OVALOSITOSIS PADA PENDUD1UK DI DAERAH ENDEMIS MALARIA (Studi kasus di desa Tanjung Tirta Banjarnegara

SIHOMBING, TUMPAL YANSEN (1999) OVALOSITOSIS PADA PENDUD1UK DI DAERAH ENDEMIS MALARIA (Studi kasus di desa Tanjung Tirta Banjarnegara. Undergraduate thesis, Program Pendidikan Pasca sarjana Universitas Diponegoro.

[img]
Preview
PDF - Published Version
1640Kb

Abstract

Background Southeast Asian Ovalocytosis (SAO) usually called ovalocytosis, is a hereditary eliptocytosis, with oval shaped erythrocytes and length not more than twice its width. Its prevalence is frequent in Southeast Asia and usually in malaria endemic areas at the sea side. Ovalocytosis has a dominant autosomal inheritance, but no homozygote pattern. Research about ovalocytosis in Indonesia is sparse, also is research about ovalocytosis in high altitude area. Based on a previous research done by Kimura et al (1998), from 30 people in Tanjung Tirta village, which is located in high altitude, PCR findings show 4 (13,3%) individuals with ovalocytosis. Molecular assessment with polymerase chain reaction (PCR) showed a deletion of 27 base pairs on 400-408 codon from erythrocyte membrane band 3 protein. Malaria in Banjarnegara is difficult, to control, cases of malaria raise from March to October. Local health office in Banjarnegara decide to give Tanjung Tirta a high priority in controlling malaria, because annual parasite incidence (API) in 1997 is 29,64/1000, and 38,3/1000 in 1998. Methods Design of study is a cross sectional study, and was done on population in Tanjung Tirta Village. Data collection was done by questionnaire, blood sampling, blood smear and molecular assessment by PCR, in addition to thick blood smear to detect malaria. Data was analyzed using Chi-Square and Fisher Exact test. Results: Twohunderts and eighty samples had been recruited in this study, consisting of 92 males and 188 females, spread in 4 sub-villages. Thirty four cases of ovalocytosis has been found with 50% cut off point, which indicates an incidence of 12,1% and 44 samples had evidence of malaria from thick blood smear, indicating a malaria incidence of 15,7%. Samples with ovalocytosis had a decreased malaria incidence Compared with nonovalocytosis samples, but relationship was not significant. Conclusion: Proportion of ovalocytosis in Tanjung Tirta village, using 50% cut off points, is 12,1%, and 5% if 70% cut off points is used. Detection with PCR is 8,6%. Malaria proportion in Tanjung Tirta village is 15,7%. Individuals with ovalocytosis show a decreased malaria parasite infestation, but not significantly, compared with non-ovalocytosis. Key Words: SAO-ovalocytosis — Malaria Latar belakang Southeast Asian Ovalocytosis (SAO) yang &visa disebut ovalositosis adalah kelainan herediter, dengan bentuk eritrosit oval (panjang lebih dari ukuran 'char tetapi tidak melebihi 2 kalinya). Banyak dijumpai di Asia Tenggara dan biasanya dijumpai didaerah pesisir yang endemis malaria. Ovalositosis diturunkan secara autosomal dominan, tidak dijumpai bentuk homozigot. Tidak dijumpai kasus ovalositosis di daerah dataran tinggi. Berdasarlcan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kimura didc (1998) dari 30 penduduk di desa Tanjung Tirta yang terletak di daerah perbukitan setelah dilakukan pemeriksaan PCR dijumpai 4 orang (13,3%) yang mengalami ovalositosis. Pemeriksaan Molekuler dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) menunjukkan delesi 27 pasangan basa pada kodon 400-408 dari protein band 3 membran eritrosit. Malaria di Banjarnegara sulit diberantas. Kasus malaria dapat dijumpai dari Milan Maret sampai Oktober. Dinas Kesehatan DATI II Banjarnegara memprioritaskan Tanjung Tirta sebagai salah satu desa yang menjadi sasaran program pemberantasan malaria karena Annual Parasite Incidence (API) 1997 adalah 29,64%o, sedangkan API tahun 1998 sebesar 38,3%o. Metodotogi penelitian Rancangan merupakan penelitian belah lintang, yang dilakukan pada penduduk desa Tanjung Tirta, Banjarnegara. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan pengambilan sampel darah, yang dilakukan hapusan darah dan pemeriksaan molekuler secara PCR, selain itu dilakukan pemeriksaan tetes tebal untuk mendeteksi adanya parasit malaria. Analisis data menggunakan Chi-Square dan Fisher. Hasa penelitian Telah diperiksa 280 sampel yang terdiri atas 92 laki-laki dan 188 perempuan, yang tersebar di 4 dukuh. Ditemukan 34 kasus ovalositosis dengan nilai batas 50% sehingga insiden ovalositosis adalah sebesar 12,1%. Terdapat 44 individu yang ditemukan parasit malaria dalam tetes tebal,,sehingga insiden malaria adalah sebesar 15,7%. Individu dengan ovalositosis menunjukkan Maiden malaria yang lebih rendah dibandingkan individu yang non-ovalositosis, namun hubungan ini tidak bermakna. Kesimpulan • Proporsi ovalositosis di desa Tanjung Tirta, yang menggunakan nilai batas 50% adalah sebesar 12,1%, yang menggunakan nilai batas 70% adalah sebeSar 5% sedangkan deteksi dengan PCR sebesar 8,6%. Proporsi malaria di desa Tanjung Tirta adalah sebesar 15,7%. Ditemukan bahwa individu ovalositosis lebih sedikit mengalami infestasi parasit malaria, namun hubungannya tidak bermakna. Kata kunei: SAO, ovalositosis, malaria.

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Subjects:R Medicine > R Medicine (General)
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Doctor Program in Biomedical Science
ID Code:12193
Deposited By:Mr UPT Perpus 1
Deposited On:29 May 2010 14:57
Last Modified:29 May 2010 14:57

Repository Staff Only: item control page