STUDI KARAKTER RUANG INTERAKSI PUBLIK TAMAN MEDAN MERDEKA DI PUSAT KOTA JAKARTA BERDASARKAN KOGNISI PENGGUNA

SULISTIAWATI, SUCI WIDIANINGRUM (2002) STUDI KARAKTER RUANG INTERAKSI PUBLIK TAMAN MEDAN MERDEKA DI PUSAT KOTA JAKARTA BERDASARKAN KOGNISI PENGGUNA. Masters thesis, Program Pendidikan Pasca sarjana Universitas Diponegoro.

[img]
Preview
PDF - Published Version
10Mb

Abstract

Medan Merdeka Park, the only people place and ceremonial space Grand Park as the final concept of Arial Plan is menat to amplify the city of Jakarta's identity as a society pride, gathering place and governmental center for the city as the nation's capital. Nevertheless the area possess tendency of lost space i.e., space usage tend to disperse away from activity support which is very scarce, and tendency of lost scale i.e., space scale formed an impression of diminishing space. Beside all that, the tall building around the Monas Tower, which appears to be exclusive, tend to succeed the Monas Tower position as the sole landmark in the area. Those problems basically begin from the interaction between human and the environmental. This interaction produces some impact such as homeless, crime vandalism, and slum. These impacts gave negative effect to the image of the Medan Merdeka Park as a Grand Park. This research's purpose is to discover the facts on the tendencies of physical and social problems that occurred within the Medan Merdeka Park area. Thus a description of the space characteristic of a Grand Park can be drawn through observation over three cognition of respondent groups i.e., street vendor, employee, and regular visitor. Space character and public perceptions are analyzed using qualitative study that describes cognitive perceptions of the respondents based on frequency distribution. Conclusions drawn based on the analysis are : a. Medan Merdeka Park possesses specific space characteristic as a Grand Park with local and environment service scale. Physical and social problems occur due to interaction between user and space. b. Quality of the character however, tend to decrease from Grand Park to City park, lost space and lost scale has occurred. The monumental effect of the Monas Tower begins to be overtaken by monumental effect of other buildings and the growing activities that have negative effect on the image of the area. Indication of lost space can be found in pattern of space application that is dispersing with spaces with no support activities. Lost scale is caused by D/H ='/ space scale on certain part, form an impression of diminishing space due to the lack of height of the walls. Grid pattern superimposed with diagonal pattern gave an access to terminus potency of Monas Tower as a landmark. Vehicle circulation mainly passes the Taman Medan Merdeka Streets, seen from wide and straight circulation system, without effort to slowing down vehicles, with trees formation framing view onto Monas Tower, on meeting points the circulation will have a magnet look-alike resemblance. Based upon the facts, thus the landmark potency of Monas Tower not yet completely exposed as an orientation and as magnet of a national scale Grand Park. The decreasing enthusiasm of the user to held national events in the Medan Merdeka Park indicates thet there's a shifting of public expectation, need and satisfaction, that in turn effected the Medan Merdeka Park performance as a Grand Park. The park is in current time, just a local interaction space. c. The goal of The Medan Merdeka Park development programs to amplify thye identity of Jakarta as society's pride, gathering place and as govermental center is not yet manifested optimally, where a decreasing tendency of space quality which waning the interaction rate of the user. Based on the result, a number of points are to be recommended : a. For planner and architect : the optimum use of Monas Tower grandeur as orientation landmark of the Grand Park, considering regulation on mass height of the buildings surrounding the Medan Merdeka Park into a maximum half of the Monas tower height (D/I-1= 'A), and a minimum one-third of Monas Tower height (D/H =1/3). Scheduling national events to be held within the Medan Merdeka Park area. Encouraging the activity magnet, application of two layers separating automobile and pedestal circulation, using underpass technique. b. For science : father research is needed to be conduct considering aspects of different research object and different observation technique. c. For the DKI Jakarta City Government : revision on the regulation of building design and space arrangement which bring up D/H > 1 closure. Monitoring the activities that might have negative effect. Scheduling national events to be held in Medan Merdeka Park. Taman Medan Merdeka sebagai Grand Park dengan konsep people places dan ceremonial spaces bertujuan