PERMANA, ASEP AROFAH (2003) PERANAN SITU TERHADAP SISTEM TATA AIR KOTA DEPOK. Masters thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
| PDF - Published Version 7Mb |
Abstract
Water is the natural resources; the existence in the certain place was influence by the development activity, hydrological cycle, and ecology. Utilizing urban land intensively is logical consequent from the urban development pressure that sign by increasing population. This effected to the increasing building area and decreasing protection area. Spatial plan not effective yet to protect green area. Lake and the area around it, stated as green area by law. Depok has 27 Situ spreading in to six districts and need more attentions because its damages by development activity and natural factor. Situ as a potential water resources in Depok and the downstream must be protected because lake need for water resources, flood control and also as a ground water recharge. So, there's need an effort to maintain or to revert the function of Situ turn into productive green area. In facts, this effort not optimal yet because of any constraints. Trere is Need priority to handling Situ, especially on the Situ that have decreasing function and strong relation to the Depok's water arrangement system. The problem is there is no data and information to show how big Situ's conversion because of land use conversion and its connecting with the Depok's water management system. This research intended to know the effects of land use conversion in Depok concerning to the Situ and water management system in Depok trough: (i) investigate spatial pattern in Depok; (ii) investigate Situ's physic condition; (iii) understanding policy that manage Situ; (iv) identify institution and program that conected with Situ; (v) showing the relation between land use conversion with Situ and water management system in Depok This study use descriptive exploratuve approach, trough class& qualitative and quantitative data. Qualitative data categoried and reduced to make conclusion and quantitative data proceed to raise percentage. This study use correlation analysis to analyze the relation between Situ's change with rivers discharge in Depok. The result shows that spatial pattern of Depok encourage land use conversion that threaten to the Situ with change several Situ's areas directly into housing, school, yard, and others; and swallowing, polluting and decreasing Situ's water indirectly. Situ's physical condition identification shows that 19 Situs (70,37%) have good functions and 8 Situs (29,63%) have damage conditions. Damage caused by environment ground the Situ. At housing area, damages caused by land use conversion around Situ area, swallowing, domestic pollution, waste pollution, and loosing major water resources of the Situ. Water quality damage at industrial area is hard problem, and the Situ's damage at field area, dry filed or golf field caused by sedimentation, land owner's problem and authority to manage. Land use conversion causes the decreasing of Situ's function and flow of river trough Depok, this in increasing difference of maximum and minimum flow, and decreasing ground water level in Depok. This caused by increasing run off coefficient value (C) compare to few years ago. Increasing of land use conversion affected to the increasing flow coefficient into 0,55 that means all the waterfalls becomes run off It's because of un integrated Situ's management in implementation and institution. There is need serious effort of all institutions that concerted to Situ's management to maintain and revert Situ's function through optimalization of Situ that still good (un damage situ) and determine the damage Situ. There are several recommendations to handle (managed) Situ in Depok: (i) clar& he border of Situ's area give a statue owner and next function of Situ; (ii) build Situ's management policy in Master Plan of Water Resources System in Depok as a basic to managed water resources as a whole in Depok; (iii) build an institution to manage Situ with public participation partnership. Air merupakan sumberdaya alam yang keberadaannya pada suatu lokasi dipengaruhi oleh kegiatan pembangunan, sik-lus hidrologi, dan ekologinya. Penggunaan lahan di perkotaan yang semakin intensifmerupakan konsekuensi logis dari tekanan perkembangan kola yang ditandai dengan meningkamya jumlah penduduk. Hal ini berdampak pada peningkatan area terbangun, dan mengurangi kawasan lindung. Sementara itu penatan ruang belum efektif melindungi kawasan 'inching secara bails penyimpangan terhadap produk rencana tata ruang terjadi balk secara legal maupun liar. Situ atau danau dan kawasan sekitarnya menuritt peraturan dan perundangan ditetapkan sebagai salah satu yang harus dilindungi. Kota Depok memiliki 27 situ yang tersebar di enam kecamatan dan memerlukan perhatian karena