MAKNA STRUKTUR DAN UNSUR PEMBENTUK PUSAT KOTA PELABUHAN TUBAN KAJIAN MORFOLOGI DAN SILANG BUDAYA PUSAT KOTA PESISIR

PRATOMO , ONI (2000) MAKNA STRUKTUR DAN UNSUR PEMBENTUK PUSAT KOTA PELABUHAN TUBAN KAJIAN MORFOLOGI DAN SILANG BUDAYA PUSAT KOTA PESISIR. Masters thesis, PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO .

[img]
Preview
PDF - Published Version
6Mb

Abstract

ABSTRACTION Tuban is an old town located on the north coast of Java Island. The existence of Tuban has already been mentioned frequently on epigraphy in the 1050s. Until the XIII century Tuban has been the main port for a Hindu-Buddha kingdom in the hinterland of east Java. King Airlangga (1019-1047) built a seaport in Kambang Putih, a village in or near Tuban, which was the founder village of Tuban. The seaport grew into an entire settlement then. Tuban is another seaport, besides Sedayu seaport, where theChina troops — whose mission was to give lesson to the king of Java — landed on Java Island. In the glorius era of Majapahit Kingdom, Tuban was vassal to the kingdom and had become a well-known seaport. An era, relationships with countries all over the world had already taken place there. Foreign traders and merchants, sailing on their ocean-cruising ships loaded with commodities, have come to the town. Tuban had still been the main port for Majapahit Kingdom until XV century. In the middle of the XV century Tuban got competition from Surabaya and Gresik. As the main seaport, however, Tuban was only able to maintain its monopoly on trade until the end of 1400s. After the period Tuban , together with other harbor cities extending from Bantam to Blambangan, weaved a trade ring. During the spread of Islam period, Tuban had become a front gate as well as a center for the spread throughout Java Island, especially East Java. Alun-alun is a traditional characteristic of cities in Java. It can be seen in almost all cities in the island, both in the hinterland an on the coast. The writer regards the characteristic as an unusual phenomenon, considering the fact that the characteristic has different anthropological, geographical and historical background. The writer concludes then that the writer needs to carry out a study to overview the phenomenon. The writer, however, faced the obstacle of limited time and fund in the study. The study therefore revealed only a small part of the whole phenomenon, which should be revealed thoroughly. In this respect, the study is aimed at discovering the meaning of the composing structures and elements of the coastal town by means of a case-study approach. The case is examined methodologically so as to simplify the study. Tuban is the case of point of the study since Tuban is a seaport site, among other coastal areas in Java, which has no long historical background. Tuban is also a coastal area, which is an obvious urban fabric. The research carried out in the study is a qualitative research carried out in the study is a qualitative research applying rationalistic approach methods. Tuban has an alun-alun as its center. It has the regency on its southern part and the prison on its eastem part. To the north off Tuban is Java Sea On the northern part of the town there is a temple and road heading directly to the coast. There is a mosque next to the complex of Sunan Bonang together with his relatives grave yard on the western part of Tuban. And on this part there is also the Arab Town. The palace of Tuban is located at the end of the north — south axis. In the front of the palace is an open space, alun-alun, where thi king used to sit on his throne. There are houses of worship in Tuban. In addition to the mosque, there is one — out of two — temple in the town. The temple, Tjoe Ling Kiong, is located onNorth Tuban heading southward. The existence of the mosque and the temple is not a general typology of Javanese alun-alun. The main characteristic of the town states that alun-alun, along with its mancapat structure pattern heading for the sea (Pelabuhan Boom), is the center for the government. The characteristic indicates that even since the beginning, the government has focused on orientation for the town and olicy on the sea. The structure of the seaport of Tuban is characterized by two composite structure, namely alun-alun, mosque with the center for the government (palace), and alun¬alun, palace together with the seaport. The meaning of the structure of the harbor city Tuban is the unity of political and commercial in the hand of a governor, which