RUMAH TINGGAL ETNIS KETURUNAN ARAB DI PEKALONGAN Kajian Organisasi Ruang Rumah Tinggal Etnis Keturunan Arab di Kelurahan Sugihwaras Kampung Arab, Pekalongan

ASTUTI, SRI PUJI (2002) RUMAH TINGGAL ETNIS KETURUNAN ARAB DI PEKALONGAN Kajian Organisasi Ruang Rumah Tinggal Etnis Keturunan Arab di Kelurahan Sugihwaras Kampung Arab, Pekalongan. Masters thesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

[img]
Preview
PDF - Published Version
8Mb

Abstract

In many years ago, Pekalongan was a big commerce city, because of that the Dutch colonial has count the establishment their power and strengthen in that area. Settlement distribution in Pekalongan at that time was based on ethnic group: locals, the Dutches, Chinese and Arabians. That history made Pekalongan has many colonial building relic, such as government building and colonial houses-style. The settlement area, which until now still have an atmosphere in history formerly is Arabians Village (Kampung Arab), which consist from Sugihwaras district, Poncol and Klego. The percentage of the etnic community for Arabians in Sugihwaras district are 20% - 30% for people in totally. In this area, especially the main street has found many ancient building with colonial style, which are trend, in that time. According to formerly history, Sugihwaras was the applicant of Arabians Village (Kampung Arab). The building which has colonial style in Sugihwaras district, mostly has by the Arabians self, this happened because of the real-estate developer which are the Arabians decents prepared the house and the building with colonials style. They exerted the building for their group which has earn for it, their community in well condition, for economically from trade which their adjusment and they still reserve their settle until now. For certain society community in basic condition, this community have their certain own culture. This condition very substantial in their royalty for their own religion which is ISLAM. Also can be realized that ISLAM is the basic culture of Arabians people. Hijab culture is the own pattern in this community, they still resist it until now from the beginning they still have this for their settle with colonial style which has different dimension in their Islamic life at the other side architec standarization or Islamic model are not exist in their life. The other cultural obviously in their tribes has characteristic with their big relative in certain condition. Besides that their main means of subsistence as merchandizer also give different characteristic in their activity for a days. That the main culture (religion, community organization and means of subsistence system) are the basic for analysis in Arabians society at Sugihwaras district in Pekalongan. This condition with certain style and building removal, space function, this renovation can't be able to exchange the total renovation. This condition are looking for a relation between inhabitant with the inhabitant architectural expression which in beginning for settlement, which has basic concerned with in habitant culture planning. Pekalongan pada masa dahulu merupakan kota perniagaan yang besar, sehingga pemerintah kolonial Belanda memperhitungkan keberadaannya dengan menanamkan kekuasaannya di wilayah itu. Pembagian pemukiman di Pekalongan pada waktu itu berdasar atas kelompok etnis, yaitu pribumi, Belanda, Cina dan Arab. Sejarah tersebut menjadikan Pekalongan memiliki banyak peninggalan bangunan-bangunan kolonial, baik berupa gedung pemerintahan maupun rumah-rumah tinggal. Wilayah pemukiman yang hingga sekarang masih memiliki atmosfer sejarah masa lampau adalah Kampung Arab. Kampung Arab terdiri dari Kelurahan Sugihwaras, Poncol dan Klego. Prosentase komunitas etnis keturunan Arab di Kelurahan Sugihwaras ini adalah 20%-30% dari jumlah penduduk. Di wilayah ini, terutama pada jalan-jalan utama, banyak ditemukan bangunan-bangunan rumah tinggal kuno dengan style kolonial yang merupakan trend pada masanya. Sesuai dengan sejarahnya dahulu bahwa Kelurahan Sugihwaras adalah cikal bakal adanya Kampung Arab. Bangunan-bangunan rumah tinggal style kolonial di Kelurahan Sugihwaras kebanyakan dimiliki dan ditempati oleh komunitas etnis keturunan Arab. Hal ini terjadi karena pada masa itu di wilayah tersebut terdapat pengusaha real-estate keturunan Arab yang mengusahakan rumah siap huni dengan style kolonial. Mereka mengusahakan hunian untuk kelompoknya yang memiliki kemampuan ekonomi untuk membelinya. Komunitas ini kebanyakan hidup berkecukupan dari perdagangan yang mereka usahakan. Hingga kini hunian masih dipertahankan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya. Sebagai sebuah komunitas masyarakat tertentu pada dasamya komunitas ini memiliki kebudayaan tersendiri. Hal yang menonjol adalah kesetiaan mereka terhadap agamanya yaitu Islam. Sehingga dapat diibaratkan bahwa Islam adalah dasar kebudayaan Arab. Kebudayaan hijab yang merupakan nuansa tersendiri dalam komunitas ini tetap dipertahankan sehingga pada awalnya terdapat asumsi bahwa hunian dengan style kolonial akan memberikan dimensi yang lain dalam kehidupan Islami mereka. Pada sisi yang lain standarisasi arsitektural/bentuk rumah Islami itu sendiri tidak ada. Kebudayaan lain yang menonjol adalah dalam hal sistem kekerabatan yang memiliki karakteristik berkumpul dengan keluarga besar pada saat-saat tertentu. Selain itu mata pencaharian utama sebagai pedagang juga memberikan karakteristik tertentu pada aktifitas sehari-hari penghuni. Tiga kebudayaan dominan tersebut (sistem religi, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem mata pencaharian hidup) merupakan dasar untuk menganalisa keberadaan hunian masyarakat etnis keturunan Arab di Kelurahan Sugihwaras, Pekalongan. Kondisi adanya style tertentu dan keberadaan rumah tinggal siap huni yang ditempati adalah pemicu adanya kompromi-kompromi keruangan dalam hunian tersebut. Kompromi-kompromi keruangan menyebabkan terjadinya renovasi hunian yang berupa penambahan ruang (pembentukan ruang baru) dan perubahan fungsi ruang (biasanya diiringi dengan pendekatan pemalcaian fasilitas perabot). Renovasi yang terjadi tidak merupakan perubahan total, pada prinsipnya tetap mempertahankan bentuk utama dan organisasi ruang yang sudah ada sebelumnya. Perubahan-perubahan yang dilakukan juga menyesuaikan dengan kecenderungan arsitektural pada masa terjadinya renovasi. Dengan demikian pada dasamya penelitian ini adalah mencari hubungan antara kebudayaan penghuni dengan ekspresi arsitektural hunian yang pada awalnya merupakan rumah siap huni. Kondisi hunian sendiri sama sekali tidak memiliki dasar-dasar pertimbangan perencanaan yang sesuai dengan kebudayaan penghuni.

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Architecture
ID Code:11781
Deposited By:Mr UPT Perpus 2
Deposited On:26 May 2010 12:14
Last Modified:26 May 2010 12:14

Repository Staff Only: item control page