PENGARUH ASPEK BUDAYA DAN KENYAMANAN TERHADAP BENTUK RUMAH TRADISIONAL TONGKONAN DI TANA TORAJA, SULAWESI SELATAN Studi Kasus : Tongkonan Pekaindoran dan Pekamberan

JULININGSIH, ENDANG SRI (2000) PENGARUH ASPEK BUDAYA DAN KENYAMANAN TERHADAP BENTUK RUMAH TRADISIONAL TONGKONAN DI TANA TORAJA, SULAWESI SELATAN Studi Kasus : Tongkonan Pekaindoran dan Pekamberan. Masters thesis, PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO .

[img]
Preview
PDF - Published Version
154Kb

Abstract

INTISARI Tongkonan adalah wujud fisik arsitektur tradisional Toraja yang merupakan rumah rumpun keluarga dan mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat Toraja. Selain sebagai rumah tinggal, Tongkonan juga merupakan tempat menyelesaikan masalah dan sengketa-sengketa yang terjadi dalam masyarakat menurut adat. Dalam menjalankan fungsinya, Tongkonan dibedakan atas Tongkonan Layuk, Tongkonan Pekaindoran dan Pekamberan, Tongkonan Batu Arid dan Tongkonan Pa'rapuan. Dibalik bentuknya yang unik, Tongkonan menyimpan sejarah perjalanan panjang untuk mencapai bentuknya kini. Denah empat persegi panjang dengan atap bak perahu layar dengan tiang-tiang penopang yang banyak merupakan simbol wujud 'tribuwana'. Aluk Todolo adalah jenis pemujaan dualistik yang mengkhususkan pemujaan terhadap leluhur, aluk rampe matallo ( ritual kehidupan ), dan aluk rampe matampu ( ritual jenazah ), adanya kemanunggalan manusia dan dewa. Masyarakat Toraja percaya bahwa leluhur mereka berasal dari langit sebagai jelmaan dewa, dan setelah ritual jenazah yang rumit mereka diyakini kembali ke langit untuk menjadi leluhur yang didewakan (To membali puang). Oleh sebab itu memelihara Tongkonan sama artinya dengan memelihara roh leluhur. Mengadakan perayaan besar-besaran pada waktu matinya adalah wujud pengabdian anak terhadap orang tua atau leluhur, karena semakin besar pesta dan semakin banyak hewan yang dikurbankan, maka semakin cepat arwah leluhur mereka tiba di Puya. Untuk mengetahui latar belakang bentuk Tongkonan dan aspek budaya yang mempengaruhi, digunakan metode Deskriptif Etnografi dengan pendekatan Fenomenologi . Analisis bentuk ditinjau dari kenyamanan di iklim tropis yang dilakukan dengan pengukuran temperatur, kelembaban serta kualitas cahaya dalam ruang yang dilakukan langsung pada sampel rumah terpilih kemudian diperbandingkan dengan Rentang Kenyamanan Temperatur hasil penelitian MOM & Wiesebrom, serta Diagram Olgyay (1963). Dail hasil pengukuran dilapangan juga dilakukan uji beda rata-rata dengan metode statistik untuk mengetahui tingkat signifikan perbedaan yang terjadi antara ruang luar dan ruang dalam Tongkonan. Dad hasil analisa diperoleh beberapa temuan, yaitu : Temuan pertama adalah tidak terdapat perbedaan bentuk fisik antar Togkonan. Perbedaan hanya terletak dari model penataan ketinggian lantai. Adapun besar bangunan lebih ditentukan oleh kemampuan pemilik Tongkonan. Temuan kedua adalah banyaknya aturan adat yang harus dipenuhi untuk mendirikan sebuah Tongkonan. Mulai dari proses pengumpulan bahan-bahan bangunan, pendirian, sampai upacara penyelamatan bangunan pada saat selesai dibangun. Temuan ketiga bahwa ternyata tidak dicapai kenyamanan hunian secara fisik pada ruang dalam Tongkonan dan masih dibutuhkan kondisi tambahan untuk bisa mencapai kenyamanan secara fisik. Hal ini disebabkan oleh dinding papan yang rapat serta lebar bukaan ventilasi pada Tongkonan kurang memenuhi persyaratan luas bukaan pada dinding. Oleh sebab itu tingkat penerimaan cahaya yang masuk menjadi berkurang. Penelitian ini mungkin bukan yang pertama dalam kasus Tongkonan, namun merupakan penelitian awal dalam kajian kenyamanan thermal pada bangunan. Dan peneliti berharap, penelitian ini bisa dilanjutkan untuk tujuan yang sama yaitu melestarikan peninggalan budaya leluhur agar tidak punah dimakan zaman karena modernisasi, dan karena masyarakat tidak lagi peduli . DPI'-NSTAR-111017) ABSTRACT Tongkonan is a Traditional physical architecture of Toraja which is a family cluster house and plays important role in the Toraja community life. Beside as a residence, Tongkonan is also a dispute and problem solving place in the community bassed on the custom. Tongkonan is divided into Tongkonan Layuk, Tongkonan Pekaindoran and Pekamberan, Tongkonan Batu krill and Tongkonan Parapuan to do the functions Behind its unique shape, Tongkonan is full of long history to reach is recent shape. Rectangular map with sailboat roof and supporting pillars symbolized 'tri buwana' Aluk Todolo is such a dualistic worship specialiized at worshipping anchestor, Aluk Rampe matalb ( ritual in the term of life ) and Aluk Rampe matampu ( ritual of corpse ). There is a unity between man and God, Toraja people believed that their anchestor comes from the sky as incarnation of God. And after a compkicated corpse ritual they're believed to be back to the sky to be anchestor being God ( To Membali Puang ). That's why keeping Tongkonan means keeping anchestor spirit. Holding big ceremony on the death day manifested child's devotion to parents or anchestor as the greater party and the more animal offerings means the quicker anchestor spirit reach at Puya. To find out the background of Tongkonan shape and culture aspect effect, Descriptive Etnography method with Fenomenology approach is used. Shape analysis viewed from comfort at tropical climate is done by using basis namely temperature measurement, humidity and indoor light quality done directly on the selected house sample and then compared to efektif temperature MOM and OLGYAY diagram research result. From the field measurement result, average difference test with statistic method is done to find out the difference significant level between outdoor and indoor of Tongkonan. From the analysis result some findings are found out namely : The first finding is that there's no physical difference among the Tongkonan. The difference is only at model of floor height setting. The size of building is determined by the wealth of the owner. I The second finding is that so many customs should be to establish a Tongkonan, from material collection process, establishing, to safety ceremony of the building finishing. The third finding is that physical recidence comfort inside Tongkonan can't be obtained and still addition condition to make physical comfort. That is because the tight board and the width gap ventilation of Tongkonan less to meet requirement wall openend . That is way to make decreased light exposure. This research perhaps is not the first Tongkonan case, but an initial research .in study of thermal comford of the building. The researcher suggest that it continues for the same purpose namely to a void anchestor culture from extinction due to modernization and community's ignorout.

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Doctor Program in Architecture and Urban Planning
ID Code:11785
Deposited By:Ms upt perpus3
Deposited On:26 May 2010 12:41
Last Modified:26 May 2010 12:41

Repository Staff Only: item control page