PERANAN PENGGUNAAN BENTUKAN TRADISIONAL DAN TRADISI PEMELIHARAAN LINGKUNGAN TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PADA BANGUNAN TRADISIONAL DUKUH PANCOT TAWANGMANGU

SUMADYO, AMIN (2002) PERANAN PENGGUNAAN BENTUKAN TRADISIONAL DAN TRADISI PEMELIHARAAN LINGKUNGAN TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PADA BANGUNAN TRADISIONAL DUKUH PANCOT TAWANGMANGU. Masters thesis, PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO .

[img]
Preview
PDF - Published Version
5Mb

Abstract

ABSTRAKSI Seiring dengan masuknya teknologi dan komunikasi, Dukuh Pancot di Tawangmangu mengalami pembangunan dan perubahan, yang lambat laun akan mempengaruhi cara berfikir serta konsepsi hidup sehingga dikhawatirkan dapat merubah identitas masyarakat. Perubahan masyarakat yang dinamis itu apabila tidak disadari dan diarahkan, bisa bersifat destruktif dan mengancam kelestarian lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perubahan bentukan tradisional arsitektur rumah tinggal berdasarkan pengaruhnya terhadap kenyamanan hunian. Pengkajian terhadap bentukan bangunan bertujuan untuk: mendapatkan karakteristik perencanaan bentukan arsitektur berorientasi lingkungan dan budaya setempat; mengungkap tradisi masyarakat yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan; serta mengidentifikasi perubahan bentukan bangunan tradisional. Penelitian evaluasi melalui studi kasus ini mencoba membandingkan pengaruh bentukan arsitektur pada bangunan tradisional dan bangunan non tradisional, terhadap kondisi lingkungan. Variabel kondisi lingkungan diukur secara kuantitatif melalui indeks ketidaknyamanan, dan secara kualitatif melalui evaluasi kenyamanan lingkungan, kesehatan, dan interaksi sosial budaya. Pengukuran dilakukan melalui dua cara yaitu pengukuran klimatologi dan composite index (skoring). Sampel penelitian dipilih dad tujuh bangunan rumah, empat rumah tradisional dan tiga non tradisional. Pengolahan dan analisis data menggunakan teknik statisfik deskripfif melalui melalui grafik, tabulasi, rataan, dan persentase. Dad hasil analisis diperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut : a) Penggunaan bahan secara tradisional memberikan perlindungan yang balk bagi hunian, sedangkan penambahan bahan finishing memberikan nilai ketahanan terhadap cuaca. Penggunaan penutup atap seng dengan ventilasi atap merupakan sistem pengelolaan termal ruangan yang balk pada iklim pegunungan, selain ekonomis-fungsional masyarakat sebagai penyimpanan hasil bumi bawang putih. b) Pola tata massa bangunan tradisional membantu mereduksi aliran hawa dingin malam hari ke dalam bangunan, rata-rata sebesar 9 — 29 % daripada kecepatan angin di luar 3,1 m/det. Kerapatan pada bangunan non tradisional mengakibatkan laju udara dalam ruangan kecil, sehingga kelembaban malam had mencapai maksimum pada 88%. Pada bangunan tradisional, kelembaban ruang dan kondensasi pada atap teratasi melalui sirkulasi udara yang mengalir melalui celah atap, plafon bersusun, dan ventilasi pintu depan. c) Pengukuran perasaan termal pada 41 responden diperoleh kesimpulan bahwa rasa termal yang diterima tubuh, selain dipengaruhi fisiologis juga dipengaruhi faktor adaptasi lokasi. Pengukuran suhu nyaman responden dibawah suhu nyaman berdasarkan skala temperatur efektif (TE). d) Lingkungan tradisional memberikan kualitas kenyamanan lingkungan, kesehatan, aktifitas budaya serta interaksi sosial yang lebih balk daripada lingkungan non tradisional. Berdasarkan hasil penelitian ini diajukan rekomendasi berupa : a) Konsep perancangan bangunan tradisional (arsitektur biologik) seperti : orientasi bangunan Utara¬Selatan, jarak antara bangunan rapat tetapi memungkinkan sirkulasi aliran udara, bukaan lebar pada dinding, pemilihan bahan penutup bangunan menggunakan material ringan, pergerakan sirkulasi antar zona lingkungan secara efisien, dan penyediaan ruang-ruang komunal untuk interaksi sosial antar warga. b) Konsep rujukan bersama berupa tradisi dan kepercayaan, seperti : upacara bersih desa Mandasia; gotong royong; sistem pertanian nyabuk gunung, sengkedan, bero, dan pranotomongso; pemilihan lahan hunian secara selektif; menjaga sumber air; dan penampungan air limbah pada blumbang; serta upacara ritual keagamaan. c) Perlunya pendidikan ekologi bagi masyarakat secara aktif melalui pemahaman identitas budaya setempat. xvii ABSTRACT Pancot village in Tawangmangu has experiences transition and construction in a line with the technology and communications development, in which at last will influence the method of Thinking and life conception, so it can be altered community identity. The transition of community if it can't be aware and directed, goes to destructive changing and threatens sustainable environment. This research is aimed to learning the building traditional formed based on the human comfort aspect. The examination of building formed is pointed to: (a) obtain the guidelines of building planning which is consistently build environment and culture oriented; (b) the community tradition which is related to sustainable environment; and (c) identify the building traditional formed. This evaluation research applies the method of descriptive through case study, to learn part of environment conditions on traditional and non-traditional formed. Environment conditions measured quantitatively through discomfort index, and qualitatively ones through convenience, healthiness, and social interaction. Descriptive statistics analyze describe variables into graphics, rates, and percent form. The analysis result has been obtain the research conclusion, as follows: a) The characteristic of material application, that the stone wall and wood gives well protection to the building, and the finishing additional grants resistance value to climate. The use of corrugated-iron cover with roof ventilation indicates the useful management system to the mountainous climate, as well as economics functional as the storage of agricultural product, that is gat. b) The tightness of building mass system assist to reduce the flow of night breeze to the buildings, average 9 — 29 % from outdoor wind velocity 3,1 m/s. The minimal openings on wall cause small indoor air movement, so that the humidity at night is reach the maximum at 88 %. Room humidity and condensation on roofs can be reduced by air circulation through chink roof, double-level plafond, and from front door. c) The result of respondent thermal feeling says that thermal discomfort influenced by physiology and adaptation on field. d) Traditional environment gives better quality on Thermal comfort, healthiness, culture activity, and social interaction, than non-traditional environment. It can be suggest from the research results, the recommendations of: a. The planning criteria involves: North — South orientation; tightness building distance which is not obstruct airflow; wide openings; building covered with light materials; efficiency of air circulation; and communal space for social interaction. b. The preservation of environment which are includes: Mandasia ceremony; mutual-aid; ireboisation; agriculture system nyabuk gunung, sengkedan, bero, and pranotomongso; selectively inhabitant land; The miraculous of water source; and receiving pit on ground containers, also the spirituals/beliefs oriented environment c. The education of environment/ecology through the understanding of cultural identity.

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Architecture
ID Code:11812
Deposited By:Ms upt perpus3
Deposited On:26 May 2010 13:28
Last Modified:26 May 2010 13:28

Repository Staff Only: item control page