untuk memperkuat identitas kota Jakarta, kebanggaan masyarakat, tempat berkumpul dan pusat pemerintahan kota Jakarta, dan ibukota negara. Namun kawasan ini memiliki gejala lost space dimana pemanfaatan ruang cenderung tidak merata dengan pembangkit aktivitas (activity support) yang sangat minim dan gejala lost scale dimana skala ruang yang terbentuk menimbulkan kesan ruang yang mulai menghilang. Selain itu terdapat kecendewngan penambahan tinggi bangunan disekitar Monas yang tampil eksklusif seolah-olah ingin menggeser kedudukan Monumen Nasional sebagai satu-satunya landmark kawasan. Permasalahan tersebut pada dasarnya berawal dari interaksi antara manusia sebagai pengguna dengan lingkungan disekitarnya. Interaksi ini memberi dampak ikutan seperti masalah tunawisma, kejahatan, vandalisme dan kekumuhan kawasan. Dampak ikutan ini memberi pengaruh negatif bagi image Taman Medan Merdeka sebagai sebuah Grand Park. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kebenaran tentang gejala permasalahan fisik dan sosial yang memang terjadi di dalam kawasan Taman Medan Merdeka, sehingga diperoleh gambaran karakter ruang sebuah Grand Park melalui observasi 3 kognisi kelompok responden, yaitu Pedagang Kaki Lima, Pegawai dan Pengunjung Biasa. Karakter ruang dan pemahaman publik ditelaah melalui penelitian kualitatif yang mendeskripsikan suatu penilaian kognisi pengguna berdasarkan perhitungan distribusi frekuensi. Dan hasil analisis diperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut : a. Taman Medan Merdeka memiliki karakter ruang yang spesifik sebagai sebuah Grand Park, dengan skala pelayanannya yang masih bersifat lokal dan lingkungan. Di dalamnya terjadi permasalahan fisik dan sosial yang muncul sebagai akibat adanya interaksi pengguna dengan ruang. b. Kualitas karakter Taman Medan Merdeka cenderung memperlihatkan tanda-tanda penurunan dimana dari fungsi Grand Park perlahan-lahan berubah menjadi taman kota, telah terjadi lost space dan lost scale, efek monumental yang dimiliki Tugu Monas mulai terusik efek monumental bangunan lain, dan tumbuh aktivitas ikutan yang berdampak negatif terhadap image kawasan. Lost space ini terlihat pada pola pemanfaatan ruang yang tidak merata dengan ruang-ruang tanpa pembangkit aktivitas (activity support) didalamnya. Sedangkan lost scale disebabkan oleh skala ruang D/H = 1/4 pada beberapa bagian tertentu menimbulkan kesan ruang yang mulai menghilang, sebagai akibat kurangnya tinggi dinding pembatas ruang di sekeliling Taman Medan Merdeka. Disini Pola Grid yang disuperimposedkan dengan pola diagonal memberikan suatu akses menuju suatu kekuatan terminus Tugu Monumen Nasional sebagai landmark kawasan. Namun sirkulasi kendaraan yang terbentuk disekitarnya lebih menekankan akses pada jalur sirkulasi JI. Taman Medan Merdeka Utara-SelatanBarat-Timur. Jika dilihat dari sistem sirkulasi yang lurus dan lebar, tanpa upaya menekan kecepatan pengguna kendaraan dengan penataan pepohonan yang cenderung membingkai view ke arah Tugu Monas, sehingga hanya pada simpul pertemuan sirkulasi saja dapat terlihat seperti sebuah magnet. Berdasarkan hal tersebut maka kekuatan landmark Tugu Monas cenderung belum sepenuhnya diekspos sebagai suatu orientasi dan magnet sebuah Grand Park dalam skala Nasional. Terjadi pula penurunan keinginan untuk menyelenggarakan kegiatan berskala nasional yang merupakan suatu tanda telah terjadi pergeseran keinginan, kebutuhan, kepuasan masyarakat yang berpengaruh pada performance (penampilan) Taman Medan Merdeka sebagai Grand Park. Disini taman cenderung hanya berfungsi sebagai suatu wadah interaksi dalam skala lingkungan saja. c. Tujuan program pengembangan Taman Medan Merdeka untuk memperkuat identitas kota Jakarta yang merupakan kebanggaan masyarakat, tempat berkumpul dan sebagai pusat pemerintahan sebuah ibukota negara belum sepenuhnya dapat diwujudkan secara optimal dimana muncul gejala penurunan kualitas ruang yang berdampak pada menurunnya pula tingkat interaksi pengguna terhadap ruang. Berdasarkan hasil penelitian ini kami merekomendasikan beberapa hal berikut ini : a. Bagi Perencana dan Perancang : Memanfaatkan seoptimal mungkin kekuatan Tugu Monas sebagai landmark orientasi sebuah Grand Park, mempertimbangkan pengaturan tinggi massa bangunan disekeliling Taman Medan Merdeka menjadi maksimal % kali ukuran tinggi Monumen Nasional atau dengan D/H = % dan minimal 1/3 kali ukuran tinggi Monumen Nasional atau dengan D/H = 1/3, Mengagendakan kegiatan yang sifatnya nasional untuk diselenggarakan didalam lingkungan Taman Medan Merdeka, Menghidupkan magnet aktifitas, memanfaatkan dua layer / dua tingkat antar

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Architecture
ID Code:12132
Deposited By:Mr UPT Perpus 1
Deposited On:28 May 2010 11:33
Last Modified:28 May 2010 11:33

Repository Staff Only: item control page