kondisinya semakin rusak akibat kegiatan pembangunan maupun faktor alam. Situ sebagai potensi sumberdaya air Kota Depok dan daerah hilirnya tidak dapat diabaikan, balk sebagai sumberdaya air permukaan, pengendali banjir, maupun sebagai imbuhan air tanah. Diperlukan upaya mempertahankan atau mengembalikan fitngsi kawasan situ-situ tersebut menjadi kawasan lindung yang produktif. Namun upaya tersebut belum optimal karena berbagai keterbatasan yang ada. Diperlukan prioritas penanganan secara tepat, yaitu pada situ yang mengalami penurunan fiingsi dan memiliki keterkaitan kuat terhadap pola tata air Kota Depok Masalahnya adalah belum adanya data dan informasi yang dapat menggambarkan besaran penurunan fungsi situ-situ tersebut akibat perubahan penggunaan lahan dan keterkaitannya dengan sistem tata air Kota Depok. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh perubahan penggunaan lahan di Kota Depok terhadap keberadaan situ dan pole tata air Kota Depok melalui: (i) pengkajian pola rata ruang Kota Depok; pengkajian kondisi fisik situ; (iii) memahami peraturan dan perundangan serta kebijakan pengelolaan kawasan situ; (iv) mengidenhfikasi kelembagaan dan program kegiatan pengelolaan kawasan situ; dan (v) mengungkap keterkaitan perubahan penggunaan lahan dengan keberadaan situ dan pola tata air Kota Depok. Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptip eksploratif yaitu dengan mengklasifikasikan data latalitatifdan data kuantitatif. Selanjutnya data kualitatifdi pilah menuna kategori untuk disimpulkan. Sedangkan data Imantitatifdiproses lebih lanjut dengan cara menjumlahkan, membandingkan untuk memperoleh prosentase. Juga dilalatkan penjumlahan dan pengklasifikasian sehingga merupakan susunan urutan data, un/uk ditabelkan, disimpulkan, dan untuk visualisasi data. Selain Mt digunakan analisa korelasi untuk menganalisis keterkaitan perubahan situ terhadap debit sungai¬sungai yang melintasi Kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola tata ruang Kota Depok telah mendorong perubahan penggunaan lahan yang mengancam keberadaan situ secara langsung yaitu merubah beberapa kawasan situ menjadi perumahan, sekolahan, lapangan dan lainnya, sedangkan secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pendangkalan, pencemaran dan penyusutan air situ. Has/1 kajian kondisi fisiksitu menunjukkan 19 situ(70,37%) masih berfiingsi, sisanya 8 situ (29,63%) telah rusak. Penyebab kerusakan dipengaruhi oleh linglaingannya, yaitu pada lingkungan permukiman, kerusakan diakibatkan oleh perubahan penggunaan lahan kawasan situ, pendangkalan, pencemaran limbah domistik, pencemaran sampah, dan hilangnya sumber air utama situ. Pada linglaingan pabrik terjadi kerusakan kualitas air t,sedangkan situ yang berada di sawah, tegalan atau lapangan golf kerusakan disebabkan oleh sedimentasi, selain menghadapi permasalahan status kepemilikan dan hak pengelolaan. Penuntnan fungsi situ pada DAS suatu sungai yang melewati Kota Depok akibat perubahan penggunaan lahan akan mempengaruhi fluktuast debit sungai tersebut yaitu penurunan luasan situ akan meningkatkan debit tersebut. Selain itu juga telah mempengaruhi penurunan muka air tanah di Depok Ini disebabkan antara lain oleh meningkatnya besaran nilai koefisien pengaliran (C) dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan perubahan penggunaan lahan telah meningkatIcan koefisien pengaliran menjadi 0,55 yang berarti sebagian besar air htaan langsung menjadi limpasan. Hal ini tidak terlepas dart peranan pengelolaan situ yang belum terpadu, balk ketentuan pelaksanaannya sebagai penjabaran dari peraturan dan perundangan yang ada, maupun dari kelembagaannya yang terkait dengan kewenangannya. Untuk mempertahankan dan mengembalikan flings! situ diperlukan kesungguhan semua pihak terkait melahti optimalisasi situ-situ yang masih berfitngsi dan menetapkan kejelasan flings! situ-situ yang sudah rusak. Rekomendasi penanganan situ-situ di Kota Depok adalah: (i) Perin klanfikasi terhadap seluruh situ untuk menetapkan luasan dan bolas kawasan situ, status hukurn kepemilikan dan penetapan fingsi ke depan; (ii) Menetapkan kebijakan makro penanganan situ dalam rencana induk sumberdaya air Kota Depok sebagai dasar operasional pelaksanaan yang mengacu pada rencana sumber daya air yang lebih luas dalam kesatuan wilayah sungai; (iii) Pertu segera ditetapkan pola kelembagaan pengelolaan situ yang lebih mengefektifinn peran masyarakat sekitar melalui pola kemitraan dalam pemanfaatannya.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > GE Environmental Sciences |
Divisions: | School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Urban and Regional Planning |
ID Code: | 11358 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 5 |
Deposited On: | 24 May 2010 19:37 |
Last Modified: | 24 May 2010 19:37 |
Repository Staff Only: item control page