WAHYNINGRATRI, K. WAHYNINGRATRI (2002) BIARA KATOLIK ORDO TRAPPIST DI PURWOREJO. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.
| PDF - Published Version 53Kb |
Abstract
A. Latar Belakang Kehidupan membiara merupakan hidup religius dalam agama Katolik, yaitu sebuah cara mengikuti Yesus dan penyerahan diri secara total dengan doa, sabda, dan karya. Untuk mencapai cita-cita tersebut mereka mengasingkan diri daro dunia, menjalani tapa keras, mengingkari hal-hal dunia dan berdoa tanpa henti. Ordo Trappist yang merupakan ordo kontemplatif yang memberikan penekanan utama pada doa, melalui ketaatan, kemiskinan, berjaga berpuasa, dan beribadat bersama. Kegiatan dalam bertapa dilakukan di tempat yang tenang dan hening yang merupakan penyatuan diri dengan Tuhan, juga dengan cara membatasi diri dalam berkomunikasi dengan dunia luar. Pembatasan dan keterpisahan ini bukan berarti sama sekali tertutup. Umat Katolik yang bertamu diberi kesempatan untuk turut serta merayakan ibadat bersama para rahib, sehingga tamu yang percaya kepada Tuhan diingatkan akan pengaruh Tuhan dalam hidup mereka. Sumbangan berharga para rahib adalah memberikan kehidupanya sendiri pada gereja melalui jasa-jasa tertentu dalam lingkup biara dan juga kepada masyarakat setempat yaitu dengan bekerja dan berkarya. Bekerja melalui kerja tangan yaitu : pertanian, perkebunan dan peternakan, serta berkarya melalui pelayanan doa, dan konsultasi rohani yang diberikan bagi para tamu. Untuk memenuhi dan menampung semua kegiatan diatas, maka sangat diperlukan adanya biara. Misteri biara yang unik, sederhana, menyatu dengan alam tanpa mengabaikan potensi daerah merupakan hal yang sangat menarik untuk diketahui dan dikembangkan terlebih dengan adanya keputusan Konsili Vatikan II yang juga mempengaruhi perencanaan biara katolik, yaitu dengan adanya keterbukaan dan adaptasi kepada potensi masyarakat sekitar. Biara Katolik Ordo Trappist merupakan satu-satunya ordo yang memegang ajaran murni kerahiban dengan melibatkan masyarakat sekitarnya. Biara Katolik Ordo Trappist Rawaseneng, Temanggung maupun Pertapaan Bunda Pemersatu, Gedono sekarang fasilitasnya kurang memadai sebagai biara kontemplatif, untuk mendukung keputusan Konsili Vatikan II yang terbuka dan skala pelayanannya terbatas untuk sekitar wilayahnya. Purworejo menjadi pilihan utama memungkinkan untuk didirikan biara ini. Hal ini didukung oleh sejarahnya pada abad IX, kota Purworejo (bagian dari tanaj Begelen) merupakan tempat pengunduran diri para penguasa (raja) dari pemerintahan dan kehidupan istana untuk bertapa. Sedangkan kondisi yang ada sekarang pertumbuhan kekatolikan di Purworejo semakin berkembang. Hal ini didukung oleh keberadaan beberapa biara antara lain Bruderan Karitas, Bruderan MSC, dan susteran PBHK di Kecamatan Purworejo, serta susteran ADM di Kecamatan Kutoarjo yang semuanya merupakan biara aktif, sedangkan biara ordo Trappist adalah biara kontemplatif. Ditunjang oleh kenyamanan ini, Purworejobisa direncanakan menjadi kompleks mukiman biara terutama untuk direncanakannya biara Ordo Trappist dengan skala Nasional. Keberadaan biara ini juga untuk melengkapi kegiatan rohani umat Katolik, sehingga perlu dipertimbangkan secara maksimal perlunya Biara Trappist di Purworejo mengingat kota ini memilki kondisi perbukitan, lahan subur dan cukup relatif untuk dikembangkan bidang kerohanian Katoliknya. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan 1. Menggali permasalahan dan mengungkapkan pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah fisik dan non fisik Biara Ordo Trappist. 2. Menyediakan suatu sarana kegiatan biara yang mampu menjembatani antara kehidupan biara dengan kehidupan masyarakat. Sasaran Menyusun Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) mengenai Biara Trapppist di Purworejo sebagai pedoman dalam Desain Grafis Arsitektur. C. MANFAAT Manfaat Subyektif Sebagai salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Manfaat Obyektif Memberikan masukan secara teoritis tentang biara dan memberikan pertimbangan praktis bagi perencanaan dan perancangan sebuah biara Ordo Trappist. D. Metodologi Pembahasan Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan menganalisa data-data yang didapatkan dari studi literatur, studi observasi dan studi komparatif, yang kemudian disusun dalam suatu Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur. Studi Literatur - Menggunakan sumber kepustakaan sebagai pedoman perancangan arsitektur, terutama berkaitan dengan Biara Katolik Ordo Trappist, baik menyangkut pelaku, aktivitas, fasilitas, persyaratan dan struktur organisasi. Studi Observasi - Wawancara untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dari narasumber yang benar-benar mengerti dan menguasai obyek observasi. Studi Komparatif - Mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktifitas dan fasilitas yang ada pada obyek observasi yang telah ditentukan sebagai studi komparatif. E. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Kerangka pembahasan yang digunakan dalam landasan dan program perencanaan ini adalah : BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang, tujuan dan sasaran pembahasan, manfaat, metodologi pembahasan. BAB II BIARA KATOLIK ORDO TRAPPIST Berisi tentang perkembangan agama Katolik, hidup membiara, pengertian Ordo Trappist dengan ciri-cirinya, tujuan, fungsi, struktur organisasi, pemakai, aktifitas dan fasilitas. BAB III STUDI BANDING Berisi tentang biara-biara Trappist yang ada di Jawa Tengah, tinjauan lokasi, pelaku, aktifitas, fasilitas, dan hal-hal yang dapat digunakan dalam perencanaan dan perancangan Biara Katolik Ordo Trappist. BAB IV TINJAUAN LOKASI Berisi tentang potensi Purworejo, perkembangan dan pertumbuhan umat Katolik di Purworejo serta kondisi dan potensi Purworejo sebagai biara Trappist. BAB V KESIMPULAN, BATASAN, ANGGAPAN Kesimpulan berisi penggabungan dari kondisi biara Katolik yang ideal dan kondisi yang terdapat pada studi banding dan tinjauan lokasi bagi batasan dan anggapan yang akan digunakan dalam perencanaan dan perancangan. BAB VI PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Berisi pembahasan mengenai titik tolak pendekatan, pendekatan aspek fungsional meliputi jenis kegiatan, pelaku, kebutuhan ruang, kapasitas ruang, besaran dan pendekatan tata ruang. Pendekatan aspek arsitektural meliputi masa dan bentuk bangunan, perletakan masa bangunan, orientasi bangunan, tampilan bangunan, struktur bangunan, dan sistem utilitas. Pendekatan aspek kontekstual meliputi lokasi dan penentuan tapak, serta kebijakan Tata Ruang. Pendekatan konsep perancangan meliputi ragam arsitektur, dan proses desain. BAB VII KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN ARSITEKTUR Mengemukakan hasil dari pendekatan program perancangan meliputi tujuan perancangan, konsep dasar perancangan, program ruang dan penentuan luas tapak.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Electrical Engineering Faculty of Engineering > Department of Electrical Engineering |
ID Code: | 11204 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 21 May 2010 14:01 |
Last Modified: | 21 May 2010 14:01 |
Repository Staff Only: item control page