is reflected on his urban fabric. ABSTRAKSI Tuban merupakan kota tua yang letaknya berada di pantai Utara Jawa. Keberadaan Tuban telah disebut-sebut pada prasasti sekitar tahun 1050. Hingga abad XIII Tuban merupakan pelabuhan utama kerajaan Hindu-Budha di pedalaman Jawa Timur. Raja Airlangga (1019-1041) mendirikan sebuah pelabuhan samudra di Kambang Putih, suatu tempat di Tuban atau dekat Tuban sekarang yang merupakan cikal bakal kota Tuban. Dad pelabuhan ini berkembang menjadi pemukimen yang lebih lengkap. Tuban merupakan pelabuhan,selain Sedayu, dimana pasukan Gina masuk ke pulau Jawa yang membawa misi untuk memberi pelajaran kepada raja Jawa. Pada masa kejayaan kerajaan Majapahit, Tuban adalah kota bawahan kerajaan tersebut dan telah menjadi kota bandar pelabuhan yang terkenal. Pada masa itu hubungan dengan dunia internasional pun telah terjadi. Para pedagang dan saudagar mancanegara datang dengan kapal-kapal laut antar samudranya dengan membawa barang dagangan. Hingga sekitar abad XV Tuban tetap merupakan pelabuhan utama Majapahit. Sekitar pertengahan abad XV keberadaan Tuban telah disaingi Surabaya dan Gresik. Keberadaan Tuban sebagai satu-satunya pelabuhan yang tetap mempertahankan monopoli perdagangan di Jawa hanya hingga sekitar tahun 1400. Kemudian pada masa¬masa setelah itu Tuban bersama-sama dengan kota-kota pelabuhan Jawa lainnya yang terbentang dad Bantam hingga Blambangan menjalin suatu jaringan diantara satu dengan lainnya. Pada masa penyebaran agama Islam, Tuban menjadi pintu dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, khususnya Jawa Timur. Alun-alun merupakan ciri kota tradisional Jawa dan dapat ditemui pada hampir semua kota Jawa balk itu pedalaman maupun Pesisir. Penulis melihat hal ini sebgai suat fenomena yang tidak lazim jika mengingat bahwa secara antroplogis, geografis maupun historik memiliki latar belakng yang berbeda sehingga perlu diadakan suatu penelitian untuk melihat fenomena ini. Penulis dihadapkan pada suatu kendala berupa keterbatasan waktu dan biaya sehingga kajian yang dilakukan hanya mengungkap sebagian kecil dad fenomena yang harus diungkap. Berkaitan dengan hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah mengungkap makna struktur dan unsur pembentuk kota Pesisir dengan pendekatan studi kasus. Kasus yang diambil lebih disebabkan karena alasan metodologik agar lebih memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Kota yang diambil sebagai kasus adalah kota pelabuhan Tuban yang diantara kota-kota Pesisir memiliki suatu latar belakang historik yang panjang dan merupakan kota Pesisir yang masih memiliki struktur ruang kota yang terlihat jelas. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan rasionalistik. Pada kasus Tuban terdapat alun-alun sebagai pusatnya, kabupaten berada di bagian selatan, penjara berada di bagian Timur. Daerah Utara adalah laut Jawa. Pada bagian Utara ini terdapat klenteng dan jalan yang langsung mengakses pantai. Di sebelah Barat adalah masjid dengan kompleks pemakaman Sunan Bonang beserta kerabatnya. Daerah perkampungan Arab juga terletak di sebelah Barat. Istana keraton terletak pada akhir sumbu Utara-Selatan. Pada bagian depan istana terlihat sebuah ruang terbuka dengan raja sedang duduk di singgasananya. Selain memiliki bangunan peribadatan masjid pada sisi barat, alun-alun Tuban juga memiliki bangunan peribadatan lain berupa klenteng yang merupakan salah satu dad dua klenteng di kota ini. Klenteng ini, Tjoe Ling Kiong, berada pada sisi utara dan menghadap ke arah Selatan. Keberadaan klenteng tersebut dan arsitektur masjid agung bukanlah tipologi umum alun-alun Jawa. Karakter utama dad kawasan ini adalah bahwa alun—alun sebagai pusat pemerintahan dengan pola penataan mancapat-nya yang menghadap ke laut (Pelabuhan Boom). Hal ini menunjukkan bahwa pada awal masa dimulainya sistem pemerintahan di sini telah terbentuk orientasi kota dan aktivitasnya ke laut. Struktur kota pelabuhan Tuban dibentuk oleh dua buah struktur komposit yaitu struktur komposit alun-alun, masjid dan pusat kekuasaan serta alun-alun, pusat kekuasan dan pelabuhan. Makna yang dapat dilihat pada kota pelabuhan Tuban adalah bersatunya antara kekuatan politk dan perdagangan di tangan seorang penguasa yang tercermin pada struktur ruang kotanya.

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Doctor Program in Architecture and Urban Planning
ID Code:11794
Deposited By:Ms upt perpus3
Deposited On:26 May 2010 12:58
Last Modified:26 May 2010 12:58

Repository Staff Only: item control page