CAHYONO, AGUS TRI (2002) STRATEGI PENYESUAIAN RUMAH TRADISIONAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP POLA HUNIAN DI KOTAGEDE. Masters thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
| PDF - Published Version 7Mb |
Abstract
Kotagede was the first capital of Islamized Mataram Kingdom in the middle of sixteen century. As a Javanese traditional town, Kotagede had four elements those called catur tunggal. They were keraton (palace), alun-alun (square), pasar ( market ) and masjid agung (great mosque). Another city's element is traditional houses were built according to Javanese philosophy and cosmology. The Kotagede traditional house spaces arrangement were built as the Javanese traditional houses. Jalan rukunan, the private space between pendopo and dalem where the people use it for public circulation, is the specification phenomena in Kotagede. The traditional house and the jalan rukunan are unity. Both grow as a part of city and local cultural development. The people livelihood has been the modern non-agricultural with the religious and Javanese cultural support. The unity of the three features give the new specification perceive to the traditional house in Kotagede. The functional reasons are more dominant than the cosmological reasons. They live in a traditional house, so they adapt the behavior and adjust the house to get the homeostatic conditions. The questions are how the variant of the coping strategy and what the influence to the traditional settlement pattern in Kotagede. The research's aim is to get the empirical description of space used pattern in the traditional houses and the influence to the building orientations, space hierarchies and the territoriality patterns. The research conducts in qualitative rationalistic method. The synthetics of the research are explained and confirmed by the relevant theories to get the meanings. There are three categories to choose the case studies. The 1st is the traditional settlement with the high traffic on the jalan rukunan. The case found at Kampong Sayangan with the three units traditional houses. The 2nd , the settlement where lives the family relationship on both side of along jalan rukunan and the case found at Prenggan with two traditional houses. The 3rd is the settlement with 9 traditional houses along the jalan rukunan at Kampong Alun-alun. By the result and explanation of research, the conclusions show there are 2 variants of coping behavior strategy, the people cope their traditional houses to accommodate their routine and incidental activities. 1. The adaptive strategies, as like they use the pendopo zone for new house, many rooms in dalem zone accommodate multifunction activities according to the space needed, include for accommodate the social and religious events. It means the adaptable and flexible of spaces in the traditional house. 2. The physical and spatial adjustment strategies, as like they used the fixed-element for build the new house on pendopo zone, separate the space by the semi-fix and non-fix element to get some flexible spaces, and arrange the defensible spaces by the public function of jalan rukunan. The traditional settlement cannot accommodate a space to placed the car, so the people rent or build the garage at the out of community. The coping behavior and strategies show that the perceived about adaptation levels of space are develop according to the culture development. The empiric influences of the traditional houses coping strategy to the settlement pattern are discontinuity of orientation buildings and space hierarchies from Javanese cosmological pattern to the jalan rukunan as public circulation space. Another influence is separation of the territoriality between pendopo zone and dalem zone. Kotagede dikenal sebagai ibukota kerajaan Mataram Islam pertama di Jawa pada pertengahan abad XVI. Sebagai kota tradisional, Kotagede memiliki 4 elemen kota yang dikenal dengan catur tunggal, yaitu keraton, pasar, alun-alun dan masjid agung. Selain keempat elemen tersebut, di Kotagede terdapat rumah-rumah tradisional yang dibangun dengan filosofi dan kosmologi Jawa. Spesifikasi rumah tradisional Jawa di Kotagede adalah adanya fenomena jalan rukunan, yaitu private space di antara pendopo dan dalem yang berfungsi publik sebagai jalur sirkulasi. Rumah tradisional dan jalan rukunan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah perkembangan kota dan budaya masyarakatnya. Masyarakat Kotagede berkembang sebagai masyarakat non agraris yang modern dan religius dengan budaya Jawa yang masih melekat. Sebagai masyarakat modern, masyarakat Kotagede memiliki persepsi baru terhadap rumah tinggal tradisionalnya. Pertimbangan fungsional lebih dominan dalam pemanfaatan ruangnya dibandingkan dengan pertimbangan kosmologis. Perubahan persepsi mendorong penghuni melakukan strategi penyesuaian terhadap rumah tradisionalny agar tercapai kondisi homeostatis. Pertanyaannya adalah bagaimana wujud dan variasi penyesuaian yang terjadi dan apa pengaruhnya terhadap pola hunian tradisional di Kotagede? Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran empirik pola pemanfaatan ruang pada rumah tradisional dan pengaruhnya terhadap pola orientasi bangunan, pola hierarki ruang dan pola teritorial hunian. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif rasionalistik yang bertujuan membuat diskripsi atau gambaran secara sistematis. Hasil penelitian dibahas secara eksplanatif dengan merujuk pada teori-teori terkait untuk mendapatkan pemaknaan. Pemilihan kasus dipertimbangkan berdasar 3 kategori, yaitu hunian tradisional dengan keberadaan jalan rukunan yang memiliki frekuensi sirkulasi trafik tinggi, terpilih hunian di kampung Sayangan (3 unit); hunian tradisional di mana dalam komunitas di jalan rukunan masih memiliki hubungan keluarga; terpilih hunian di kelurahan Prenggan (2 unit) dan di lokasi dengan jumlah hunian tradisionalnya relatif banyak, terpilih hunian di kampung Alun-alun (9 unit). Dad hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa variasi penyesuaian dapat dikelompokkan pada 2 strategi, yaitu : 1. Strategi penyesuaian adaptatif, seperti pemanfaatan zone pendopo sebagai hunian baru; terdapat ruang-ruang yang adaptable dan flexible dengan fungsi ganda di zone dalem sesuai kebutuhan ruang suatu hunian, termasuk untuk kegiatan sosial dan keagamaan. 2. Strategi penyesuaian adjustment secara fisik dan spasial, seperti membangun hunian baru pada zone pendopo menggunakan elemen-fix; penggunaan penyekat ruang dari elemen semi-fix dan non-fix untuk mendapatkan ruang-ruang fleksibel; menyusun tata ruang hunian dengan orientasi jalan rukunan; dan terdapat satu ruang yang tidak dapat diakomodir, yaitu kebutuhan menyimpan mobil, di mana penghuni harus membangun atau menyewa garasi di luar lingkungan. Penyesuaian yang dilakukan menunjukkan bahwa persepsi terhadap tingkatan adaptasi juga berkembang sesuai perkembangan budaya. Secara umum strategi penyesuaian rumah tinggal tradisional terhadap pola hunian adalah terbentuknya orientasi bangunan dan hierarki ruang baru yang tidak sesuai dengan filosofi rumah tradisional, namun ke arah jalan rukunan. Pengaruh lain adalah terpisahnya secara fisik teritorial hunian antara zone pendopo dan zone dalem.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Architecture |
ID Code: | 11912 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 2 |
Deposited On: | 27 May 2010 08:29 |
Last Modified: | 27 May 2010 08:29 |
Repository Staff Only: item control page