STRUKTUR RUANG SEBAGAI ARAHAN PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN BARITO SELATAN

BILIVSON, BILIVSON (2004) STRUKTUR RUANG SEBAGAI ARAHAN PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN BARITO SELATAN. Masters thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

[img]
Preview
PDF - Published Version
12Mb

Abstract

South Barito Regency before split is region that have disparity between upland and river basin area, while in regional context is left behind in development of Central Kalimantan, so that relation with Palangka Raya tend to have the character of formal-administrative. After split of region, South Barito Regency become hinterland from new regency, East Barito, and reside in unfolding river basin of Barito which relative drop behind. Problems accumulation needs a study about spatial structure form becoming regional economic development directive of South Barito. Spatial structure is spatial organization which alocating physical objects and economic activities in a region. As part of spatial planning phases, spatial structure represents dimention of spatial planning of regional development. To reach the target of research, approaches to be used in this study are not only quantitative but also qualitative analysis techniques, which integrating physical and economic spatial structure and regional interactions. From result of research, obtained that physical spatial structure different from economic spatial structure, where each also influenced by regional interactions. Spatial structure of South Barito Regency consists of 2 units or development area. North Area is centre on Buntok as Primary Order City, which based on river as well as road networks. Meanwhile, South Area is region which left behind with growth center of Rantau Kujang as Secondary Order City, based on river linkages. North Area in spatial structure have excellence of tertiary economic sectors center in Primary Order City, while its hinterlands have advantages at agriculture and also mining and quarrying sector. South Area in spatial structure have excellence of agriculture sector, that is fisheries and forestry sub sector, then manufacturing sector, and transportation and communication sub sector. To be optimal these economic advantages and overcome weakness in identified spatial structure, directive that used is development requirement of facilities and infrastructure having the character of inter and infra region, according to Azis theory that doing direct investment at productive sector or cultivation of capital in social-overhead aspect. Conclusion in this research is not effective policy of existing spatial structure and also elementary difference between physical and economic spatial structure. It shapes asymmetrical spatial structure of South Barito Regency where South Area represent left behind region, so that development requirement directive of facilities and infrastructure addresed to link this gap. Relate to the conclusion, this research recommends to evaluate and then revise policy of spatial structure, priority development street of Buntok-Tabak Kanilan-Patas I and also terminal of transport in Gunung Bintang Awai District as regional focus of North Area, then do regional cooperation with East Barito Regency in development of street and transport facilities of Buntok-Bangkuang, and Buntok-Rantau Kujang as development focus of South Area. Kabupaten Barito Selatan sebelum pemekaran adalah wilayah yang mengalami disparitas antara wilayah daratan dan wilayah tepi sungai, sedangkan dalam konteks regional mengalami ketertinggalan dalam pembangunan Kalimantan Tengah, sehingga hubungan dengan Palangka Raya cenderung bersifat formal-administratif. Pascapemekaran, wilayah Barito Selatan menjadi hinterland kabupaten baru Barito Timur dan berada pada bentang wilayah tepi Sungai Barito yang relatif tertinggal. Akumulasi permasalahan tersebut memerlukan suatu kajian mengenai bagaimana bentuk struktur ruang yang menjadi arahan pengembangan ekonomi wilayah Barito Selatan. Struktur ruang adalah organisasi ruang yang mengalokasikan obyek fisik dan aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Sebagai bagian dari tahap perencanaan ruang, struktur ruang merupakan matra spas ial perencanaan pembangunan daerah. Untuk mencapai tujuan penelitian, dilakukan pendekatan dengan memadukan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif yang mengintegrasikan struktur ruang secara fisik dan ekonomi dengan terjadinya interaksi wilayah. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa struktur ruang secara fisik berbeda dengan struktur ruang secara ekonomi, yang masing-masing dipengaruhi pula oleh interaksi wilayah. Struktur ruang Barito Selatan terdiri dari 2 unit atau wilayah pengembangan, yaitu Wilayah Utara dan Selatan. Wilayah Utara berpusat pada Kota Buntok sebagai Kota Orde I yang bertumpu pada jalur darat dan sungai. Sedangkan Wilayah Selatan adalah wilayah yang tertinggal dengan pusat pertumbuhan Kota Rantau Kujang sebagai Kota Orde II yang bertumpu pada jalur sungai. Wilayah Utara dalam struktur ruang memiliki keunggulan ekonomi sektor tersier berpusat di Kota Orde I, sedangkan wilayah pengaruhnya memiliki keunggulan sektor pertanian serta pertambangan dan penggalian. Wilayah Selatan dalam struktur ruang memiliki keunggulan ekonomi sektor pertanian, yaitu sub sektor perikanan dan kehutanan, kemudian industri pengolahan serta angkutan dan komunikasi. Untuk mengoptimalkan keunggulan ekonomi dan mengatasi kelemahan dalam struktur ruang hasil identifikasi, arahan yang digunakan adalah arahan kebutuhan pengembangan sarana dan prasarana yang bersifat inter dan infra wilayah, sesuai teori Azis agar melakukan investasi langsung pada sektor produktif atau penanaman modal pada aspek social-overhead. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak efektifnya kebijakan struktur ruang yang ada serta terjadinya perbedaan mendasar antara struktur ruang fisik dengan struktur ruang ekonomi. Hal tersebut membentuk struktur ruang Barito Selatan yang asimetris di mana Wilayah Selatan merupakan wilayah tertinggal, sehingga arahan kebutuhan pengembangan sarana dan prasarana ditujukan untuk menjembatani kesenjangan tersebut. Berkaitan dengan kesimpulan tersebut, rekomendasi penelitian ini adalah meninjau dan merevisi kebijakan struktur ruang, memproritaskan pengembangan jalan Buntok-Tabak Kanilan-Patas I serta terminal angkutan di Kecamatan Gunung Bintang Awai sebagai fits Wilayah Utara, kemudian melakukan kerjasama antar wilayah dengan Kabupaten Barito Timur dalam hal pengembangan jalan dan sarana angkutan Buntok¬Bangkuang serta Buntok-Rantau Kujang sebagai fokus pembangunan Wilayah Selatan.

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General)
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Urban and Regional Planning
ID Code:12655
Deposited By:Mr UPT Perpus 1
Deposited On:01 Jun 2010 09:19
Last Modified:01 Jun 2010 09:19

Repository Staff Only: item control page