PENGARUH FAKTOR SOSIAL BUDAYA TERHADAP BENTUK DAN TATA RUANG MASUD MAKAM MENARA KUDUS

Adinugroho, Singgih (2003) PENGARUH FAKTOR SOSIAL BUDAYA TERHADAP BENTUK DAN TATA RUANG MASUD MAKAM MENARA KUDUS. Masters thesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

[img]
Preview
PDF - Published Version
4Mb

Abstract

Di berbagai tempat dimana Islam tumbuh, masjid telah menjadi bartgunan yang sangat penting dalam syiar Islam. Masjid clijadikan sebagai sarana penanaman budaya Islam sehingga dalam pengertian ini terjadilah pertemuan dua unsur dasar kebudayaan, yakni kebudayaan yang dibawa oleh penyebar Islam yang terpateri oleh ajaran Islam dan kebudayaan lama yang telah dimiliki oleh masyarakat setempat. Disini terjadilah asimilasi yang merupakan keterpaduan antara kecerdasan kekuatan watak yang disertai spirit Islam yang kemudian memunculkan kebudayaan bare, yang menandakan kemajuan pemilciran dan peradabannya. Ketika Islam mulat berkembang ke tanah Jawa (sekitar abad XV-XVI), masyarakat Jawa telah memiliki kebudayaan yang mengandung nilai yang bersumber pada kepercayaan aniutisme, dinamisme, Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, maka pada waktu selanjutnya terjadi perpaduan antara unsur-unsur pra Hindu, Hindu-Budha dan Islam. Secara alamiah, sifat dari budaya itu pada hakekatrtya terbuka untuk menerima unsur budaya lain. Selain itu, terjadinya perpaduan nilai budaya Islam tidak terlepas dari faktor pendorong sikap toleran para mubaligh Islam Jawa (wali) yang menyampaikan ajaran Islam di tengah masyarakat Jawa yang telah memililci keyakinan pra Islam yang sinkretis. Dengan metode manut ilining banyu para wall membiarkan adat istiadat Jawa tetap hidup, tetapi diberi warna keislamart. Hal inilah yang menjadikan Islam mudah diterima oleh masyarakat Jawa saat itu karena mereka memandang Islam bukan sebagai saingan tetapi sebagai pelengkap dari keyakinan dan tradisi mereka Para wali banyak menyerap dan memanfaatkan potensi sosial dan budaya setempat dalam kegiatan dakwahnya. Hal ini terlihat jelas pada penggunaan wayang, tembang, hingga elemen-elemen bangunan candi pada masjid. Upaya untuk mengakomoriasilcan antara nilai-nilai Islam dengan budaya Jawa pra-Islam ini masih tens berproses hingga dewasa ini. Demildan halnya dengan perkembangan masjid-makam awal di Jawa. Konotasi yang telah melekat di kalangan masyarakat Hindu-Budha bahwa candi merupakan tempat ibadah yang hares disucikan, menjadi pertimbangan para wali dalam berdakwah. Pada generasi setelah para wali, tetap mempertahankan simbolisasi candi pada bentuk dan tata ruang masjid makam. Penelitian ini bermula dari ketertarikan peneliti pada masjid makam Menara Kudus yang merupakan salah satu contoh masjid di Jawa yang beradaptasi dengan kondisi sosial budaya masyarakatnya. Bahkan adaptasi pada masjid tersebut tens berjalan sehingga dapat menggambarkan proses perkembangan masjid makam karena pengaruh kondisi sosial budaya masyarakat Islam khususnya di Jawa Dalam hal ini masjid makam Menara Kudus mempunyai keunikan yang lebih dibandingkan masjid-masjid sezamannya, dari segi bentuk akomodasi budaya pra-Islam dengan perkembangan budaya Islam yang terjadi cukup lengkap. Mulai dari menara seperti candi Hindu, hadirnya makam , gapura-gapura berbentuk paduraksa dan candi Bentar, pagar-pagar pembentulc ruang halaman luar bentuk peninggian lantai, bentukan atap dari atap tumpang limasan hingga kubah, serta penambahan serambi dan ruang pawestren. Hasil dari penelitian ini, diperoleh gambaran pengaruh perkembangan sosisal budaya sejak masa wali hingga sekarang terhadap bentuk dan tata ruang yang terjadi pada masjid makam Menara Kudus. In any place where Islam grows, the Mosque has become very important building in Islamic magnificence. Mosque has been made as a media of Islamic cultural inculturation, so that, in this condition, there is a mix between two kinds of culture, that is the culture brought by the disseminators of Islam who are really loyal to the doctrine and the old culture which local community have. In here, assimilation is happening and this assimilation is a kind of solid shape between the brilliance of behavior power supported by the spirit of Islam which then produce a new kind of culture and symbolize the improvement of thinking and civilization. When Islam is starting to stick its root into the land of Java (around XV-XVI century), Javanese have had the culture, which contain the value soured from animism belief, dynamism, Hindu and Buddha. With the joining of Islam, the time further has become synchronization between the elements of pre-Hindu, Hindu-Buddha and Islam Naturally, the characteristic of this culture, basically, is opened to receive other culture. Beside that, the occurring of Islamic unification culture doesn't released from the tolerant of Java-Islam preacher organizer who taught the theory of Islam in the middle of Javanese that has syncretism belief of pre-Islam. With manut ilining banyu method, the preachers let the Javanese culture stay alive but it is given the color of Islam. This matter which has made Islam acceptable easily by Javanese at that time because they see Islam not only as a competitor but also as a complement from their belief and tradition. The preachers have absorbed and use lots of local social and culture potential in their religious proselytizing activity. It is seen obviously in the use of leather puppet, song until the sherine elements in mosque. The efforts to accommodate between Islam values with Java's pre-Islam culture are still in process up to now. So does with the improvement in the early funeral mosque in Java. The connotation that has been adhere in the Hindu-Buddha society that a temple is a place of worship which must be purified, become the preacher's consideration in the religious proselytizing activity. In the next generation after the preacher's, still keep the temple symbolization in the shape and room arrangement of funeral mosque. This research starts from the researcher's interest to the Kudus Tower Funeral Mosque that has been an example of mosque in Java that adapt to the society social culture condition. Even, the adaptation to the mosque still running until it can describe the process of mosque funeral improvement because the influence of Islamic society social culture condition especially in Java. In this matter, the Kudus Tower Funeral Mosque has more uniqueness than the coeval mosques, from the shape of accommodation pre-Islam culture with the Islam culture improvement thathappen fairly complete. Starting fEom tower like Hindu's temple the present of waves, gates have the form of padmaksa and Bentar temple, fences that construct the outside yard, shape that raised the floor, form of roof made from the pyramid tumpang roof until dome, and the increasing veranda and pawestren room. The result of this research will be received a description about the influence of social culture improvement since the preacher's era up to now to the shape and the room arrangement that happen in Kudus Tower Funeral Mosque.

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:T Technology > TH Building construction
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Architecture
ID Code:12588
Deposited By:Mr UPT Perpus 1
Deposited On:31 May 2010 18:31
Last Modified:31 May 2010 18:31

Repository Staff Only: item control page