BEBERAPA KARAKTERISTIK KEJANG DEMAM SEBAGM FAKTOR RISIKO TERJADINYA EPTLEPSI

Abstract

Latar belakang dan tujuan : Pengelolaan epilepsi di Indonesia saat ini lebih tertuju pada aspek kuratif. Apabila dapat diketahui faktor risiko terjadinya epilepsi, maka diharapkan dapat dilakukan pencegahan sedini mungkin. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui perbedaan frekuensi kejang demam pada kelompok kontrol dan kasus, serta mengetahui karakteristik kejang demam yang mempunyai risiko menjadi epilepsi dikemudian hari. Metodologi : Penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol, melibatkan 100 penderita epilepsi dan 200 orang kelompok kontrol, yang diperoleh dari poliklinik saraf dan poliklinik saraf anak RSUP Dr.Kariadi Semarang. Penelitian dilakukan antara November 1988 sampai dengan April 1999. Analisa statistik univariate dilakukan untuk mendapatkan odds ratio, CI 95% dan tingkat signifikansi. Untuk karakteristik kejang demam digunakan analisis regresi logistik multipel. Hasil penelitian : Dari 100 orang penderita epilepsi ( kelompok kasus ) didapatkan riwayat kejang demam pada 59 penderita. Pada 200 orang kelompok kontrol, 39 mempunyai riwayat kejang demam. Setelah dilakukan analisis univariate, didapatkan hasil bahwa kejang demam bermakna secara statistik sebagai faktor risiko terjadinya epilepsi ( OR = 5,941; CI95% = 3,496-10,095; X2= 47,290; p<0,05). Terhadap 98 populasi yang mempunyai riwayat kejang demam ( baik yang berasal dari kelompok kasus maupun kontrol ), dilakukan analisis regresi logistik multipel Kesimpulan : Kejang demam bermakna secara statistik sebagai faktor risiko terjadinya epilepsi. Karakteristik kejang demam seperti : frekuensi kejang demam lebih dazi 4 kali pertahun , lama kejang lebih dari 15 menit, onset kejang demam kurang dari 1 tahun, bermakna secara statistik sebagai faktor risiko terjadinya epilepsi.