STUDI PENGEMBANGAN EKONOMI DAN KERUANGAN KOTA SAWAHLUNTO PASCATAMBANG

NAWANIR, HANIF (2003) STUDI PENGEMBANGAN EKONOMI DAN KERUANGAN KOTA SAWAHLUNTO PASCATAMBANG. Masters thesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

[img]
Preview
PDF - Published Version
6Mb

Abstract

Natural resources was the generator of regional economics in its presences and also the initials investment of development. As recognition, the dependence on natural resources would not guaranteed the regional sustainability in long term. In this case, extinction happened by used up of natural resources in rural and urban areas. However, many had the ability to advantage inheritances and left over of natural resources exploitation as an object with high economic value, for example the city of Rhondda Valley in Wales and Glace Bay Nova Scotia in Canada, the former coal mining fields that become tourism cities. Sawahlunto Municipality was one city that experiences this phenomena, as a growing and developing city to the presence of coal mining activities since the dutch time and known as Mine City. Its development were dependable to the existences of mining activities, yet a non-renewable natural resources exploitation for a century, would used up all mines reservation and end the activities, until then the sustainability of city would be threaten, and emerge a "ghost town" phenomena. Used up and an end to the resources of regional economics generator could not be claimed as chaos. Facing this phenomena, Sawahlunto should arranged strategies as references and guidance for the development afterward. In fact, many potential resources of the areas could be advantaged, economically and spatially. An end to the mining activities in Sawahlunto should be anticipated by a search and findings in other economic sectors so it would be able to replace the role of coal-mining activities. Result from the economic base analysis, location quotient, shift-share and multiplier also spatial analysis, shows findings on manufacturing and services industries as sectors that was able to replace the role of coal mining. However, establishment of these sectors as a basic strategy of regional economic would not be appropriate without observation on the dynamic and development of Sawahlunto itselfs. The dynamics these days developed to the attempt of taking advantage of left overs from the former mining activities fields as tourism object. For this reason, Sawahlunto Municipality perspective was the establishment of Mine Tourism City in Years 2020. Analytic hierarchy process was used to value the level of perception of the stakeholders for their city, concerning the development strategy of Sawahlunto from the former mining activities, shows result on the development of mine tourism economic base supported by sectors of competitive advantage on manufactures and services industries. Consequences for these sectors of qualified and expectation to replace the role of coal mining sector for the regional advancement was that every existing development programs should gave priority to the advancement and supporting sectors, by assesing guidance establisment on the development meetings in the village level (Rakorbangdes) to city level. The program of mine tourism should be socialize to the community through billboards in public spaces or special occasion such as meetings, workshops, and seminar concerning mining tourism, so the regional and community advancement of what was expected could be reached This was a challenge, of course, for the government of Sawahlunto. Sumber daya alam (natural resources) merupakan sumber penggerak perekonomian suatu wilayah, terutama pada awal-awal keberadaannya. Kekayaan sumber daya alam merupakan initial investment dalam pembangunan. Harus disadari bahwa ketergantungan terhadap sumber daya alam tidak alum menjamin keberlanjutan wilayah tersebut dalam janght panjang. Banyak kota dan daerah yang mati karena habisnya sumber daya alam yang dimiliki. Namun banyak pula yang mampu memanfaatkan peninggalan dan sisa-sisa eksploitasi sumber daya alamnya menjadi objek yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti Kota Rhondda Valley di Wales dan Glace Bay Nova Scotia di Kanada, yang merupakan kota wisata bekas pertambangan batubara. Kota Sawahlunto merupakan salah satu kota yang sedang menghadapi fenomena semacam itu. Sebagai kota yang tumbuh dan berkembang karena adanya aktivitas pertambangan batubara semenjak zaman Hindia Belanda, sehingga terkenal sebagai kota tambang. Perkembangannya sangat tergantung dengan aktivitas tambang tersebut, namun sebagai sumber daya yang bersifat non-renewable, setelah dieksploitasi lebih dari seratus tahun, akhirnya cadangan tambangnya habis dan aktivitas pertambangan berhenti, sehingga keberlanjutan kotanya terancam, muncullah fenomena ghost town. Habisnya sumber daya penggerak perekonomian wilayah bukanlah berarti kehancuran. Dalam menghadapi fenomena tersebut, Kota Sawahlunto harus menyusun suatu strategi yang bisa dijadikan acuan dan pedoman dalam menyongsong pembangunannya ke depan. Masih banyak sumber-sumber potensial yang bisa dimanfaatkan, balk dari sisi ekonomi maupun spasial. Berhentinya aktivitas pertambangan di Kota Sawahlunto, harus diantisipasi dengan mencari dan menemukan sektor ekonomi lain yang bisa menggantikan peran pertambangan batubara. Dari hasil Analisis Economic : Location Quotient, Shift-Share dan Multiplier serta Analisis Spasial, maka didapatkan sektor yang bisa menggantikan peran pertambangan batubara adalah sektor industri pengolahan dan jasa-jasa. Namun menetapkan sektor tersebut sebagai basis strategi belumlah sesuai, tanpa memperhatikan dinamika dan perkembangan yang terjadi di Kota Sawahlunto sendiri. Dinamika yang berkembang saat ini adalah upaya memanfaatkan sisa-sisa bekas aktivitas pertambangan sebagai objek wisata, sehingga ditetapkanlah visi Kota Sawahlunto sebagai kota wisata tambang tahun 2020. Dengan menggunakan Analysis Hierarchy Process untuk menilai tingkat persepsi stakeholder kotanya terhadap rancangan strategi yang dibuat, maka strategi pengembangan Kota Sawahlunto pasta tambang adalah pengembangan sektor pariwisata berbasis wisata tambang yang didukung oleh sektor-sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif, yaitu sektor industri pengolahan dan jasa-jasa. Konsekuensi sebagai sektor yang menjadi unggulan dan diharapkan dapat menggantikan peran sektor pertambangan batubara dalam kemajuan daerahnya adalah setiap program pembangunan yang ada harus diprioritaskan untuk kemajuan dan menunjang sektor tersebut, yaitu dengan arahan mulai dari Rakorbangdes sampai tingkat kola. Program wisata tambang harus disosialisasikan pada masyarakat melalui billboard yang dipasang di tempat mum atau pertemuan-pertemuan khusus berupa lokakaiya dan seminar tentang wisata pertambangan ini, sehingga kemajuan daerah dan masyarakat yang dicita-citakan dapat tercapai. Suatu tantangan tentunya bagi Pemerintah Kota Sawahlunto.

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Urban and Regional Planning
ID Code:11939
Deposited By:Mr UPT Perpus 2
Deposited On:27 May 2010 09:44
Last Modified:27 May 2010 09:44

Repository Staff Only: item control page