pasien karsinoma serviks uteri, 3 karsinoma ovarium, 1 karsinoma vagina, 2 tumor trophoblas gestasional dan I pasien dengan karsinoma endometrium. Sebagian besar penderita mengalami depresi (88,6 %) dengan tingkat depresi yang bervariasi, tetapi didapatkan juga penderita yang tidak mengalami depresi (11,4 %). Didapat perbedaan yang tidak bermakna pada hampir sebagian besar variabel yang di uji, seperti : variabel umur (p=0,084), pendidikan (p=1,000), pekerjaan (p=0,164), status perkawinan (p=0,86), komplikasi (p=0,996), riwayat operasi (p=0,725), nyeri yang menyertai karsinoma (p =0,309), jenis karsinoma (p =0,629), stadium Karsinoma (p =0,476), dan pengobatan karsinoma (p=0,378). Perbedaan yang bermakna hanya didapat pada pederita yang menjalani rawat bap (p = 0,016). Simpulan : Prevalensi depresi pada penderita keganasan ginekologi cukup tinggi, akan tetapi tidak semua penderita mengalami depresi dan perbedaan yang bermakna hanya didapat pada penderita yang menjalani rawat inap.